Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Di Mana Sahabatku?

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Rasanya kehilangan itu, pasti sedih. Tapi, saya selalu percaya ketika kita kehilangan sesuatu, Allah pasti menggantinya dengan yang lebih baik.
Bertahun-tahun yang lalu, saya kehilangan seorang sahabat. Dia teman semasa kecil. Kami lahir di bulan dan tahun yang sama dan hanya selisih satu hari. Ya, saya lebih tua darinya. Kami satu sekolah, sama-sama main dan kami rival. Dia juara, dan saya berada dibelakangnya. kami berkejaran dalam banyak hal. Entah mengapa, kami seolah dituntut untuk jadi bintang. Tapi, kami ini sahabat.
Duh! Kenapa saya sok mellow gitu ya?! Sekarang, di mana sahabatku?
Dia MATI!!! Yes, saya kehilangan dia bertahun-tahun lalu. Secara ragawi dia masih hidup, sehat, mungkin bahagia. Tapi, dia bukan lagi sahabat saya. Sekarang dia hanya teman, just it.

Sumber: http://quotesgram.com/
Waktu itu kami kelas tiga SD. Kami berangkat dan pulang bersama. Suatu ketika, (mungkin) dia sedang punya masalah dengan seorang anak perempuan di kelas kami. Waktu diparkiran, kami melihat sepedanya. Sepeda yang awalnya bediri, saya rubuhkan ke tanah. Sahabat saya yang minta, entah kenapa saya bantuin saja.
Namanya kejahatan pasti akan ketahuan begitu juga apa yang saya lakukan pada sepeda anak perempuan itu. Di melabrak saya, dia nggak terima sepedanya dianiaya. Dia mengancam akan melaporkan saya ke Kakaknya yang saat itu duduk di kelas 6. Jujur saya takut. Saya hanya anak kelas 3 SD. Saya mengatakan sejujurnya bahwa sahabat saya itu yang menyuruh. Kalian tahu dia bilang apa? Sahabat saya dengan muka polosnya berkata tidak tahu apa-apa. Saya menangis saat itu. Sedih, marah, kecewa. Kenapa dia seperti itu? Waktu berlalu, kami tetap bicara, bermain, sekolah di kelas yang sama. Tapi, dia bukan lagi sahabat saya.
Betahun berlalu, akhirnya kami satu sekolah lagi setelah dia memutuskan masuk SMP. Saya mengajak dia sekolah di MAN karena nilainya tidak masuk standar kalau sekolah di SMA. Kami baikan? Tidak juga. Waktu mengubah segalanya. Tingkahnya, kepribadiannya, dan juga pergaulannya. Saya tetap saya, sementara dia bermetamorfosa menjadi seseorang yang lebih bergaya.
Kamu sedih karena sahabatmu sekarang menjadi orang yang lebih bergaya daripada kamu, Ji?
Saya tidak iri, sungguh. Saya bahagia dengan kehidupan yang sekarang dan saya tetap jadi saya sendiri. Memaafkan itu mudah, tapi melupakan itu butuh waktu yang saya sendiri bahkan tidak tahu. Trauma itu masih ada. Ketika kamu percaya terhadap seseorang tapi kemudian dikhianati, pastinya tak akan mudah untuk mempercayainya kembali.
Dan kehilangan itu tidak selamanya dibicarakan dengan kesedihan berurai air mata. Saya harus kuat, iya kan? Karena darinya saya belajar. Sahabat yang baik itu akan mengingatkan ketika sahabatnya yang lain melakukan kesalahan bukan menyetujui apa-apa yang dianggapnya benar.
”Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras dalam hukuman-Nya.” (Q.S Al-Maidah:2)

Giveaway Bareng NFIRMANSYAH dan Elisa-Blog

14 comments

Noorma Fitriana M. Zain said...

Setelah sekarang sudah dewasa? Dia di mana, Ji..?

Lidya Fitrian said...

yang penting kita sudah memafkan ya, jangan iri sama teman. Masih penasaran knapa ya temannya malah nyuruh berbuat jahat. good luck Jiah

evrinasp said...

waktu masih kecil polos aja ya diminta temen apa kita mau karena masih demi teman

Aul Howler's Blog said...

sama aja sih mbak
saya juga gitu. Sekalinya percaya sama orang itu percayaaaaa

banget


tapi kalau udah dihianatin

bakal beda

sampai kapanpun gak bakal bisa sama kayak sebelumnya

Bener tuh kata mbak lidya, yang penting kita udah memaafkan mbak
Ngapain kita harus mikirin dia lagi sementara dia udah nggak mikirin kita

Lidha Maul said...

Alhamdulillah kalau pada akhirnya Jiah bersyukur. Waktu berlalu, rasanya juga pasti akan memudar. Pasti ada sahabat yang terbaik.

Anisa AE said...

Aku udah gak tau apa arti sahabat. Cukup sudah dibikin kecewa

lianny hendrawati said...

Memaafkan mudah melupakan sulit. Yup, betul, pasti butuh waktu lama untuk bisa melupakan semua. Good luck Jiah.

Pakde Cholik said...

Perintah itu sudah sangat jelas. Bertolong-tolonglah kamu dalam kebaikan.
So, tak ada yang perlu diragukan lagi
Salam hangat dari Surabaya

Titis Ayuningsih said...

Butuh proses untuk berlapang Dada :)

Shine Fikri said...

Trus sekarang dimana sahabatnya mba? *tanya balik

Memang sakit ya kalo dikhianati apapun itu hubungannya...
Dibawa santai aja mba, mencoba berdamai dengan diri, suatu saat akan ada sahabat yg benar2 bisa saling mengerti :)

Khoirur Rohmah said...

Emang perlu lama buat nambal hati yang sudah terlanjur dirobek hatinya mbk.
Perlu waktu lama buat penyembuhanya...

Ririe Khayan said...

Tidak ada mantan sahabat, yg ada persahabatan yg berubah bentuknya *lhoh?*

Nisachan said...

ya begitulah hidup, biasanya sahabt bisa menjadi musuh ataupun putus hubungan

Elisa said...

Memang ya, Ji, melupakan pengkhianatan itu agak-agak susah. Tapi gimanapun waktu tetap jalan kedepan. Yang lalu dijadikan pelajaran, biar lebih bisa menilai teman mana yang memang pantas diberi kepercayaan di masa mendatang. :)

Terima kasih Jiah sudah ikutan GA nyaaa.. :*