Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label Komunitas. Show all posts
Showing posts with label Komunitas. Show all posts

Rumah Belajar Ilalang

Air Terjun Sumenep, Keindahan Alam yang Belum Terjamah

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Kita mau bikin acara piknik lintas komunitas Jepara. Tanpa bawa bendera mana pun, tapi memberi kesempatan para komunitas membentangkan spanduk/banner, dan duduk bersama banyak komunitas lainnya.

Sebuah WhatsApp masuk di Hpku tanggal 20 Februari 2016 kemarin. Piknik Lintas Komunitas Jepara? Wow!!! Senengnya punya teman seprofesi yang mau berbagi kaya Mbak Susindra ini, hihihi.

Akhirnya minggu 21 Februari 2016, untuk pertama kalinya, kami semua komunitas yang ada di Jepara bersatu. Sebenarnya bukan hanya komunitas, personal yang mau gabung juga boleh. Sesuai petunjuk, kami berkumpul di Kecamatan Batealit. Jam karet ternyata tak bisa dihindari. Harusnya kumpul jam 8, kami malah baru berangkat jam segitu, hihihi. Dan tempat pikniknya adalah Air Terjun Sumenep.

Selamat Ulang Tahun AMJ yang Pertama

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Tanggal 09 Januari 2016, AMJ (Akademi Menulis Jepara) merayakan ulang tahun yang pertama. Sebenarnya ulang tahunnya itu tanggal 10, tapi atas kesepakatan bersama maka acara dilaksanakan hari Sabtu sesuai jadwal pertemuan AMJ. Jauh hari saya sudah diwarning untuk datang. Bagaimanapun saya pernah jadi bagian komunitas menulis ini. Saya rindu berbagi ilmu menulis dengan anak-anak AMJ. Sayang karena harus bekerja, saya melewatkan pertemuan AMJ setiap Sabtu.

Berbekal ijin bolos kerja setengah hari, akhirnya saya datang juga untuk mengobati rindu. Jam satu saya pulang ke rumah, bersiap-siap lalu berangkat naik motor ke Perpustakaan Daerah Jepara. Di jalan motor sempat mati. Wuih deg-degan aja wong saya nggak tahu dunia permotoran. Tiap naik motor itu modal helm SNI, jas hujan, kadang lupa STNK, dan SIM belum punya, hihihi. Setelah ngotak-atik dikit, alhamdulillah motor hidup dan bisa selamat sampai tujuan.

#8MingguNgeblog 8 : Komunitas Fans Club

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedelapan


Fans club, termasuk komunitaskah? Mungkin iya.

Gimana tidak jadi komunitas wong mereka para anggotanya pasti menyukai sesuatu yang sama, misalnya suka artis. Aku suka beberapa artis, aku juga tahu nama-nama fans clubnya seperti Smashblast penggemar Smash, Afganisme pecinta Afgan Syahreza, Vidies penggemar Vidi Aldiano, BCLicious penggemarnya BCL, dan masih banyak lagi fans club artis yang tidak bisa disebut satu persatu.


Nah, itu aja yang di Indonesia  belum sampai Negara lain. Sekarang yang masih menjamur itu bintang Hallyu Koreanisme hihihi :uhuk . E.L.F alias Everlasting Friendnya SUJU (Super Junior), Hottest penggemar 2PM, ada Sone penggemar SNSD, lalu Big Bang dengan VIPnya , huaaa :hiks mumet :mabok .


Beda Negara, beda personality para fansnya. Kalau di Indonesia sendiri menurutku fans-fans artis ini tidak terlalu gila seperti fans artis di Korea. Di Indonesia lebih sering menjodohkan artis A dengan artis B. tapi kalau di Korea, para fans biasanya menganggap bahwa artis itu milik mereka. Tak heran jika banyak artis yang merasa tidak pede karena pendapat fans-fansnya yang kadang mematikan pamor.


Bagaimana denganku? Ya, aku juga suka artis atau band, boyband, gilrband dan kawanannya. Tapi bagiku, suka ya suka tidak sampai bela-belain beli ini itu segala perlengkapan yang dimiliki artis idola. Aku mah biasa-biasa aja, tidak mau fanatik dengan ini itu.


Apa artinya menera adalah sejenis komunitas yang ideal? 
Kata ideal sendiri menurutku itu subyektif tergantung siapa yang menilai. Ada kalanya fans club ini memberikan dampak positif dalam kehidupan mereka. Misalnya karena ngefans ustad ini, si ini jadi sering pergi ke pengajian. Bukankah itu sebuah kebaikan?


Bagiku, ngefans ya biarin aja deh. Toh untuk membeli ini itu pakai uang mereka sendiri. Eh tapi yang belum bisa cari duit pasti minta uang sama orang tuanya ya? Wah, kalau berduit sih oke-oke aja, tapi kalau tidak? Resiko sendiri deh.


Siapa pun yang kita idolakan, setidaknya kita tetap memegang prinsip-prinsip yang berlaku. Dimana kita bisa menghargai idola kita. Kita bisa mengambil hal-hal positif yang mereka lakukan bukan malah mendukung tindakan mereka yang sudah keluar jalur.


Sebagai komunitas dan fans club, baiknya untuk mengisi hari-hari kita gunakan untuk kegiatan positif, menggalam amal misalnya. Kita mengundang idola kita untuk ikut berpartisipasi membangun negeri yang lebih baik. Aku percaya, mereka akan mau melakukannya, kecuali yang mata duitan :uhuk .


No body perfec dan setiap sesuatu pasti punya kekurangan. Seidaknya dengan komunitas kita bisa saling berbagi, saling menghargai, saling memahami tentang visi da misi yang sama-sama kita miliki. 


Idola adalah panutan kita. Pilihlah idola yang baik, yang bisa mengajak kita pada kebaikan. Ikutilah komutas yang mengarah pada kegiatan positif. Apa pun bakat atau kesukaan yang kamu miliki, kembangkanlah, jangan ragu, pasti ada yang mendukungmu untuk hal-hal positif.


Setiap komunitas punya caranya sendiri untuk menarik perhatian anggotanya. Setiap komunitas punya cara sendiri untuk mebantu orang lain. Mereka terkadang terlihat ekstrim, tapi jauh dilubuk hati yang paling dalam, mereka sama baiknya dengan kita. 


Komunitas, mereka juga butuh orang lain. Tinggal bagaimana cara mereka membuat para anggotanya nyaman dan merasa inilah komunitasku, ini komunitas pilihanku, ideal menurutku bukan menurut orang lain. Jadi, apa komunitasmu? Fans club apa?

#8MingguNgeblog 8 : Komunitas

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedelapan


Akhir-akhir ini sering sekali muncul berita tentang komunitas geng motor yang meresahkan masyarakat. Banyak kegiatan yang sebenarnya tidak berguna justru malah membuat orang lain ketakutan. Banyak kegiatan yang menurut mereka mengasyikkan tapi malah membuat keributan di jalanan gara-gara aksi balapan liar mereka. Sebenarnya apa sih yang mereka cari?


Oke, mereka memang bagus karena bisa bergaul dengan orang lain, bisa bersosialisasi dengan banyak orang yang memiliki persamaan hobi atau pun tahta strata sehingga sanggup membentuk sebuah komunitas. Tapi toh kalau komunitasnya justru menuju hal-hal negatif, apa gunanya?


Apa yang mereka inginkan? Ya, aku tahu, sebagai anak muda mereka memang sedang mencari jati diri. Jati diri sebenarnya bisa terbentuk jika kita peka sejak kecil dan menampung apa-apa daya kreatifitas yang kita miliki di tempat yang tepat dengan orang yang tepat.

Kenapa tempat dan orang yang tepat? 

Kita, manusia diciptakan memilik keunggulan dan kekurangan masing-masing. Kita bisa membicarakan suatu hal, hobi misalnya dengan orang yang memiliki minat yang sama. Dengan begitu, kita bisa mendapat nasihat atau bimbingan mana yang tepat karena mereka tahu, dampak positif maupun negatif dari apa yang akan kita lakukan. 


Saat tepat, kenapa butuh waktu yang tepat? Ya, ada kalanya hobi memang harus diasah dari kecil supaya bisa terlatih dengan baik saat dewasa nanti. Dengan waktu yang tepat untuk melatih hobi tanpa memforsirkan diri, insya Allah semua akan berjalan dengan baik.


Bagiku, komunitas yang baik adalah komunitas yang bisa membawa anggotanya menuju hal-hal positif. Sebut saja komunitas pecinta lingkungan dimana para anggotanya diajak untuk mencintai lingkungan hidup. Misalnya saja dengan mengadakan kegiatan penanaman tanaman atau pohon, mendaurulang sampah.


Semua yang mereka lakukan bisa bermanfaat bukan hanya untuk masyarakat tapi untuk bumi kita. Dengan kegitan penghijauan atau go green, lapisan ozon yang berlubang bisa terselimuti lagi. Bukankah itu sangat menyenangkan?


Aku tak habis pikir, kenapa masih ada komunitas tidak jelas tapi justru di gandrungi. Ada komunitas underground yang katanya suka berpakaian hitam. Entah kegiatan apa yang mereka lakukan, apa bisa bermanfaat untuk orang lain? Paling semuanya hanya menyenangkan anggotanya.


Parahnya, para komunitas underground atau komunitas geng motor ini mereka memiliki solidaritas yang kuat. Jadi, jika ada anggotanya yang bermasalah dengan satu orang atau komunitas lain, maka semua anggotanya akan mendukung habis-habisan tanpa peduli mereka salah atau benar. 


Bagaimana jika posisinya mereka yang salah tapi tetap saja melakukan tawuran atau peperangan? Ujung-ujungnya masyarakat sipil yang menjadi korban. Apa mereka juga tidak berfikir jika peperangan yang mereka lakukan itu membahayakan diri mereka dan orang lain? Akan banyak pertumpahan darah gara-gara hal sepele yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik.


Ah, komunitas. Sebagai blogger dan masyarakat yang baik, ada baiknya jika kita membantu memberi penyuluhan untuk mereka. Mengarahkan mereka untuk bergabung dengan komunitas yang berdampak positif yang bisa berguna untuk orang lain, masyarakat, negara atau bahkan bumi.


Kita bisa memberikan sample-sample dari artikel-artikel tentang kegiatan yang mereka lakukan. Bagaimana cara pemanfaatannya hingga mengarahkan mereka untuk menjadi seseorang yang bisa dibanggakan.


Jangan pernah berhenti untuk mengajak orang lain menuju kebaikan. Aku yakin, menjadi sesuatu yang baik itu tidak pernah merugikan tapi justru akan mendatangkan keberkahan yang berlimpah. Jadi, bagaimana dengan komunitasmu?

#8MingguNgeblog 8 : Komunitas Teater

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedelapan


Aku suka sastra, aku suka nyanyi dan terasa aneh karena dari orang tuaku bukanlah orang yang berbau seniman atau pecinta seni. Coba lihat Kevin Aprilio yang ayahnnya Adi MS dan ibunya Memes yang suka dunia musik. Semuanya menurun pada anaknya. Lha aku dari mana coba?


Masuk MAN, aku tertarik untuk ikut ekskul teater, namanya Teater Nandur. Pertama memang sedikit aneh karena pendapat beberapa gelintir orang yang mengatakan anak teater itu rada kurang genap. I don’t care, aku belum mencobanya baru memberikan penilaiannya.


Setelah bergabung dengan Teater, ternyata sangat-sangat mengasyikkan. Disini aku bisa menjadi apa yang aku mau. Ya, aku bisa memerankan apa saja yang sebenarnya bukan aku. Ya, aku menjadi aktris untuk diriku sendiri.


Dari teater juga aku belajar bahwa sebenarnya aku lebih cocok untuk menjadi pemain belakang yang ingin mensukseskan pertunjukkan. Apa aku melakukannya? Tentu saja iya. Aku suka posisi ini, aku menikmatinya.


Harapan pun tinggal harapan. Setelah lulus sekolah, aku belum lagi ikut komunitas seni apapun. Harapannya, aku ingin sekali ikut komunitas teater. Dari komunitas ini, aku berharap bisa terus belajar seni teatrikal di dalamnya.


Komunitas Teater, mungkin pertemuannya nanti ngga setiap hari seperti sekolah, paling ngga seminggu sekali bolehlah. Di komunitas teater ini kita bisa belajar banyak tentang dunia akting. Kita bisa berbagi tentang bagaimana akting yang baik, apa saja yang perlu kita pelajari misalnya mimik muka, teknik vokal serta pengambilan nafas yang baik sehingga menghasilkan suara yang keras tapi ngga menyiksa pita suara.


Setelah kita belajar banyak hal dikominitas teater ini, mungkin kita akan mengadakan pertunjukkan untuk amal bagi mereka yang membutuhkan. Kita bisa mengajukan undangan atau bantuan kepada artis-artis yang lebih dahulu bergelut dengan dunia teater seperti Butet Kartarajasa, Slamet Raharjo, Sujiwo Tejo, Lula Amaria, Happy Salma dan masih banyak lagi.  


Andai saja di Jepara ada ya, aku akan mengikutinya jika aku ngga sibuk. Hey, apa mungkin di Jepara sudah ada tapi akunya aja yang ngga tahu? Entahlah, may be yes may be no.


Teater, kadang memang dianggap ngga terlalu wah dibanding seni lain. Tapi aku sendiri merasakan betapa ngga gampangnya berakting dalam teater. Akting di teater ngga kaya akting pemain sinetron yang dikit-dikit cut, lalu baca naskah lagi. Di teater kita harus full akting, menjiwai semua yang kita perankan. Ngga ada yang namanya cut lalu tiba-tiba bilang lupa naskah. Nothing. Cobalah bermain teater dan kamu akan merasakan sensasinya.


No body perfec begitu juga komunitas. Harapannya, dalam komunitas teater, orangnya ngga hanya pintar akting untuk membohongi masyarakat, tapi untuk memperjuangkan mereka yang butuh bantuan. Lewat gerak dan akting mereka menyuarakan sosial yang ada di masyarakat.


Bukankah di bumi ini kita hidup di panggung sandiwara? Kita berakting sesuai skenario yang digariskan oleh-Nya. Intinya, kita di dunia ini berusaha menampilkan sebuah panggung atraksi terbaik dalam hidup kita, menutup cela yang jelek untuk dipertanggungjawabkan nanti di akhirat.


Masihkah kalian berakting untuk membohongi diri sendiri? Yuk mari kita bersosialisasi dengan orang lain, belajar berbagi dengan manusia lain. Kita makhluk sosial, kita butuh hidup dengan orang lain. Kita butuh yang namanya komunitas untuk menyambungkan kegemaran kita dan memberikan wadah kreatifitas dalam diri kita. Apa pun aktivitasmu dan bergabunglah dengan komunitas yang sesuai dengan minat kalian tapi tetap mengedepankan hal-hal positif. Bagaimana dengan komunitasmu?