Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Kehilangan

Aku tidak menyebut ini cinta, ini hanya intikali semata ~ John Terro

Kalau ini, aku malah belum bisa menyebut ini cinta. Mungkin hanya sebuah rasa yang terpendam dan memang harta terpendam yang tidak perlu diotak-atik lagi :uhuk .


Aku bertemu dengannya untuk pertama kali saat mendaftar sekolah :uhuk . Dia, pendiam sama diamnya sepertiku #Ciyeee :uhuk . Waktu itu dia bersama ibunya dan aku bersama bapakku. Biasalah namanya orang tua, pengen aja lihat transkrip nilai ujian anak-anaknya. Joinan tuh para orang tua, aku juga lihat sih :uhuk . Nilainya, bagus, pinter dia.  Dia itu namanya ... #Sensor . Oh namanya itu, kaya nama teman SDku :uhuk .



Setelah ujian seleksi dan pengumuman yang ternyata aku bisa masuk sekolah tersebut :smile . Setelah MOS 3 hari, kami siswa-siswi baru mendapat pembagian kelas. Pucuk dicinta ulam (ikan) di air [Pepatah apa ini?] aku sekelas sama dia :uhuk .


Karena sudah kenal sebelumnya, kami pun akrab. Bangkunya juga ngga jauh-jauh amat dari tempat dudukku :uhuk . Aku dibaris pertama, dia nomor tiga dibelakangku. Kalau ditanya rasanya gimana? Biasa aja sih, kan aku ngga menyebut ini cinta :wek .  Namanya juga anak baru lulus SD, mana ngerti soal cinta-cintaan? Aku juga ngga ngerti kenapa ngobrol sama dia itu menyenangkan. Mungkin sih karena kesan pertama yang baik kali yah.


Sebenarnya, aku adalah seseorang yang gampang sekali mengagumi orang lain, suka sama orang lain, tapi ngga gampang jatuh cinta. Rasa sukanya itu pun ngga bisa instan, ketemu langsung gimana-gimana. Semua itu perlu proses dan pemasakan yang matang :uhuk .  Tapi untuk mengagumi sesosok dia, jujur aku ngga tau alasannya. Dari kepintaran? Semua teman sekelasku pinter cuy, anak rangking semua. Jadi alasannya apa? Entahlah.


Setelah beberapa bulan, kami memang akrab ditambah lagi teman sebangkunya juga baik banget. Kadang-kadang diskusi bertiga juga. Yah seru-seruan gitu. Suatu hari, aku ngobrol sama dia. Ngobrol biasa gitu. Eh ngga taunya ada yang nyorakin. Katanya aku sama dia ada apa-apa. Padahal iya sih, aku menganggap dia sahabat yang baik :uhuk . Tapi toh akhirnya, kami saling menolak masing-masing. Maksudnya, kami bilang kami ngga ada hubungan spesial selain pertemanan sama seperti teman lain.


Mulai dari sanalah, dia menjauhiku :hwa . Aku kehilangan dirinya :hiks . Kalau aku lebih mengartikannya, kehilangan teman ngobrol, teman diskusi. Maklumlah, teman sebangkuku juarang ngomong.


Waktu berlalu, kami naik kelas VIII. Dia masih teman sekelasku. Cuma tempat duduknya jauh banget dari jangkauanku. Yang masih sama, dia masih diemin aku coba. Ngomong aja kalau ada sesuatu yang penting. Kalau ngga ada? Yah berlalu deh.


Suatu hari, dalam pelajaran Bahasa Indonesia kami ditugaskan untuk membuat denah rumah masing-masing. Tiba-tiba dia liatin denah rumah yang ku buat. Wah, aku sudah GeEr tingkat dewa. Oh jangan datang ke rumahku. Aku jarang di rumah :smile . Dia Cuma bilang, “ Oh daerah ini? Aku sering lewat waktu main ke rumah si A. Kadang kalau aku pergi ke sekolah, aku juga lewat sini,” . Just it :etc .


Oh iya, dia juga seseorang yang pernah menegurku ketika rambut panjangku terlihat saaat berkerudung. Katanya gini, “Buat apa pakai kerudung kalau rambut belakangnya kelihatan,” . Padahal, banyak teman di kelas juga seperti itu. Tapi kenapa aku aja yang ditegur? Aha! Mungkin karena pacarnya berambut pendek, makanya rambutnya ngga kelihatan, trus dia menegurku :uhuk.


Aku belum bilang ya? Waktu kelas IX, dia pacaran sama teman cewek sekelas kami. Yah, tiga tahun kami sekelas terus. Bosen aku. Ceritanya aku masih sebel gara-gara kehilangan dia, sahabatku yang dulu.


Sampai kelulusan pun, ngga ada kata-kata spesial pakai telur yang terucap. Kami sama-sama gembira karena satu kelas bisa lulus. Nilai kami juga lumayan, bisa masuk sekolah favorit. Salaman massal satu kelas, standar ajalah.


Kami mendaftar di sekolah yang berbeda. Semua kembali normal, seolah kita memang tidak pernah berjumpa. Aku tahu dia sekolah dimana, hanya sebatas tahu dari beberapa teman. Aku dengan kehidupannku, dia dengan kehidupannya.


Tahun 2010, ketika kita sudah lulus SMA, aku tak tahu dimana dia kuliah. Pernah ketika tahun 2011, saat aku sudah aktif ber FB-an ria, aku menemukan teman-temanku yang dulu. Di sebuah akun, aku menemukan fotonya. Nama FB yang dia pakai juga mirip nama aslinya. Langsung saja ku add dan beberapa waktu di konfirmasi olehnya. Ini ku lakukan bukan karena ada rasa padanya. Aku hanya berfikir, kita sudah sama-sama besar. Masihkah ada kesempatan untuk menjalin pertemanan lagi? Seperti dulu saat pertama kali bertemu.


Setelah menjalin pertemanan di FB, aku masih canggung untuk menyapanya. Aku hanya membaca status-statusnya. Dia sering kali menggunakan Bahasa perancis. Setres mode on deh :uhuk . Hingga suatu hari, dia menggati PP dengan foto seorang perempuan. Aku kira, dia pacarnya. Tapi kenyataannya, akun FB itu milik seorang perempuan yang mungkin saja pacarnya, bukan akun miliknya. Kiyaaa~ aku salah add :uhuk .


Sekarang ini, aku tak tahu sama sekali kabarnya. Aku memang sengaja tidak mencari tahu, apa untungnya coba? #ModusPedagang . Apa aku masih kehilangannya? Sepertinya aku lebih takut kehilangan waktu untuk  berkarya daripada memikirnya :uhuk . Kalau suatu hari aku bertemu dengannya, kira-kira apa yang akan ku lakukan? Ah, biarlah semua mengalir apa adanya :smile .


Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Tentang Cinta yang Tak Kesampaian/Terpendam

Berani Cerita #02 : Rama

Dalam suasana malam yang mencekam di tengah hutan, beberapa orang berlarian tak tentu arah. Tak ada cahaya, hanya gelap yang menyapa.

DOR!

Suara tembakan melesat jauh dikegelapan malam. Krek! Gedebug! Perlahan terdengar jelas suara ranting yang tertindih tubuh yang ambruk lemah tak berdaya. Aku berlari mendekat, memastikannya. Apa dia baik-baik saja atau malaikat maut telah mencabut nyawanya?


"Dia mati. Bawa mayatnya. Akhinya kita bisa istirahat setelah berlari seharian ini," ucapku pada anak buahku.
"Siap Inspektur!" jawab mereka serempak.


Malam ini, tepat saat bulan purnama bersinar. Seorang buronan pelaku pembunuhan, mati akibat timah panas yang bersarang di dadanya. Akhirnya aku bisa bernafas lega. Aku akan pulang, menemui bayiku yang lahir ke dunia pagi tadi saat aku sedang bertugas.

***
Delapan tahun kemudian.

Rama anak laki-lakiku duduk manis di sampingku. Dia terlihat begitu gagah diusianya yang masih sangat muda. Dari kecil hingga usianya yang kedelapan tahun, aku selalu mengajarinya tegas dan berwibawa seperti ketika ayahku mendidikku waktu kecil dulu. Silfia, istriku sering protes. Katanya aku terlalu keras dalam mendidik Rama. Aku mencoba memberikan jawaban yang logis. Bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya? Aku hanya menerapkan pendidikan ketegasan, kedislipinan seperti yang sering diajarkan oleh orang tuaku dulu.


Suasana sudah ramai. Perkumpulan antar jendral ini selalu diadakan setiap tahun dan setiap orang slalu memamerkan kehebatan anak-anaknya. Aku yakin betul, anakku pasti akan menjadi seperti yang ku mau. Aku telah melakukan yang terbaik untuknya.


Rama pergi menuju panggung acara seperti anak-anak yang lain. Semua anak-anak jendral yang hadir akan menampilkan keahliannya. Jauh-jauh hari aku sudah mengajari Rama berbagai hal. Mulai dari tenis, golf, berenang, catur, menembak, semua yang sering jendral-jendral lain lakukan. Rama, kelak saat dewasa pasti akan jadi Jendral Bintang Lima sepertiku.


Semua anak tampil memukau dan para orang tua pun bertepuk tangan dengan riuhnya. Kini tiba giliran Rama. Aku sudah bersiap dengan segala penampilannya. Rama, tidak membawa raket, catur, mau pun pistol-pistolan yang ku belikan. Perlahan dia mengeluarkan kertas dan pensil kemudian mencoret-coretkan sesuatu diatasnya.


Perlahan dia memperlihatkan hasil coretannya kepada semua orang. Aku hanya melongo melihatnya dengan sedikit melotot. Semua orang menahan Tawa. Rama yang aku banggakan di depan semua orang dengan segala keahliannya hanya membuat gambar tangan yang tidak ada mutunya dalam acara sehebat ini.



Rama melihatku. Semua orang mencibir, saling berbisik tentang kebodohanku. Aku berkata rama hebat, dia bisa apa saja. Tapi ini? Air mata menetes di pipinya, dia terisak. Perlahan Silfia bangkit dari kursinya, aku menahannya. 


"Biar aku saja yang menjemputnya," ucapku
"Biar aku saja. Aku tak mau kamu memarahinya,"
"Percayalah padaku,"


Aku melangkah mendekati panggung. Rama hanya tertunduk, sepertinya dia takut padaku.


“Sayang, kamu hebat. Ayah bangga padamu,” bisikku sambil memeluk tubuh mungilnya.


Setidaknya, peristiwa pemukulan ketika aku berusia delapan tahun tidak terjadi juga pada Rama. Yah, dalam acara yang sama ayah memukulku karena aku menggambar baju perempuan di depan semua orang.


465 Kata

Quote : 
“Buah jatuh, tidak akan jauh dari pohonnya”
“Ajarlah anak-anakmu, bukan dalam keadaan yang serupa denganmu. Didiklah dan persiapkan lah anak-anakmu untuk suatu zaman yang bukan zamanmu. Mereka akan hidup pada suatu zaman yang bukan zamanmu.”

Tulisan ini juga diikutkan pada Lampu Bohlam #2 - Pohon

Bapak

Aku sudah sering kali menuliskan sesosok Bu e disini. Bu e, wanita yang hebat, lebih hebat dari siapa pun. Kali ini, aku ingin menulis tentang Bapakku. Seorang lelaki yang hebat dan tangguh. Dulu, Bapak adalah orang yang cukup keras. Dengan kumisnya yang tebal, Bapak cukup terlihat garang. Sauranya keras dan juga lantang. Sering kali Bapak marah saat anak-anaknya bertengkar. Tapi aku selalu percaya, dibalik kegarangannya Bapak adalah sosok penyayang.

Ketika Aku Pergi dari Rumah, entah mengapa sosok Bapak ah yang paling ku rindukan. Bapak sedikit keras kepala, aku juga. Kami sering beradu argument dalam berbagai hal. Dulu jaman aku masih labil, sering kali ingin marah gara-gara kalah omong sama Bapak. Yah beginilah kalau dua orang keras kepala sedang beradu.

Bu e, Bapak adalah orang tua yang hebat. Bapak selalu bekerja keras untuk keluarga. Bapak selalu berperinsip bahwa anak-anaknya harus berpendidikan lebih baik darinya. Semua anak Bapak harus lulus pendidikan minimal. Pendidikan minimal disini bukan wajib belajar sembilan tahun, melainkan minimal untuk bisa masuk kuliah. Empat dari lima anak Bapak yang hidup semua telah lulus MAN. Kini tinggal adikku yang masih duduk dibangku MAN kelas X. Bagaimanapun caranya, tak peduli hutang atau telat membayar, yang penting anaknya bisa sekolah.

Sekarang, Bapak sudah tidak muda. Bapak tidak sekeras dulu lagi. Bapak jauh lebih friendly. Mungkin, semakin tua seseorang, maka sikap bijaksananya akan semakin kuat. Oh iya, yang lebih keren lagi adalah  sudah tiga tahun ini Bapak berhenti merokok.

Kalau ditanya ungkapan cinta apa yang bisa ku berikan kepada Bapak  jujur aku tidak tahu. Bapak bukan sosok pecinta puisi. Bapak bukan orang yang suka basa-basi. Kalau iya ya iya, kalau tidak maka tidak. Yah, ini memang bukan hari Bapak  Tapi toh kapan pun kita bisa menyampaikan terimakasih untuk Bapak kita. Meskipun dia jarang di rumah, bukankah dia bekerja untuk kita? Untuk memberikan nafkah anak istrinya?

Bapak, aku tau kau tak sehebat Habibi
Yang bisa jadi presiden dan menciptakan pesawat terbang
Aku tahu, kau tak seganteng Jet Li
Yang jadi aktor musuh pun ditendang
Kau hanyalah Bapak
Bapakku yang ku banggakan
Bapak, terimakasih atas semua pengorbananmu
Terimakasih atas semua kasih sayangmu
Terimakasih atas cintamu

Maaf, sampai hari ini aku masih merepotkanmu
Dengan kekuatan doa darimu, aku percaya
Semua akan indah pada waktunya


Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba “Ungkapkanlah Cintamu”

[Berani Cerita #02] : Ngerasani


Arghhh!!!

Aku benar-benar pusing. Deadline www.beranicerita.com mendekati garis finish. Tapi apa? Ide sama sekali ngga muncul. Baru bikin FF aja otak sudah soak. Bagaimana jika kata di dunia ini habis? Semua kata telah terungkap dan telah diterjemahkan menjadi bahasa yang indah. Lalu aku tak mampu lagi berkata. Bagaimana ini?

Bluk-Bluk-Bluk

Aku begidik, suara beluk sedikit mengagetkannku. Ah, burung hantu itu kadang-kadang bikin ricuh. Hey, apa yang salah dengan burung hantu?

Aku berjalan menuju jendela kamar menjauhi monitor komputerku. Ku perhatikan burung hantu itu yang samar-samar terlihat bertengger manis di dahan pohon jambu. Entah apa yang dia lakukan disana? Di Pohon jambu milik tetangga sebelah.

Sorot matanya tajam, hidungnya pesek. Eh, itu hidung apa paruh yah? Kata orang tua, kalau ada burung hantu bernyanyi di dekat rumah seseorang, itu menandakan akan ada yang meninggal. Apa itu salah burung hantu? Menurutmu? Bukankah hidup, mati semua telah digariskan oleh-Nya?

Dilihat lama-lama, tuh burung hantu sepertinya melihat ke arahku. Udah kaya Limbad aja dia. Ah, Limbad kan juga punya burung hantu. Kemarin aku baca berita, Limbad nyalon jadi Bupati Tegal. Keren banget tuh orang. Mungkin nanti ngomong sama rakyatnya pakai bahasa isyarat kali ya? Atau mungkin akan diwakilkan oleh burung hantunya? Ngga bisa bayangin deh dia yang ngga ngomong di TV eh mau berorasi.

Sebenarnya, apa sih yang Limbad lihat dari seekor burung hantu? Kenapa bukan yang lain? Sapi, kambing, ayam, sekalian buat ternak. Burung hantu itu, matanya nyeremin meskipun memang terlihat tegas. Jarang ngomong, sepertinya introvert banget dia, ngga cocok jadi penyiar radio atau pun presenter. Kalau siang merem terus kalau malam mandangin orang sampai begidik. Tapi nyatanya, burung hantu menjadi motivator terbesar Limbad dalam berbagai aksi. Kadang-kadang kalau setanku kumat, pengen juga aku nyekik burung hantunya Limbad. Kira-kira apa yang terjadi ya?

Jah, tuh burung terbang ke arahku. Apa dia mendengar suara hatiku? Apa dia tahu aku sedang ‘Ngerasani’ dirinya? Arrggg!!!

Mati lampu. File yang ku tulis belum ku save.

Quote dari Kebudayaan Atena :
"A wise old owl sat on an oak;  The more he saw the less he spoke; The less he spoke the more he heard;  Why can’t we all be like that bird?"

Notes :
318 Kata
Ternyata membuat cerita yang tersirat itu.... :uhuk

Prompt #4: Boneka untuk Risa


"Ibu! Lihat! Aku bawa boneka untuk Risa!"

Ibu tersenyum kemudian berkata, “Lucu sekali. Mudah-mudahan Risa suka. Ibu antar ke kamarnya sekarang?”

Bayu mengangguk senang, selalu seperti itu. Apa dia tidak lelah? Aku saja sudah lelah melihatnya terus membawakan boneka. Mungkinkah ada sedikit rasa menyesal bersarang di kepalanya?

Bayu, mantan pacar Risa sejak setahun yang lalu. Dia masih tetap Bayu yang sama, yang telah mencuri hatiku  sejak SMA dan hati Risa yang kini linglung tak mau ingat apa-apa.

"Rana, aku putus dengan Risa," kata Bayu yang sedikit mengagetkanku.

Aku diam sejenak memandangi meja makan di sebuah cafe yang sering Bayu dan Risa kunjungi. Sejak tiga bulan ini kami memang sering bertemu membicarakan berbagai hal terutama tentang pekerjaan. Bayu menjadi rekan bisnisku, tak ada yang salah jika kita sering bertemu.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan Risa?" tanyaku kemudian.
"Dia tak pernah salah, hanya saja aku mulai menyadari satu hal, aku tak lagi mencintainya,"

Hatiku berdesir, mungkinkah Bayu menyadarinya? Menyadari cintaku yang selalu ada untuknya? Apa dia tak sadar, yang menerima pernyataan cintanya itu aku, bukan Risa kembaranku.

"Aku sadar, kini aku mulai mencintai ..."
"Bayu?" Ucap Risa memotong perkataan Bayu dan jelas saja itu sangat mengagetkanku.
"Rana, kamu..."
"Risa, aku mohon jangan berfikir macam-macam. Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan," jelasku

Risa berlari dengan air mata dipipi. Aku juga merasakan sakit yang sama. Aku dan Bayu mengejarnya ke luar cafe. Beberapa orang berkerumunan di pinggir jalan. Risa, tergeletak tak berdaya dengan darah yang keluar dari kepalanya.

"Rana? Sudahkah ada perkembangan tentang kondisi Risa?" tanya bayu

Aku tersentak dari lamunan di masa lalu.

"Buat apa kamu menanyakannya? Aku tak tahan dengan kondisi Risa yang seperti itu. Dia sehat, tapi pikirannya entah kemana. Apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian? Apakah risa tahu bahwa kamu memang tak lagi mencintainya?"

"Maafkan aku Rana, aku tak bermaksud menyakiti hati Risa. Bukankah cinta memang harus dinyatakan? Risa sudah tahu, aku tak lagi mencintainya. Dia juga tahu siapa yang aku cintai,"

"Risa tahu? Ya Tuhan.... Aku tak mau seperti ini Bayu. Aku tak bisa mencintaimu jika harus mengorbankan Risa saudaraku. Aku tidak bisa bahagia diatas penderitaannya,"

"Rana, dengarkan aku!"

"Sudahlah, cukup. Semuanya sudah cukup."

"Rana, ini bukan karena aku mencintaimu, tapi...."

"Tapi apa? Kamu sangat mencintaiku? Kita bukan lagi ABG yang berkutat dengan cinta-cintaan,"

"Rana dengar! Justru ini karena kita bukan lagi ABG, tapi karena aku sadar, bersama seseorang yang ku cintai akan membuatku lebih dewasa,"

"Persetan dengan semua itu,"

"Aku memang harus menjelaskan ini padamu. Risa sudah tahu, kamu juga harus tahu,"

"Baiklah,"


"Rana, aku meninggalkan Risa bukan karena aku mencintaimu, tapi karena aku mencintai ibumu. Aku ingin jadi ayahmu,"

Aku #Rana nelen boneka.


Monday FlashFiction


438 Kata
Nglantur tenan nih cerita :uhuk

Ketika di Bus

Bismillahirrahmaanirrahim

Setelah kemarin bercerita tentang Kota Dua Kelinci, akhirnya sore tanggal 3 Maret aku balik ke Jepara. Kalau kemarin berangkatnya sendiri, sekarang pulangnya ngga sendiri :uhuk . Ini bukan lantaran disana menemukan sesosok manusia kemudian jatuh cinta dan mengajak menikah. Itu terlalu mengada-ngada dan kurang so sweet :uhuk . Ini karena Bu e, Bapak dan Irfan nyusul kesana :uhuk . Anak mamikah diriku ini? :uhuk . Jelaslah, aku anak Bu e dan Bapak :smile .


Sebenarnya kemarin itu Bapak Bu e ada acara di Rembang sama anggota ngajinya. Yah wes, mampir deh ke rumah mbak sekalian nengok cucu, si Lala. Meski cuma sehari, paling ngga sudah cukup nyenengin keluarga jauh. Oh iya, tempat tinggalnya mbak Ita dan keluarga sebenarnya lebih dekat ke kota Rembang daripada ke Pati. 


Setengah lima sore kami sudah cabut ke jalan buat nunggu bus Indonesia Jepara Surabaya. Biasanya sih jam lima sudah datang, tapi kemarin setengah enam sore baru muncul tuh bus. Itu aja yah yang barengan nunggu ada beberapa orang. Langsung deh busnya penuh ngga dapat tempat duduk. Sebenarnya aku biasa aja kalau ngga dapat tempat duduk. Wong dulu pernah balik dari rumah mbak sampai Jepara berdiri. Biasanya aku paling ngga tahan berdiri terus kesemutan. Alhamdulillah, waktu itu ngga kesemutan sama sekali, malahan enjoy aja tuh :uhuk . Bagaimana dengan kemarin? Yap, aku duduk lesehan di belakang pak supir :uhuk . 


Awalnya sih aku mau jongkok aja, tapi posisi kurang pewe jadinya yah lesehan di belakang pak supir. Mikir-mikir enak kali yah kalau bisa baca buku, tapi lampu busnya ngga dihidupin, gatot deh. Akhirnya ndomblong aja liatin jalan sambil mantengin cari-cari patung Dua Kelinci. Tapi toh kenyataannya ngga nemu :uhuk .


Sekitar di Kudus, akhirnya dapat tempat duduk jejeran sama guruku pas MAN. Kebetulan aja sih karena beliau habis ngunjungin orang tuanya. Sebenarnya, kalau pun aku ngga nyapa beliau ngga ada masalah sih. Wong aku nyapa aja beliau lupa-lupa ingat sama aku :smile .


Namanya di dalam bus, apa pun bisa terjadi. Mulai dari ngga dapat tempat duduk, desak-desakan, kecopetan [aku belum pernah, semoga saja ngga pernah] dan lain-lain. Kalau ngga dapat tempat duduk sama desak-desakan mah biasa. Paling parah kalau sore hari barengan sama buruh yang ngga mandi trus ngangkat tangan buat pegangan, OMG :omg . Rasanya sudah pengen muntah sendiri, antara bau wangi dan bau keringat. Yah, namanya juga kendaraan umum. Kalau mau santai mah pakai kendaraan pribadi :uhuk .


Lihatlah yang ada di depanmu kemudian tulislah :uhuk . Jadi, di bus yang aku tumpangi itu memiki usia yang berbeda-beda. Ada yang masih balita, anak-anak, remaja, dewasa, ibu-ibu, bapak-bapak, mbah-mbah semuanya ada. Dari yang berjilbab, ngga pakai jilbab, bertopi, memakai kaca mata, bertas besar, tas kecil semuanya ada. Tapi ada satu tempat duduk yang terus saja ku amati.


Tempat duduk tersebut dua bangku dengan posisi di sebelah kiri tempat dudukku nomor dua dari depan pintu bus. Aku sendiri duduk di posisi kanan bangku nomor tiga. Bangku yang ku amati itu dihuni oleh seorang laki-laki dan perempuan [usianya kira-kira 20-an keatas mungkin mahasiswi/siswa]. Aku berfikirnya positif aja, mungkin mereka ‘pasangan’ entah suami istri atau pacar. Namanya juga ngira-ngira :uhuk .


Awalnya, semua normal. Si cewek sibuk dengan Hpnya, si cowok rada ngantuk-ngantuk gimana gitu . Kadang aku berfikir, dosa kali yah mataku ini. Jelalatan banget ngawasin orang lain :uhuk . Setelah memasuki Jepara, penumpang sedikit berkurang. Aku panggil deh Irfan biar duduk di sampingku, biar agak pewe gitu deh.


Ketika si Irfan sudah duduk disampingku, matanya itu lho ngga berhenti-henti menatap ke bangku sebelah. Bangku yang di huni ‘pasangan’ yang ku sebut tadi . What happen? Why? Ku tengok. Ternyata mereka berdua sedang pegangan tangan. Muka mereka deket banget. Karena si mbaknya berjilbab, aku fikir kemungkinan besar mereka suami istri. Yah, nikah muda memang bisa menjadi alternatif untuk mencegah perbuatan yang ngga pantas.


Masih memperhatikan ‘pasangan’ tadi yang sebenarnya aku mulai risih ketika melihatnya. Irfan masih saja memperhatikan keduanya yang malah makin ‘mesra’ . Aku coba mengalihkan perhatian Irfan dengan meminjamkan HP milikku. Pokoknya sebisa mungkin Irfan ngga liat lagi adegan yang kurang pantas itu. Berhasil? Yah lumayan, soalnya Irfan mendadak pusing dan mual. Jadi dia coba tidur lagi deh.


‘Pasangan’ tadi masih ‘mesra’ dan aku benar-benar risih dibuatnya. Sekali pun mereka suami istri, harusnya mereka sadar tempat. Mereka bukan di rumah sendiri apalagi di kamar. Kok bisa-bisanya ‘Mesra-mesraan’ di kendaraan umum yang penumpangnya ngga hanya usia 17+ . Awalnya aku mau komplain saja atas kelakuan mereka. Tapi kemudian aku urungkan karena aku berfikir, bagaimana kalau mereka pasangan suami istri? Nanti mereka marah karena hak asasi mereka di ‘ganggu’. Intinnya sih, masa bodohlah. Mending tidur saja :uhuk


Tapi toh kenyataannya aku ngga bisa tidur. Bukan alasan takut kesasar, wong aku turunnya tepat di garasi, tapi yah memang ngga bisa tidur. Sampai akhirnya setelah lampu hijau di kawasan SMEA Jepara, si mbak ‘pasangan’ tadi berdiri. Kaget aku, kok ngga sama si lelaki ‘pasangan’ nya?


Aku nepok jidat, istigfar, ngamuk dalam hati, sewot, uring-uringan ngga jelas liat si cewek turun duluan terus si lelakinya yang tadinya duduk langsung berdiri dan ikut turun beberapa meter setelahnya. Jadi mereka itu? Arggg ...


Sampai di rumah, setelah bla-bla, Bu e pun bercerita. Setelah dapat tempat duduk, Bu e duduk tepat di bangku depanku dan memperhatikan ‘pasangan’ itu juga . Bu e istigfar, nyebut macam-macam untuk mengekspresikan apa yang dilihatnya. Aku pun menyambung dengan ekpresi yang sama syok :shock nya ketika tau kenyataan yang ada.


Bu e langsung wanti-wanti agar aku jaga diri. Jangan sampai kejadian macam di bus itu terjadi padaku. Tadinya pun aku berfikir betapa romantisnya adegan di bus dalam drama Korea. Ngga sengaja tertidur dan bersandar dipundak seseorang. Tapi toh kalau ada yang tertidur dan nyaris mendekat, aku langsung masang tameng, menjauh agar ngga bersentuhan.


Kenyataannya, berjilbab pun ngga jadi jaminan keimanan seseorang. Masih banyak yang berlilbab tapi rambut belakang ala ‘Ekor Kuda’ masih terlihat. Banyak yang berlilbab, tapi pakaiannya ketat. Entah masih bagus mana antara badan berjilbab, tapi hatinya entah kemana dan badan tidak berjilbab tapi hati senantiasa tunduk pada-Nya.


Semua kembali pada hati masing-masing individu. Aku ngga nyalahin si mbak yang berjilbab itu. Aku tak yakin kalau aku masih lebih baik darinya. Mungkin dia ngga bisa menghindar atau ngga punya keberanian untuk melawan. Bukankah berjilbab adalah pilihan dan kemantapan hati? Bagiku, berjilbab atau pun ngga, yang penting sopan dan bisa menjaga diri. 


Aku perempuan, kita perempuan yang sekarang ini memang belajar untuk ngga asal dicolek. Aku punya harga diri, ngga sembarang orang asal nyolek. Dikira kita ini sambal yang bebas di colek sana-sini apa? Bukankah rusaknya akhlak perempuan sama artinya rusaknya negara? Lalu mau jadi apa negara kita ini? Anak-anak kita nanti?

Kota Dua Kelinci

Bismillahirrahmaanirrahim

Mengawali postingan bulan Maret ini, hem baiknya aku cerita sedikit tentang recap bulan Febuari kemarin :uhuk . Jadi ceritanya tema bulan Febuari kemarin adalah cerita cinta. Tapi yah ujung-ujungnya ikut giveaway juga :uhuk . Ngga papalah, meskipun ada yang bilang aku ini Miss GA, Banci Kuis, Banci Kontes yang penting aku happy :hepi :wek . Kayaknya jadi kepuasan batin kalau bisa ikut Giveaway meskipun ngga menang :smile . Kalau menang? Jingkrak-jingkrak dong yah :uhuk

Lanjut? Okey :smile

Mengawali bulan Maret, tepatnya tanggal 1 Maret aku pulang ke rumah. Pertama, jeng-jeng dulu liat pameran buku di Jepara. Meskipun ngga terlalu rame, paling ngga aku masih bisa beli buku murah buat koleksi pribadi :uhuk .  Setengah enam sore, kakak jemput dan pulang deh. Malamnya, persiapan buat perjalan buat esok pagi ke Kota Dua Kelinci :uhuk

Pada tau ngga Kota Dua Kelinci itu dimana?

Kota Dua Kelinci itu adanya di Pati Jawa Tengah. Kenapa disebut Kota Dua Kelinci? Karena Produk Dua Kelinci yang terkenal itu pabriknya hanya ada di Pati, ngga ada di Jakarta. Selain Dua Kelinci, ada juga pabrik Kacang Garuda. Pokonya yang berbau kacang-kacangan ada disana deh. Ya iyalah, wong Pati Bumi Mina Tani :uhuk . Disana juga ada patung pak Tani bawa kacang. Kalau di Jepara Bumi Kartini, patung RA. Kartini gandeng anak kecil sama bawa obor gitu.

Back to topik.

Tepat setengah lima pagi tanggal 2 Maret alarmku berbunyi. Skip aja deh langsung jam lima berangkat ngejar bus Indonesia. Sayangnya, bus dah keluar dari garasi, jadi harus ngejar sampai terminal Jepara. Akhirnya sampai juga di terminal dan bus Indonesianya memang lagi ngetime . Sekitar pukul 05.40 bus Indonesia Jepara Surabaya berangkat. Awalnya aku duduk sendiri sampai di kecamatan lain di jejeri sama ibu-ibu yang juga mau pergi ke Pati.

Setelah bosen baca buku de el el, akhirnya aku milih tidur. Sampai di kota Kretek aka Kudus aku bangun. Dari situ udah ngga bisa tidur lagi. Akhirnya milih liatin jalan sambil mengagumi cintaan-Nya yang begitu indah :smile .


Memasuki kota Pati, mataku sudah ku pajang waspada. Aku penasaran banget sama patung ikon Kelinci yang tersohor itu. Hem, sampai aku turun dari bus pun sama sekali aku ngga liat tuh gigi kelinci :hwa . Kalau yang pabrik Garuda sih sempet liat, tapi yang kelinci itu lho. Kayaknya dia ngumpet ngga berani liat aku :uhuk

Yah karena aku ngga berhasil mantengin si Kelinci, jadi ya aku ngga bisa cerita apa-apa, ngga tau deh bagaimana bentuknya tuh gigi :uhuk . Cerita kali ini ditutup dengan acara telfon mbak Ita buat jemput aku. Sempat syok juga si mbak waktu aku bilang minta jemput. Lha iya, wong kemarin pas telfon-telfonan aku bilang mau ikut kakak rekreasi ke kota lain. Lha ini tiba-tiba minta di jemput aja :uhuk

Happy Blogging :smile