Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

#8MingguNgeblog 5 : Mungkin Ini Cinta



Cinta pertama, pada siapa? Di mana? Kenapa? Entahlah. Yang jelas, aku tidak percaya pada cinta pada pandangan pertama. Love at the first sight? Mana mungkin aku percaya kalau belum mengalaminya sendiri? Bagiku, cinta adalah cinta. Cinta hadir karena terbiasa dan adanya waktu. ‘Witing tresna jalaran saka kulina’ menurutku itu. Iya, seperti yang aku rasakan dulu.


Iya, aku sering datang kesana. Ketiga kakakku menuntut ilmu dan tinggal ditempat itu. Suasananya tidak asing, toh banyak yang kenal denganku. Tempatnya bukan tempat yang mewah. Tidurnya pun hanya beralaskan tikar. Kalau kita bawa kasur lantai saja, kasian teman yang lain gara-gara tidak kebagian tempat.


Aku sadar, tinggal jauh dari orang tua dan rumah bukanlah hal yang mudah. Sebulan pertama aku disana, setiap akan tidur aku selalu menangis. Kakak perempuanku, mana tahu? Aku menyembunyikan tangis dalam bantalku. Teman? Mereka sama, menangis juga. Teman dekat? Tak ada. Aku sendiri hanya sendiri. Dulu Kakak perempuanku lebih dekat dengan orang lain dari pada denganku. No problem, aku memang terbiasa sendiri.


Rumah keduaku, tempat aku menuntut ilmu. Tempatku menghabiskan waktu. Aku tak pernah sadar kapan cinta itu muncul. Aku hanya tahu, aku nyaman disana. Setidaknya ada sebagian kecil yang peduli denganku. 


Tak ada cinta yang sempurna. Tak ada cinta yang luput dari cobaan. 


Sepeninggalan Kakak-kakakku, aku benar-benar sendiri. Satu hal yang sulit hilang, keegoisanku. Aku kurang bisa berbaur dengan teman-teman yang terlalu banyak bicara dan tertawa. Aku enggan sekali bermain dan memilih untuk tidur. Ketika perlahan-lahan hampir semua orang menjauhiku, satu hal yang aku yakini, tempat itu selalu bisa menerimaku.


Semakin hari, kejenuhan menuncak. Aku lelah dengan keadaan itu. Bapak, Bu e, aku ingin pindah dari tempat itu. Setiap kali aku ingin mengutarakan keinginan itu, nyatanya Bu e, Bapak seolah tahu dan menasihatiku. Aku bertahan lagi, bukan untuk diriku tapi untuk kedua orang tuaku.


Ketika aku lulus MTsN, aku senang sekali. Bukan karena kelulusan dan nilai yang lumayan. Tapi lebih karena aku bisa pergi dari ‘Penjara Suci’ itu. Tempat yang aku sanjung, tapi juga tempat yang menyimpan banyak kenangan pahit, manis dan asam. Belum sampai pengumuman pun aku kabur, pergi dari sana. Rasanya, semua terbebas seolah aku bukan lagi tawanan.


Setelah setahun keluar dari ‘Penjara Suci’, aku mendapat banyak pengalan di luar. Aku yang terbiasa berjalan kaki harus rela naik turun angkot. Harus mau kepanasan, dan harus mau mencari mushola dikeramaian pasar agar tetap bisa solat pada waktunya. Hanya itu? Ya, just it.


Saat kenaikan kelas XI MAN, aku memutuskan untuk masuk ‘Penjara Suci’ lagi. Bukan di tempat yang sama, aku ingin tempat yang berbeda. Setelah beberapa waktu disana, aku baru menyadari. Tempat baruku sungguh berbeda dengan tempatku dulu. Rasanya, jika waktu bisa diputar, aku ingin kembali pada ‘Penjara Suci’ ku yang dulu. Mungkin ini cinta yang terlambat. Disadari ketika tak lagi bersama. Tersadar ketika keadaan mungkin jauh lebih baik dari yang dulu.


Mulai saat itu, aku belajar lagi tentang mencinta. Bukan mencintai manusia, tapi mencintai tempat dimana kita tinggal. Tempat kita bernaung, tempat kita belajar dan istirahat. Semua yang terjadi tak perlu disesali. Yah, aku mengulang untuk mencintai, tentu saja itu bukanlah hal yang mudah. Tapi aku selalu percaya, cinta hadir karena terbiasa. Cinta pertama pada ‘Penjara Suci’ sebuah pesantren kecil tempatku menuntut ilmu. Rindu, jelas masih ada. Paling tidak, saat idul fitri aku masih berkunjug kesana. Cinta itu datangnya dari hati yang tulus. Mungkin ini cinta dan masihkan aku mencintainya? Tentu saja :luph .


BeraniCerita #09 : Rena

“Hai stop! Jangan ditaruh disitu!”

“Lalu dimana?” tanyaku pada Rena

“Situ, di sebelah lampu itu. Selalu ya, kalian kalau kerja ngga ada yang pernah beres. Masa ngurusi hal sepele seperti ini aku sendiri yang harus turun tangan?”

“Itu karena kamu ngga pernah percaya dengan orang lain,”

“Jadi, aku harus percaya sama kamu Vin? Kamu kan pengacau! Lupa apa kalau kamu sering mengambil pekerjaanku?”

“Aku ngga ngambil. Bukankah kita ini team?”

“Dekorasi ini aku yang atur, kamu urusi yang lain aja! Ingat! Pameran kali ini ngga boleh kalah!”

***

"Yakin Nay kamu mau nikah sama Vino?"

"Sure, Why not? Dia baik, bukannya dia temanmu?"

"Teman? Mencuri hasil pekerjaanku itu teman? Merusak pameran dekorasiku juga teman? Dia pengacau Nay!"

"Hei, kalian waktu itu kan team, ngga ada kata mencuri karya Ren."

"Aku ngga bisa percaya penuh sama dia. Apapun yang dia kerjakan ngga beres."

"Lalu siapa yang bisa membereskan semuanya?"

"Tentu saja aku, siapa lagi?"

"Pantas saja Vino batal menikahimu, menyedihkan sekali kamu Ren."

"Apa?"

"You're not alone di dunia ini Ren. Kamu juga butuh orang lain. Yang harus kamu tahu, Vino berhasil membuat design undangan cantik untukku."

Rena melihat design undangan Nay dan Vino. Cantik, ucapnya lirih. Aku juga bisa, gumam Rena lagi.


All About Nay
Quote:
If you judge people, you have no time to love them. ~Mother Theresa

Quotenya msuk ngga sih? :uhuk

Selamat Ulang Tahun Kak


Hai, hari ini deadline Berani Cerita 9 lho :uhuk . Kenapa Ji, kok masih cengar cengir? Ngga buat? Belum ada ide :uhuk . Udah mikir keras, tapi ya gitu deh.


Dari pada seteres, mending aku bilang Happy Birthday to my Kakak. Yah, Kakakku yang ganteng sendiri, yang baiknya minta ampun sedang berulang tahun yang ke 24. Tadi pagi sih sudah SMS aku buat ngasih ucapan, dianya :smie gitu .


Lucunya, dulu kita berlima jaman masih orok, mana pernah ngucapin selamat ulang tahun. Lupa, atau malahan ngga tahu. Tapi seiring berjalannya waktu dan mungkin kedewasaan, dan karena salah seorang diantara kami berada jauh dari tempat kelahiran jadinya kami berlima sering mengingatkan tentang ulang tahun. Memang rada ngga penting, karena baiknya kita mengingatkan dalam kebaikan. Tapi ya, kalau saudara yang ngucapin, jadi sesuatu deh :uhuk .


Intinya sih, aku bersyukur banget punya Kakak sepertimu. Laki-laki yang baiknya selangit, ngga suka ngrokok, pengertian dan yah terimakasih karena sampai saat ini aku masih sering merepotkanmu Kak. Insya Allah, akan ada wanita baik-baik yang pantas untukmu, aku yakin itu.


Selamat ulang tahun juga buat Kang Sofyan. Tambah barokah usianya ya Kang. Siap-siap jadi suami siaga ya Kang :smile . Yang ulang tahun hari ini, selamat ulang tahun yaaaa :smile .


Mari senyum dan happy blogging :hepi