Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Prompt #38 : Kejar

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Aku terengah-engah mengejar Rina adikku. Tinggal melewati dua orang lagi, aku akan berhasil mendapat kepalanya yang akan langsung aku jitak. Bisa-bisanya dia ikut lomba lari dan memakai sepatuku. Oh Tuhan! Sepatu baruku melambai padaku! Dia sudah ijin memang, tapi kenapa sepatu itu?

Credit

"Rina!" teriakku. Dua orang sudah terlewati dan kini aku tepat di belakang Rina yang berjarak kurang lebih lima meter.

"Rina!" teriakku lagi dan dia menoleh.

"Rino! Kenapa di sini?" katanya masih dengan lari.

"Kenapa katamu? Itu sepatuku, lepasin!"

"Aku bilang pinjam, katamu boleh. Lagian ini sepatu cewek. Pasti buat aku!"

"Aku nggak mau tau! Pokoknya lepasin sekarang!"

"Kamu gila? Kita sedang lomba lari dan kamu suruh aku lepasin? No! Finish di depan mata!"

Rina semakin kencang berlari dan aku terus mengejarnya. Rina mendekati garis finish dan dia melompat saat garis itu mengenai badannya. Dia terengah-engah dan aku menyusul di belakangnya.

"Lepasin sepatunya!" bentakku.

"Ya ampun! Sepatu gini doang!"

Aku mengambil sepatuku lalu menjitak kepala Rina.

"Gara-gara kamu aku nggak jadi ke rumah Sandra, padahal aku udah janji mau ngasih sepatu ini. Kamu seneng ya kalau kakakmu ini gagal dapat pacar?" kataku frustasi.

"Sok tua kamu Rin. Kita beda lima menit doang. Sandra pasti maklum."

"Maklum dari Hongkong? Sepatuku!"

Aku mengelus sepatuku sementara Rina cekikikan di belakangku.

"Rino! Selamat ya!" seorang menepuk bahuku. Pasti Rina.

"Jangan bercanda Rin! Selamat atas apa? Gara-gara kamu Sandra pasti kecewa." kataku sedih.

"Aku kecewa? Kenapa?"

Aku berbalik.

"Sandra! Kamu di sini?"

"Iya. Aku kaget waktu kamu lewatin aku pas lari tadi. Kamu juara dua. Kamu hebat!"

Aku menggaruk kepalaku dan tersenyum. Sandra bilang aku hebat.

"Nah! Bener kan apa yang aku bilang? Sandra pasti maklum!" kata Rina cekikikan merangkul pundakku.


MFF

Yuk Fiksian Bareng Kampung Fiksi

Bismillaahirrahmaanirrahiim....


Ehem, jadi begini ceritanya. Dari sejak, sejak kapan ya? :uhuk akhir tahun 2011 aku tuh seneng baca-baca fiksi di internet. Waktu itu nggak sengaja nemu Kampung Fiksi.  Namanya juga kampung fiksi ya isinya cerita fiksi. Selain itu, banyak juga semacam materi dan tips-tips tentang menulis. Sejauh aku baca, cukup menarik walaupun waktu itu aku belum banyak nulis fiksi.


Akhir tahun 2011 menuju awal 2012 aku ikut jadi Nekaders di J50Knya Kampung Fiksi. Rasanya itu luar biasa walaupun pada akhirnya aku gagal untuk menyelesaikan ceritaku itu. Aku mengerjakan cerita dengan judul Bukan Mawar Putih dan sinopsis gejenya ini. Nasibnya tuh cerita gimana? Ya masih ngedraft :uhuk . So sibuk sayanya #Alasan :smile .


Walaupun aku sampai sekarang belum menyelesaikan cerita itu, tapi aku terus belajar untuk membuat cerita fiksi. Salah satu hal lain yang aku ikuti di Kampung Fiksi itu nulis Post Card Fiction. Post card fiction pertamaku berjudul Dear Suamiku yang ternyata masuk berapa besar gitu. 50 besar kalau nggak salah :uhuk . Walaupun nggak menang tetep nggak kapok dan aku ikut lagi nulis post card edisi valentine.


Post card valentine ini unik karena kita kudu kirim post card itu ke salah satu admin Kampung Fiksi, Mbak Ria Tumimomor. Ini juga pengelaman pertamaku yang sama sekali belum pernah kirim post card :uhuk . Dan yaaa aku bikin sendiri tuh kartu, huahaha :uhuk . Menang? Ya belum hihih. Tapi intinya sih menyenangkan :smile .


Terakahir, aku ikut yang namanya #writingprojectFF Kampung Fiksi yang merupakan progam terbaru Kampung Fiksi. FF pertama yang kukerjakan berjudul Refleksi Masa Lalu. Menang? Belum. Serius deh! Penasaran setengah hidup, kenapa belum pernah boyong apa-apa dari Kampung Fiksi?


Ah baiklah. Walaupun nggak menang, bolos J50K tahun 2013 dan 2014, aku tetep ngefans sama Kampung Fiksi. Dari sini aku banyak belajar tentang fiksi. Biar kata novelku belum ada yang cetak, tetep kalau ada acara di Kampung Fiksi aku akan berusaha ikut :uhuk .


Yah, begitulah pengalaman gejeku bersama Kampung Fiksi. Semoga di Ulang Tahunnya yang 3 makin jaya dan makin sukses, amin. Buat kamu, kamu, kamu yang suka ngefiksi, yuk fiksian bareng Kampung Fiksi :smile





"Ikut memeriahkan ultah Kampung Fiksi yang ke-3 bersama Smartfren, Mizan, Bentang Pustaka, Stiletto Book dan Loveable."

Valentine Nay

Bismillaahirrahmaanirrahiim....


***


Aku menahan napas. Ini gila! Dua lelaki saling berjabat tangan, lama dan mata mereka saling memandang. Errrr!!! Mesranya. Kuhitung angka satu sampai sepuluh di dalam hati. Oke! Mereka mesra karena sampai detik kesepuluh tangan mereka masih terjalin erat.


Aku mundur mencari minuman di pesta valentine yang maha tidak penting ini. Sudah kuduga sebelumnya, mungkin akan seperti ini. Gadis jomblo sepertiku datang dengan kakak laki-laki yang menurut gosip yang beredar adalah seorang homo tidak akan menguntungkan sama sekali. Alih-alih ingin dapat pacar, justru kemesraan Reza kakakku dan Vino calon gebetanku yang kudapat. 


Baiklah, mereka dulu satu kelas saat SMA. Vino pernah datang ke rumah sekali seingatku. Aku masih SMP jadi ya tidak terlalu paham dengan hubungan mereka. Aku berbalik arah setelah mendapat minumanku. Hei! Ke mana mereka?


"Nay!" Tya sahabatku menepuk bahuku.

"Hai. Lihat Mas Reza tidak?"

"Tadi sih ke halaman belakang sama Vino. Kau tahu, sepupuku itu yang bantu dekorasi pesta ini. Dia senang sekali kamu mau datang di tengah hiruk pikuk valentine yang menurutmu maha tidak penting ini."

"Kurasa bukan aku yang dia harapkan." kataku berjalan ke halaman belakang. Tya mengekor di belakangku.

"Maksudmu apa?"

"Lihat! Mesra banget mereka!" aku menunjuk ke arah Mas Reza dan Vino yang saling berpelukan. Vino terlihat bahagia, senyumnya lebar.

"Ah! Mesranya!" Tya bertepuk tangan.

Aku menyipitkan mata pada Tya sementara dia tersenyum geli dengan deretan gigi putihnya. Mas Reza dan Vino berjalan ke arahku. Kuputar bola mataku melihat Vino merangkul Mas Reza.

"Nay! Ngapain di sini? Ayo masuk." ajak Vino.

"Mas, pulang yuk! Nay pusing."

Bagaimanapun, aku tidak sanggup menahan rasa patah hati ini.

"Oh tidak bisa Nay! Mas Reza dan aku mau kencan." kata Tya menggamit lengan Mas Reza. Aku melotot padanya sementara Mas Reza menggaruk kepalanya dan Vino cekikikan di sampingnya.

"Apa-apaan kalian!" protesku.

"Sini, kenalan sama calon kakak ipar." kata Tya menjabat tanganku.

Kuputar mataku lagi. Gila! Aku meninggalkan mereka.

"Nay, tunggu!" Vino menggapai lengan kananku. Aku berbalik menatapnya tak mengerti.

"Ini bukan rencana untuk menutupi kehomoan kalian kan?"

Vino menahan tawanya.

"Apa yang lucu?" tanyaku.

"Kau!"

"Aku?"

"Kau pikir aku homo?"

"Bisa jadi."

"Kalau begitu aku taubat dari masa homo."

"Hey!"

"Masa penantian sudah berakhir. Tidak sia-sia lima tahun nunggu restu Reza buat macarin adiknya yang manis." Vino mengedipkan matanya dengan genit.

Aku kaget kemudian menahan senyum dari bibirku. Kulirik Mas Reza di seberang, dia tersenyum ke arahku.


***

Notes :
Kyaaaa~ Valentine maha tidak penting. Selamat ulang tahun buat Mbak Naya Belo dan Mbak Siti [Teman sekolah]. Tambah barokah usianya, sukses selalu :smile . Selamat ulang tahun buat yang ulang tahun. Aku kemarin juga sudah nambah umurnya :uhuk .

Terima Kasih

Bismillaahirrahmaanirrahiiim....

Alhamdulillahirabbil 'aalamin, sampai hari ini aku masih hidup :smile . Terima kasih kepada Allah, Rosul, keluarga, Bapak, Bu e dan semua teman yang dekat maupun tidak karena selalu baik dan ya kalian luar biasa :hepi . 


Maaf karena kemarin aku menjadi gadis yang manja dan keras kepala. Kehebatan dan kepercayaan diri yang dulu dibanggakan nyungsep dan akhirnya aku sadar, aku tak ada apa-apanya dibanding kuasa Tuhan. Perencanaannya, hari ini ke kota, ke toko buku beli novel, buku seperti X atau Benang Merah. Yah, bagaimanapun aku ingin memegang novel yang real, beli sendiri. Semua harus tertunda seperti kemarin karena aku harus istirahat di rumah dan praktis tidak ke mana-mana. Dan ya, kemarin sampai hari ini mau tak mau aku kerja karena ijin sakitnya sudah lumayan lama :uhuk .


Tak ada yang harus ditangisi, toh Insya Allah masih diberi umur. Doaku di hari spesial ini, semoga aku lebih dewasa, lebih baik dan lebih baik lagi :smile . Bagaimanapun aku harus bertahan mencapai sebuah kemenangan. Doaku lagi, semoga Allah memberikan kesempatan untuk menjalani hidup tidak dengan rutinitas harian. Aku ingin bebas dan menemukan sesuatu yang berbeda. Semoga saja :smile .