Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label My Story. Show all posts
Showing posts with label My Story. Show all posts

Sleeping Beauty is Me

Sumber: wwwdotfanpopdotcom
Bismillaahirrahmaanirrahiim.....

Pangeran pun mencium Putri Aurora. Matanya terbuka dan.... Happy ending!!!

Andai kisah cinta di dunia nyata seperti itu. Seneng banget dah jadi Aurora. Bobok doang eh, jodoh kudapat. Saya tiga tahun jadi Sleeping Beauty, jangan kan Pangeran, digetok guru sih iya, hihihi.

Saya sebenarnya nggak niat jadi Sleeping Beauty. Tapi, entah bawaan orok atau bagaimana, saya ini suka sekali tidur. Dari jaman SD, saya selalu bobok siang walaupun cuma beberapa menit. Biar waktu ngaji nggak ngantuk, ceritanya sih gitu. Masuk MTsN sebenarnya juga masih bisa bobok siang. Jam pelajaran selalu melek, alhamdulillah.

Kampus Fiksi Semarang 2015

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Menyambung cerita saya di KetikaAnak Kampung pergi ke Kota, tujuan saya ke Semarang waktu itu adalah untuk menghadiri Kampus Fiksi yang diadakan oleh Diva Press @KampusFiksi. Pada pertemuan kemarin, 29 November 2015 kita membahas tulisan non fiksi.
Bagian pertama adalah kuis. Karena saya telat, jadi saya hanya ikut beberapa soal. Setelah itu, dari Mbak Qurotul A’yun @ayunqee memberikan pelajaran tentang self editing. Apa itu?
Self editing adalah membaca ulang keutuhan tulisan dan kelayakan naskah. Alasan kenapa harus mengedit agar memperbesar peluang naskah diterima, memperkecil kesalahan. Saat naskah kita bagus, maka mengeditnya akan semakin teliti.
Landasan mengedit ada 3, yaitu: KBBI, EYD, Selingkung atau aturan lokal yang dibuat penerbit, dan setiap penerbit tidak selalu sama.
Apa sih yang harus diedit?
  •   Isi dengan membaca ulang, validitas, sara, sarkas dan jangan lupa riset.
  • Fokus dengan tema/ judul tulisan, jangan melebar. Di sini lah kita butuh yang namanya kerangka tulisan atau outline.
  • Pola  kalimat (SPOK) dengan menghindari kalimat ambigu agar tidak multi tafsir.


Sistematika penulisan
  •  Naskah sistematis, disajikan runtut. Biasanya menggunakan piramida terbalik.
  •  Jangan mengulang materi.
  •  Pembahasan berbelit dan berulang membuat bosan.
  •  Jika tulisan cukup 200 halaman, jangan diperpanjang menjadi 300 halaman.

Dalam proses editing, kita tidak boleh lupa dengan yang namanya diksi/pilihan kata. Yang perlu kita perhatikan antara lain:
  • Diksi sesuai KBBI. Jangan membuat KBBI tandingan.
  •  Jangan menggunkan diksi yang maknanya bertentangan dengan KBBI. Contoh: Kau acuhkan aku. Padahal arti acuh = peduli.
  •   Jangan bakukan kata berdasarkan asumsi, istilah sendiri. Contoh: Mangkel jadi mangkal.
  •  Jika ada istilah asing, gunakan footnote. Jika ada padanan bahasanya, lebih baik gunakan itu.
  • Penggunaan tanda baca dan kapital berpengaruh pada kalimat. Contoh: “Ayo bikin sate Ana.” Yang betul, “Ayo bikin sate, Ana.”


Memasuksi sesi utama, kita diajari pengetahuan tentang Prinsip-prinsip Pokok Menulis Esai, Artikel, nonfiksi oleh Pak Edi Akhiles (Edi Mulyono), CEO Diva Press.
Pramenulis:
  • Menabung dan memilih ide (Kegelisahan intelektual). Bisa dari bacaan, perenungan, pengamatan, dan aktualitas.
  • Mastering (Penguasaan mainstream)makin detail makin kuat.
  • Panjakan landasan teori yang hendak digunakan untuk membedah ide.
  • Memahami common sense (titik temu) dan proposisi (benang merah dari berbagai teori).
  •  Outline/kerangka tulisan.
Saat menulis:
  •  Buat opening yang memikat.
  •  Runtut, sistematis antar kalimat.
  • Disiplin outline.Bisa juga memberi selipan dari tokoh terkait.
  • Teknik analisis serupa dengan orang yang hendak naik gunung. Menanjak, puncak, menurun.
  • Akhiri dengan kalimat impresif, menghentak, menggugah dan berkesan dalam hati.

Pasca menulis:
  • Endapkan tulisan.
  •  Self editing.
  • Pertajam hal-hal yang kurang.
  • Perkaya diksi
  • Kirim ke media yang diinginkan.
  • Good attitude.

Problem umum dalam menulis:
  • Menulis dari ruang kosong, miskin ide.
  • Metodologi (cara berpikir) mencakup urusan pendekatan/perspektif dan kerangka/landasan teori bedah ide tulisan.
  • Memahami karakter media/pembaca yang disasar.
  •  Terjebak gaya kliping.
  • Tidak buat outline
  • Tidak diendapkan
  • Tidak sabar menempuh proses kreatif
  • Sombong atas kemampuan sehingga abai untuk berdoa.

Materi di atas merupakan hal yang saya dapat ketika mengikuti Kampus Fiksi. Walaupun pembahasannya non fiksi, tapi bisa juga dijadikan pelajaran ketika menulis fiksi. Walaupun Cuma ngarang, logika dalam fiksi juga dibutuhkan.
Tiga jam ternyata singkat banget. Meski harus bersusah payah ngebis dari Jepara ke Semarang sendirian, rasanya tetap senang karena bisa mendapat pelajaran yang akan saya gunakan sampai mati. Oh iya, dari acara ini saya juga ketemu teman baru seperti Mbak Arina dan Mbak Ika yang sama-sama seorang blogger.
Terima kasih buat semua team Kampus Fiksi, Mbak Susi, Mas Catur, Mas Syaiful yang rela ikut telat karena nunggu saya. Pak sopir Trans, bis dan angkot yang saya tumpangi. Dan kedua orangtua saya yang pusing setengah mati karena anak gadisnya suka ngilang sendiri.

Doa saya, semoga tahun depan bisa ikut lagi. Rencananya nanti bukan hanya materi, tapi kita langsung praktek menulis fiksi. Peernya, saya harus punya laptop jika mau ikut Kampus Fiksi lagi. Nabung setahun euy!!! Kalau sampai tak ada Kampus Fiksi, salahkan saja Jokowi! #Eh. Saya yakin, Pak Jokowi mendukung kreatifitas anak negeri.

Sampai jumpa lagi!!!!

Faktanya Ketika Anak Kampung Pergi ke Kota

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Selamat Harbolnas!!!

Duh saya baru posting gara-gara sok ngejar diskon on line Shop. Aslinya, walaupun ada VeriFone minta gesekin ATM, saya bakal cuek bebek. Alhamdulillahnya dapet voucher yang bisa dibeliin mukena, tas sama sandal. Ya rejeki Anak Kampung. Nggak ada lagi tuh Drama Seperangkat AlatSolat, hehehe.



Oh iya, kembali pada fakta apa yang saya lihat pada foto Ketika Anak Kampung Pergi ke Kota. Waktu itu sehabis makan siang, saya dan Mbak Susi berniat untuk solat. Di gedung hijau tempat acara sebenarnya ada, cuma kita males naik lagi. Kata yang nunjukin arah, daerah belakang gedung ada tempat solat.

Akhirnya kita jalan sambil ngobrol. Sampai parkiran belakang kok ya dinding semua. Tanya dong sama Ibu-ibu yang ada di sana. Ternyata memang nggak ada Mushola. Mungkin kitanya yang salah tanggap tentang di mana letak Mushola. Karena penasaran dengan apa yang ada di belakang tembok, jadilah saya jinjit buat lihat.

Isinya cowok ganteng? Bule?

Nggak sama sekali. Isinya gazebo-gazebo. Ada anak nari, karate, dan lainnya. Waktu balik badan, ternyata Mbak Susi jepret diriku ini. Awalnya ngelarang banget buat nyebarin ini foto. Saya bilang bagaimana kalau pasaran saya turun? Nanti kalau ada cowok yang mau deket tapi mundur gara-gara tingkah aneh saya gimana? Dan akhirnya, saya sendiri yang sengaja majang foto itu, hehehe. Lucu ternyata. Untungnya kalau saya manjat pohon nggak ada yang moto, hehehe.

Oh iya, dua orang yang berhasil mendapatkan pulsa masing-masing 10K adalah Mbak Diah K dan Eksa Studio. Selamat!!!



Semoga tahun depan bisa bagi-bagi pulsa atau hadiah lainnya, amin.... Dan, cinta itu menerima kekurangan. Biar saya aneh, kamu tetep cinta kan???


Sampai jumpa!!! Happy Blogging....

Kembar Empat

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Kamu anak kembar? Mau punya anak kembar? Saya juga, tapi saya tidak kembar, hiks. Suami? Hadeh! Saya belum ketemu dia.

Sumber

Satu-dua tahun lalu, saya pernah menulis tentang Twins. Di Hari yang Berbeda saya juga sedikit cerita tentang kelahiran bayi kembar. Seminggu setelah perawatan, akhirnya mereka pulang meski berat badannya belum dua kilo. Ya mau gimana, Mereka sehat sih.

Dulu saya pernah berjanji mau nulis empat teman sekelas saya yang kembar. Kelas XI IPA1 adalah awal saya punya teman sekelas kembar. Dari kelas X sebenarnya saya tahu mereka kembar, tapi ya nggak terlalu kenal. Akhirnya, kembar empat ini ngumpul.

Lina punya kembaran namanya Mahfud. Mahfud ini masuk Bahasa. Namanya kembar laki perempuan, jelas saya bisa bedakan mereka. Mereka ini pulang pergi boncengan. Buntutnya, mereka ini dikira pasangan.

Ana-Ani, Yanti-Yana. Mereka kembar tapi nggak identik. Sama-sama masuk IPA, tapi beda kelas. Di kelas XI Ana-Yanti jadi teman sekelas. Kelas XII, Yanti bertukar jadi Yana untuk teman sekelas. Sebenarnya saya sih yang diusir dari kelas IPA1 ke IPA2, hiks #Curhat.

Rosiana-Rosita. Mereka kembar identik, mirip banget. Sayang saya belum pernah ketemu Rosita. Mereka beda sekolah. Rosiana si polos, tapi super baik. Gara-gara identik, cowok yang naksir Rosiana malah nembak Rosita. Akhirnya, tetep dianya pacaran sama Rosiana, huahaha. Nggak tahu deh sampai hari ini cowok itu tahu atau tidak kalau dia salah tembak.

Semenjak lulus, saya belum pernah ketemu mereka secara langsung. Eh nggak juga ding. Di RSU Kartini ketika nunggu si Kembar di IGD, saya bertemu Lina. Dia bekerja di sana. Tapi sayanya lupa nanya, dia jadi Bidan apa perawat.

Ana, dia menikah, punya seorang bayi perempuan, tidak kembar. Ani, bekerja, tapi tak tahu di mana. Beberapa waktu lalu akhirnya nyusul nikah. Yana-Yanti kuliah di UIN Semarang. Kayanya sudah lulus sih. Kalau Rosi, dia dulu ambil keperawatan. Sekarang di mana, entah.

Ya begitulah kembar empat di kelas saya dulu. Hah ngomongin sekolah. Jadi kangen sekolah. Tapi saya masih pengen punya anak kembar, hiks.

Ya sudah. Sampai jumpa!!!

Jangan lupa komen di Ketika Anak Kampung Pergi ke Kota. Siapa tahu dapat pulsa.

#HappyBlogging

Ketika Anak Kampung Pergi ke Kota

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Siapa yang anak kampung? Ya pasti saya dong!!!

Minggu 29 November 2015 saya pergi ke Semarang sendirian. Semarang bagi saya ya kota besar. Kan lebih gedhe dari Jepara, hehehe. Sebenarnya pergi ke Semarang ini bukan pertama kalinya. Terminal Terboyo mah lewat. Ya memang saya berhenti disitu sih.

Pertama kali ke Semarang itu sekitar tahun 2006. Waktu itu bela-belain bolos hanya untuk jadi suporter adik kelas yang lomba. Acaranya di Gedung Haji Semarang. Saya dan beberapa teman yang lain akhirnya cuma ngerumpi sambil nikmatin hari bolos. Harusnya kami yang ikut lomba. Ternyata, kelas IX nggak boleh dan pemberitahuannya H-1 lomba. Gila nggak sih? Kasian adik-adik yang terpaksa ikut lomba dengan persiapan setengah hari doang.

Empat tahun kemudian, Februari 2010 saya dan dua orang teman pergi ke Semarang. Mereka nganterin saya buat tes masuk Universitas. Walau akhirnya saya nggak lulus tes, tapi ya lumayan jalan-jalan. Mana waktu ke lokasi dianterin cowok ganteng lagi, hihihi. Tapi, di foto ternyata dia nggak ganteng-ganteng amat #Walah. Tapi, makasih buat Alfin, Pato, Saudara-saudara Alfin yang sudah baik mau nampung saya waktu itu.

Satu dua tahun lalu saya kembali ke Semarang. Ceritanya saya mau interview. Saya buta arah, tak punya GPS, modal mulut untuk bertanya. Akhirnya saya sampai di tempat tujuan. Lumayan jauh bok! Waktu itu saya bisa diterima kerja kalau mau bayar ratusan ribu. Sayanya yang kelewat pelit, akhirnya nolak.

Nah yang terakhir ke Semarang ya kemarin itu. Mau ikutan Kampus Fiksi dan liat pameran buku di Gedung Wanita Semarang. Jam tujuh berangkat, jam sembilan sampai. Dan untuk pertama kalinya saya naik Trans Semarang, Saudara-saudara! Kondektur sama supirnya sih ganteng #Eh, tapi Mbak yang jual tiket kurang ramah. Ngomongnya cepet lagi! Kaya sales yang lagi promosi, peserta dilarang interupsi.



Mungkin saya terlalu excited sampai nongkrong lama-lama di koridor entah berapa. Yang jelas saya telat lima belas menit di acara Kampus Fiksi. Untung ditungguin di luar sama Mbak Susindra, Mas Catur dan Mas Saiful. Kami sama-sama peserta dari Jepara, tapi jalannya beda-beda. Acara Kampus Fiksi cukup meriah, menurut saya. Postingan Kampus Fiksi nanti ya, hehehe. Ini kan lagi kesenengan bisa liat kota. Pukul satu siang acara berakhir dan kami akhirnya makan siang. Setelah makan siang, jeng-jeng-jeng!!!

Perhatikan foto di bawah ini. Namanya orang kampung, selalu ingin tahu. Lokasi foto di samping Gedung Wanita. Kira-kira, saya lagi ngintip apa sih? Apa yang sebenarnya saya cari?



Saya akan pilih dua orang untuk mendapatkan pulsa masing-masing sepuluh ribu rupiah.

Jawabannya suka-suka kalian saja. Tapi yang saya pilih adalah jawaban yang mendekati fakta yang terjadi sesungguhnya dan jawaban yang paling gokil versi saya. Jangan lupa tinggalin akun yang bisa dihubungi, misal twitter, email atau FB. Siapa saja silakan jawab kecuali Mbak Susindra. Kenapa? Lha beliau kan pelaku utama yang menangkap basah kelakuan absurd saya. Batas waktunya sampai hari Jum’at, 11 Desember 2015.

Saya tunggu jawabannya ya!!!

Hari Ini Setahun yang Lalu

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Apa yang kalian alami tepat di tanggal 7 Desember setahun lalu? Hari bahagia kah? Atau justru ada duka?

Setahun yang lalu, hari minggu saudara saya di Desa Bawu Jepara sedang membetulkan rumah. Kami menyebutnya nyambat. Hari itu juga tepat seminggu saya di rumah setelah menginap dua minggu di Pati, rumah Mbak kedua. Niatnya, saya nganterin Bu e ke rumah saudara sementara saya dolan ke rumah teman di desa yang sama  yang baru melahirkan.

Saya bertemu dia setelah sekian lama. Dia punya bayi, tapi menggendong bayinya masih susah. Kadang saya membantunya. Maklum, selama dua minggu di Pati, saya juga ikut mengurus bayi. Azzam kecil yang 15 November 2015 tepat setahun.

Pukul sebelas saya pamit pulang dan menjemput Bu e. Entah kenapa waktu itu saya maksa ingin pulang. Saya pikir, namanya motor pinjam, sebelum siang ya buat jemput Kakak Ipar yang kerja. Bu e sebenarnya nyaranin agar pulang ba’da dzuhur saja. Tapi sayanya tetap keukeuh.

Di perjalanan pulang, saya banyak berpikir tentang kecelakaan yang saya lihat beritanya di TV. Musim hujan, tak hati-hati bisa kecelakaan. Lalu bagaimana jika saya sendiri yang mengalaminya?

Setelah tanjakan, tiba-tiba ada mobil box yang lewat. Posisinya mepet dengan motor yang saya kendarai. Entah karena panik dan mungkin syok, saya yang sudah di pinggir jalan tidak bisa menghindari bagian belakang mobil box tersebut. Kepala saya dan spion motor bagian kanan terkena pantat mobil box dan kami terjatuh. Saya setengah sadar selama beberapa detik. Orang-orang berlarian menolong saya dan Bu e. Kepala, pundak, tangan, kaki, sekujur tubuh saya sakit. Mobil box itu berhenti dan menolong dan kami dibawa ke klinik terdekat.

Tepat saat dzuhur kami sampai di rumah dengan kondisi yang saya berani bilang beruntung. Saya tak sampai gagar otak. Tulang saya tak ada yang patah. Yang sedikit parah di bagian pergelangan kaki kanan karena luka yang cukup dalam. Untungnya sih tidak perlu dijahit. Tangan siku saya lecet. Bu e juga lecet, tapi memang tidak parah.

Untuk berjalan normal, saya butuh waktu satu bulan. Untungnya lagi saya masih jadi pengangguran, jadi bisa istirahat. Sampai sekarang, ada beberapa luka di tangan dan kaki yang masih tersisa. Saya bersyukur karena sampai saat ini masih diberi nyawa. Saya dan Bu e sehat. Motor yang saya kendarai hanya lecet dan ya kaca spionnya pecah.

Walaupun sebelumnya pernah kecelakaan, tapi tetap kecelakaan saat itu yang cukup parah. Doa saya, semoga ketika berkendara kita diberi keselamatan. Dan ketika kita naik motor, atau kendaraan apa pun, jangan panik. Jangan lupa pakai helm dan jangan ngebut. Berpikir positif dan Allah akan selalu melindungi kita.


Hari Ini Setahun yang Lalu, apa yang kalian alami?

Jendela Rumah Jiah Pindah Alamat

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Judulnya kok nggak banget ya? Ho iya, kepanjangan, hehehe. Pernah lihat Jendela Rumah Jiah yang lama? Susah komen? Template pasaran? Itu dulu. Sekarang mah cantik, kaya yang punya, hehehe.
Jadi, blog buku saya sekarang pindah ke blogspot. Dulu di Mywapblog dan yang di sana sudah saya non aktifkan. Kenapa pindah? Alasannya supaya yang mau komen gampang dan saya sendiri tidak keteteran kalau mau blog walking. Saya baru sadar, punya blog banyak, beda tempat pembuatan itu makan hati. Lari ke blogspot lah, Wordpress, Mywapblog, cantik guling-guling. Sekarang mah enak. Walaupun ngereview masih jarang, tapi kan dikenal orang, ehehe.

Dari kecil, saya memang sudah suka buku. Punya buku sendiri? Nggak juga. Bapak nggak pernah beliin buku cerita. Seringnya dulu pinjam di Perpustakaan sekolah. Jujur, paling suka buku cerita daripada buku pelajaran. Pinjam pun kalau betulan kepepet karena ada tugas, hahahay.
Waktu MTsN, saya mulai rajin ke Perpus itu kelas VIII. Secara letaknya di depan kelas. Bacanya? Tetep buku cerita. Waktu itu yang paling banyak sastra lama, model Siti Nurbaya, seangkatan HAMKA gitu deh. Novel terbaru? Nggak ada!!! Itu novel sastra saja kalau kovernya masih bagus, baru, disimpan di Multimedia. Padahal, nongkrong di Multimedia itu harom. Kita hanya bisa ke sana kalau pelajaran. Alhamdulillah selama MTsN, saya berhasil menghabiskan beberapa kartu perpus dan dikenal penjaga perpus. Bangga? Tidak!!! Wong sayanya lupa buku apa yang pernah dibaca.
Masuk MAN, saya masih doyan nongkrong di perpus. Bacanya? Waktu itu agak meningkat. Saya sudah mau baca nonfiksi, buku motivasi gitu. Baca ceritanya? Tetep masih jadi prioritas, haha. Kalau lagi bosan dengerin pelajaran, ya diem-diem baca novel yang ditaruh di laci. Ketahuan? Alhamdulillah sekarang ini baru saya bongkar #SungkemPakBuGuru. Walaupun perpustakaan lumayan jauh dari kelas, saya rela jalan ke sana. Enaknya kalau telat masuk, nggak dapat omelan karena di tangan ada buku pinjaman. Selama di MAN ini, dua kali penghargaan diadakan, dua kali juga saya menyabet sebagai salah satu peminjam terbanyak. Hapat hadiah? Ho oh, buku juga.
Setelah lulus, saya kerja. Karena punya buku cuma 1-2 biji, sayanya jarang sekali baca. Sampai akhirnya saya ngeblog, ikutan GA dan dapat hadiah buku. Seneng? Banget!!! Waktu itu tahun 2011. Pertama kali ikut GA, kenal orang, pertama kali nerima paketan, hahaha. Yang ngasih namanya Mas Amri, blognya Man and The Moon. Sayang beliaunya hiatus lamaaaa.
Gara-gara ngeblog inilah buku saya jadi banyak. Hasil mengais dari GA tentunya. Bukunya macem-macem. Novel, fiksi, nonfiksi, cerita anak, motivasi, komik, banyak lah jenisnya. Mau nggak mau saya jadi tergerak untuk membaca lagi. Sayangnya, sampai hari ini belum kelar-kelar habisin semua buku. Gilanya, kalau ada pameran buku, diskonan, saya kepincut, beli satu dua biji. Untuk e-book, kadang saya baca juga. Tapi porsinya sangat sedikit. Saya lebih nyaman baca buku di tangan sih. Natap layar untuk baca itu kadang cape.
Dulu waktu saya masih suka ke perpus daerah, saya juga pinjam buku di sana. Kadang suka kalap mau pinjam banyak. Sayang, pinjaman dibatasi 2 picis untuk dua minggu. Sekarang karena kerja, saya tidak bisa ke sana. Padahal kartu anggotanya baru diperbarui beberapa bulan yang lalu.
Ji, ngapain kamu koar-koar di sini? Kenapa nggak langsung di Jendela Rumah Jiah?
Jendela Rumah Jiah tuh khusus bahas buku. Kalau curhat kaya gini, bisa kena semprit saya. Tuuu di pojokan blog saya anggota apa, BBI!!! #Gaya. Jadi, kalau mau tahu buku apa saja yang saya baca, silakan tengok ke sana. Syukur-syukur ninggalin komentar. Kalau mau, follow blognya, hihihi.
Baca buku itu habisin waktu. Nggak ada kerjaan yang lain, Ji?
Baca emang habisin banyak waktu sih. Halah! Situ baca status facebook, twitter, kan juga habisin waktu. Lha kok tiap saat masih dilakuin? Manfaatnya apa coba?
Kalau saya baca dan review karena nambah pengetahuan. Wujud terima kasih karena dikasih buku sama orang. Pengingat karya orang. Dan yang terakhir untuk catatan pribadi saat saya punya perpustakaan nanti.
Waktu dulu saya nulis Jendela Rumah Jiah lama, saya bilang ingin punya perpustakaan pribadi. Dan di tulisan ini, Jendela Rumah Jiah PindahAlamat, saya ingin punya Taman Baca, bukan untuk saya, tapi untuk orang lain. Mau tahu latar belakang dari cita-cita saya punya Taman Baca? Tunggu di post saya selanjutnya.

Sampai jumpa!!!


SanWa Comeback Giveaway

Kacamata

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Saya bukan pengguna kacamata, tapi saya suka orang berkacamata. Saya masih menganggap bahwa mereka yang pakai kacamata itu terlihat pintar. Saya ingin sekali berkacamata, tapi mata saya alhamdulillah normal. Kalau saya pakai kacamata, hidung saya yang mancung ke dalam ini nggak kelihatan. Soalnya muka saya mini banget.

Ngomongin kacamata, saya punya cerita absurd dengan teman sekamar jaman sekolah. Mereka cerita tentang kacamata yang berharga murah. Asyik banget pokoknya. Sayanya yang baru datang kepo dong dengan rumpian mereka. Sok tahu saya nyambungin bahwa Kakak laki-laki saya baru beli kacamata. Kacamata plastik, tanpa lensa yang murah.

Mereka kemudian syok. Nanyain betulan si Kakak beli kacamata?

Saya angguk-angguk betulin. Mereka ketawa. Sayanya bego sendiri. Ternyata kacamata yang mereka bicarakan itu kacamata buat dada wanita. Yaelah. Sesama wanita saja bicara pake kode. Eh, apa waktu itu sayanya yang terlalu serius ya? Entahlah!

Kemarin juga ada tetangga yang nyari si Bos. Dia pakai kacamata dan nanya apa saya ini istrinya si Bos? Saya nanya balik dia, "Kamu nggak tahu saya, Mbak?" Bukan sok, tapi dia itu Kakak kelas saya. Sampai pulang, dia masih pakai bahasa halus sama saya. Saya sedih. Punya mata, tapi kenapa tak melihat?

Padahal, ada lho downline jualan pulsa di konter yang tunanetra. Sepasang suami istri tunanetra jualan pulsa, pakai HP biasa. Serius, saya nggak bohong!!! Kalau pagi-sore mereka jalan sendiri, tidak pakai tongkat. Nyebrang jalan saja sendiri. Saya sampai bengong lihat mereka. Mereka usaha sendiri, tanpa meminta pada orang lain. Terus kita yang punya segalanya, kenapa masih saja meminta?

Saya kurang tahu bagaimana mereka bisa melayani pembeli tanpa melihat. Dan itulah kuasa Tuhan. Memberi kekurangan dan ditutup dengan kelebihan yang lain. Oh ya, mereka punya anak yang semuanya normal. Si anak gadis yang sering bantu jalan ke konter kalau malam.

Harusnya saya lebih bersyukur karena punya mata normal, bisa melihat. Harusnya saya menjaganya, bukan mendukung untuk melihat hal-hal yang tidak pantas. Tapi, sayanya masih susah ninggalin baca sambil tiduran. Ini berat!!!

Ya sudahlah! Happy Blogging!!!

Pekerjaan Baru

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Awal yang baru di hari baru dan tempat baru. Sebulan lebih saya merasakan itu. Ya meski bukan kota baru, tapi suasana hati saya mendadak baru. Saya punya pekerjaan baru setelah beberapa waktu menganggur. Sebenarnya sih saya nggak nganggur-nganggur amat. Side job saya dari jaman bahula masih saya kerjakan, jualan es dan sosis goreng. Saya sih fine-fine saja waktu teman saya pada lihat saya jualan. Toh apa yang saya kerjakan halal dan enak. Soalnya saya suka blander sama gorengin dagangan saya, hahahha.

Saya tahu pekerjaan baru ini nggak ada elit-elitnya sama sekali dibanding pekerjaan yang lama. Gajinya pun lebih sedikit dibanding pekerjaan yang baru saja saya tinggalkan. Tapi saya senang, saya merasa hidup dan merasa semakin seksi, hihihi. Sekarang ini saya hanya penjaga Counter HP. Ya itulah pekerjaan baru saya.

Kenapa saya senang dan lebih hidup?

Karena jaraknya lebih dekat. Saya tinggal di RT 10 sementara Counter berada di RT 11 di desa saya. Selain itu, santainya lebih banyak dibanding kerjanya. Ini sih modus karena saya pemalas, hihih. Saya bisa melakukan banyak hal saat santai seperti nonton TV apalagi Cinta di Musim Cerry, main game, ngeblog, baca, momongin anaknya si bos atau momongin ponakan yang kebetulan nyusul. Gimana nggak hidup kalau hampir setiap hari selalu main sama anak-anak? Pasti heboh kalau mereka bertengkar terus nangis. Asik deh!!



Walaupun akhirnya saya pulang malam, tapi orangtua lihat saya di mana dan tidak was-was ketika saya pulang. Beda di pekerjaan yang lalu di mana saya setiap hari pulang malam dengan jarak tempuh yang lumayan jauh. Apalagi waktu itu musim begal. Meski saya pengalaman bekerja di desa tengah hutan, yang namanya orangtua selalu saja khawatir bagaimana keadaan anaknya. Apalagi saya perempuan. Kalau begini, beban pikiran orangtua kan berkurang.

Dan kenapa saya semakin seksi?

Karena saya senang dan kesenangan itu membuat saya bahagia. Setiap saat dibolehin nyemil bahkan Ibu Bos sengaja nyedianin toples makanan, hahaha. Kadang sih saya bawa dari rumah juga, hihihi. Hampir setiap malam ketika sampai di rumah saya makan. Bobot saya bertambah dan saya tak ingin diet. Saya menikmati setiap saya bisa makan walau hanya dengan sambal. Toh setiap hari ketika ke Counter saya naik sepeda sebagai ganti olahraga. Saya merasa sehat walau tubuh saya semakin berat dan tentunya seksi, hihihi. Yang paling penting, sayanya tidak sakit-sakitan.

Memang dibalik kesenangan ini ada tidak enaknya juga. Saya tidak bisa lagi ikut AMJ dan berkunjung ke Perpustakaan Daerah. Tidak ada liburan panjang tentunya. Itu saja yang membuat saya kangen setengah hidup.

Menjadi penjaga Counter seperti awal baru dari harapan dan mimpi-mimpi saya. Saya bisa bantu banyak orang dengan mengatur HP, internet atau lainnya. Saya bisa serius ngeblog tentunya. Yang paling enak sih kalau beli kuota, HP, dan lainnya untuk diri sendiri bisa dapat harga miring hehehe. Oh iya, karena ini saya juga tidak lagi kudet tentang HP dan Gadget. Lumayan tambah info walaupun belum punya sendiri.

Saya tidak peduli apa kata orang tentang pekerjaan saya. Yang penting saya bahagia dan orangtua serta keluarga yang lihat ikut bahagia. Uangnya sedikit? Tak apa yang penting berkah. Kalau bisa sih banyak dan berkah, rajin ibadah dan sedekah. Kalau kamu bagaimana?

Blogpost ini diikutsertakan dalam Giveaway #AwalYangBaru Kakiradotmydotid

Cerita Idul Fitri

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Saya tahu ini telat, tapi ya namanya mau cerita hehe. Idul fitri tahun ini agak beda dari yang lalu. Banyak yang tak terduga. Kita punya rencana ini itu, tapi rencanya-Nya lah yang terjadi.

Hari Pertama
Seperti biasa kami sekeluarga solat Id. Pulang ke rumah, sungkeman. Lucu-lucuan kita foto, cuma memang tidak sekeluarga full. Setelah itu kita mudik ke rumah Mbah dari pihak Bu e di desa Demeling. Selesai jum'atan kita mudik ke rumah Mbah Kakung dari pihak Bapak. Kalau boleh dibilang untung, soalnya akhir ramadhan Mbah Kakung dirawat di RS Kartini.

Hari kedua
Saya stay di rumah wong tiba-tiba nggak enak badan :hiks.

Hari ketiga
Di rumah juga. Bedanya Mbak yang stay di Pati sudah sampai Jepara. Hari itu juga saya sama si Bu e muter-muter di pasar nyari kerudung buat krucil Lala sama Sinta.

Hari keempat
Rencanya mau halal bihalal ke rumah guru. Tapi, SMS dan telfon adek di pagi hari merubah rencana-rencana. Mbah Kakung saya berpulang. Kami sekeluarga ribut sendiri karena semua orang belum mandi, batita, balita dan anak-anak ricuh. Dengan persiapan seadanya kami ke rumah Mbah yang ada di desa Batukali, Kalinyamatan Jepara. Kami berkumpul, anak cucu buyut nungguin sampai pemakaman. Sampai hari-hari berikutnya, kami tetap pulang pergi ke rumah simbah untuk ngaji.

Semua rencana-rencana berubah, sedikit berbeda. Memang kita bisa apa karena semua yang terjadi atas kehendak-Nya.

Karena sayanya masih pemanasan nulis, ceritanya sampai di sini dulu. Kapan-kapan di sambung lagi, hehe :smile.

Bye :hai

Titik Balik Kata Sederhana

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Dalam setitik kisah berbalut setitik cinta adalah tag line bawah dari blog Sisi Lain. Dalam kitab yang pernah saya pelajari, Al Qur'an dikumpulkan dalam surat Al Fatihah. Al fatihah dikumpulkan dalam bismillah. Bismillah dikumpulkan dalam satu titik di huruf ba. Jadi pada dasarnya, Al Qur'an adalah sebuah titik yang luar biasa.

Dalam hidup, saya merasakan banyak titik balik. Titik-titik yang hadir secara perlahan. Saya yang labil belajar untuk lebih dewasa dari saya yang lalu.

Lewat kata sederhana 'Bismillah' saya belajar untuk konsisten. Ketika saya menulis fiksi, curhatan, saya memulainya dengan Bismillah. Ketika saya menulis review di Jendela Rumah Jiah http://bacaanjiah.mywapblog.com/, saya juga mengawalinya dengan Bismillah.

Bismillah seperti batasan tersendiri bagi saya dalam menuangkan keliaran pikiran saya. Dari Bismillah saya belajar untuk lebih mengendalikan diri dalam berkata dan menulis.

Saya jaim, iya. Bagaimanapun saya ini perempuan, masih single, dan ya saya mengendalikan mulut saya. Kebanyakan orang tentu saja akan menilai dari apa yang keluar dari mulut saya.

Saya berusaha untuk tidak mengeluhkan hal remeh temeh tentang hidup. Mengumpat di blog, medsos sebisa mungkin saya hindari. Bukan berarti saya tidak punya masalah. Hanya saja, saya berusaha memanage curhatan dengan lebih halus.

Titik balik Bismillah jelas sangat besar pengaruhnya bagi saya. Apa saya sudah puas? Tentu saja belum. Saya berdoa semoga ada titik balik lagi dalam hidup saya dan menjadikan saya orang yang lebih baik.

Tulisan ini diikutsertakan di dalam #MGANia bulan Maret 2015

Nihil

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Setiap guru selalu ingin melihat anak-anak didiknya sukses. Niatnya memberikan mereka yang terbaik sehingga kelak berguna di masyarakat. Persaingan antar kelas pun tak terelakkan. Kelas A dengan pengajar tegasnya, sementara Kelas B dengan pengajar santainya.

Aku mengintip anak-anak Kelas A dari lubang pintu penghubung. Kelas kami memang bersebelahan. Tampak mereka sedang sibuk ulangan, sementara kelasku sedang bersorak karena wali kelas meninggalkan tugas.

Persaingan antara Kelas A dan Kelas B terjadi sejak kami masih kelas satu. Hingga kelas enam ini, tak ada perubahan yang berarti. Yang tambah gila mungkin hubungan saling silang di kelas kami. Anak Kelas A suka Kelas B atau sebaliknya. Cinta monyet dan mereka memang anak monyet.

Aku mencoba mengintip sekali lagi. Papan absensi mereka tidak kosong seperti papan kelasku. Sekretaris kelas malas berkotor-kotoran dengan kapur tulis, makanya papan absen kelasku kosong. Dalam papan Kelas A tertulis Nihil. Weit! Siapa Nihil? Anak baru masuk Kelas A! Kenapa bukan Kelas B?

Bel istirahat berbunyi. Anak-anak sibuk sendiri. Mereka yang uang sakunya banyak, jajan ini itu. Aku tak ambil pusing. Ketika guru sudah keluar dari Kelas A, buru-buru kubuka pintu, menghampiri anak yang duduk di bangku belakang.

"Ada anak baru?"
"Nggak ada tuh. Kenapa?"
"Itu, di papan absen ada nama Nihil. Nihil siapa?"
"Nihil ya Nihil!"

Dia pun berlalu meninggalku. Pertanyaanku belum terjawab. Siapa Nihil?

Aku melihat sang Bintang Kelas A duduk setelah jajan. Kuhampiri dia. Dia teman bermainku saat kecil. Pasti dia mau memberi tahu siapa Nihil itu.

"Nihil tidak berangkat ya?" aku mulai bertanya.
"Apa?"
"Nihil. Dia sakit apa?"
Dia menatapku jengah, "Nihil ya Nihil!"

Sial. Kenapa mereka berkomplot menyembunyikan si Nihil? Sehebat apa Nihil itu?

Hari berlalu, waktu berganti, aku mengintip papan absen lagi. Di sana Nihil tak lagi tertulis. Nama anak lain yang mengisi dengan keterangan ijin.

Aku bergegas pura-pura ke kamar mandi. Dengan begitu, Kelas A kulewati dan aku bisa mengabsen satu-satu nama mereka dari jendela kaca. Misi besar mencari Nihil dimulai!

Kuabsen satu-satu, bangku demi bangku di Kelas A. Semua lengkap kecuali anak yang ijin dan si Nihil. Kalau Nihil tidak tertulis di papan absen, di kelas tidak ada, lalu ke mana dia?

Dengan kerendahan hati dan rasa penasaran, aku pun bertanya pada Bu Guru tentang siapa Nihil. Dengan lembut Beliau menjawab bahwa Nihil itu tidak ada. Artinya tidak ada yang tidak berangkat.

Aku berlalu, tersenyum malu-malu. Nihil itu tidak ada dan ternyata aku sudah menghabiskan waktu mencari sesuatu yang memang tak pernah ada. Bodohnya.

***

Notes:
Ini sungguhan kisah saya. Beberapa waktu lalu untuk pertama kalinya saya bercerita pada Mbak Susi, cerita santai sebetulnya. Saya yang memang bodoh tidak ketulungan mencari siapa Nihil. Malu? Tidak. Meski terlambat, toh akhirnya saya tahu siapa atau tepatnya apa itu Nihil.


Dan kenapa teman saya tidak menjelaskan siapa Nihil? Mungkin mereka hanya tahu Nihil dan tidak bisa menjelaskan arti Nihil.



Sejujurnya saya lupa siapa yang memberitahu arti Nihil. Sepertinya bukan Bu Guru. Kenapa saya memberika ending bertanya pada Bu Guru? Ya biar keren saja :uhuk. Untuk kamu yang saya lupa, terima kasih atas pengetahuan tentang Nihil.



Kadang dalam hidup, kita serius sekali mencari sesuatu yang tidak ada. Menghabiskan waktu hanya untuk Nihil. Mencari kesalahan demi kesalahan untuk menjatuhkan orang lain. Padahal, ketika kita mencari kekurangan orang lain, sebenarnya yang terjadi adalah kita sedang berusaha menutupi kekurangan kita.



:smile :hai