Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Refleksi Masa Lalu

“Empat tahun! Di Amerika tidak ada makhluk seperti kalian!” Sam mulai bercerita.

“Kenapa tidak menghubungi kami?” tanya Nita.

“Sam terlalu sibuk berkencan dengan perempuan berbikini seksi.” timpal Nara.

Mereka tertawa. Sudah terlalu lama mereka tak pernah berbagi cerita.

“Nit, di resepsi nanti kau mengundang semua teman SMA kita, kan?” 

“Tentu saja Nara, aku tidak mungkin melupakan mereka. Aku harap kau tidak mengacau, Sam?”

“Jangan bilang kau mengundang semua mantanku! OMG, Nita!”


Tawa renyah mereka membahana di ruang tamu. Mereka terkenang Sam, playboy paling digemari se-SMA.


“Setelah perayaan malam kelulusan di vila, kita sama sekali tidak pernah berhubungan lagi. Kalian ingat malam itu?” tanya Nara.

“Tentu saja.” jawab Sam dan Nita bersamaan.

“Kau dan Alex pacarmu pergi meninggalkan pesta.”

“Iya Sam. Ayah Alex kecelakaan kami ke rumah sakit.”

“Apa hal buruk terjadi?”

“Buruk, Nit! Aku melakukan kesalahan di pesta.”


Sam dan Nita memandang Nara tak mengerti. Kesalahan apa?


“Alex memintaku mencampurkan sesuatu kedua gelas minuman, sekedar lucu-lucuan katanya. Aku tak tahu siapa yang meminumnya karena pergi ke rumah sakit. Dua tahun lalu, Alex memberi tahu bahwa itu obat perangsang. Aku marah pada Alex, tapi lebih marah pada diriku sendiri. Aku harus minta maaf kepada mereka. Mungkin hal buruk terjadi setelah mereka minum minuman itu. Jadi, Sam, bisakah kau membantuku menemukan mereka dalam resepsi pernikahan Nita nanti? Nita, Kau mengijinkannya kan?”


***


Nita

Aku ingin marah, tapi itu artinya aku akan membongkar apa yang aku tutupi selama ini. Pagi hari aku terbangun di ranjang dengan tubuh telanjang di bawah selimut. Aku bahkan tak tahu apa yang telah terjadi. Rasa sakit di selangkanganku membuatku mengerti. Aku hamil dan melahirkan tanpa tahu siapa ayah dari bayi laki-laki bertanda bulan sabit di bahu kanannya. Aku meninggalkannya di panti asuhan. Aku frustasi pada laki-laki yang tega meninggalkanku sendiri. Menyetujui permintaan Nara, itu sama saja bunuh diri. Tapi bagaimanapun, aku juga ingin tahu, siapa ayah bayiku. Anakku, maafkan Ibumu ini.


***


Sam

Aku ingin marah pada Nara, tapi lebih marah pada diriku sendiri yang pagi itu pergi meninggalkan Nita di ranjang seorang diri. Aku terlalu pengecut untuk mengatakan, aku Sam, sahabatnya yang telah mengambil kegadisannya. Aku takut Nita marah, persahabatan kami hancur gara-gara kejadian yang sebenarnya tidak pernah kami inginkan. Aku memilih lari ke Amerika tanpa mencari tahu apa yang terjadi setelah Nita terbangun pagi itu. Kali ini jika aku mengakui semua, apa Nita mau memaafkanku?


***


“Bagaimana?” tanya Nara pada kedua sahabatnya.

“Ya tidak.” ucap Sam dan Nita bersamaan. Mereka bertatapan satu sama lain.

“Aku tidak yakin calon suamiku setuju dengan rencanamu.”

“Aku tidak yakin kau akan melanjutkan pernikahanmu.” Sam menimpali.

Mereka saling menatap lagi, menyimpan sejuta tanya di hati.


“Mama! Biyan akut!” 


Anak kecil sekitar tiga tahun berlari menghambur ke dada Nara. Nara mendekapnya erat. Sam terkejut bukan karena anak itu memanggil Nara dengan sebutan Mama, tapi lebih karena wajah yang begitu mirip dengan wajahnya. Sementara Nita terhenyak melihat anak dengan wajah mirip Sam dan tanda bulan sabit di bahu kanannya.


“Aku melihat kalian dalam diri Biyan. Tolong, maafkan aku!”


Notes :
Gila!!! Drama banget aku nulisnya :hwa

#writingprojectFF Kampung Fiksi

7 comments

Ria Rochma said...

POVnya jiah, kurang rapi :)

Ria Rochma said...

POVnya jiah, kurang rapi :)

Anonymous said...

menurut saya keren koq :D

Jiah said...

ahihihi~ catat :D

Niar Ningrum said...

kok aku ndak dong yaa mbak, tak baca berulang2, harus di bikin gambar nya :D

Gubuk Cerita said...

satu kata: waow :D

Admin said...

lanjutkan :D