Bismillaahirrahmaanirrahiim....
***
"Aaaaa!!!"
Aku menjerit, setengah ketakutan. Kenapa harus mati lampu? Hujan deras di luar. Petir dan guntur bersahutan. Kupeluk tubuhku sambil terisak. Kupejamkan mata berharap kegelapan segera sirna.
"Hei, buka matamu! Jangan menangis!"
Kubuka mata. Cahaya lilin tampak di sana. Kulihat Mas Arya, suamiku tersenyum kecil.
"Masih takut gelap? Kupikir setelah dewasa kamu bisa bersahabat dengan kegelapan," katanya mencibir.
"Lebih baik aku bersahabat seumur hidup denganmu daripada sama kegelapan!"
"Dalam gelap kita bisa melihat terang, tapi dalam terang kita tidak bisa melihat kegelapan. Belajarlah untuk bersahabat denganya."
"Tidak mau! Pokoknya aku benci gelap!"
Mas Arya memelukku, menenangkanku yang sedikit merajuk. Mata hitamnya menatapku lekat.
"Aku akan jadi lilin untukmu, menerangi kegelapanmu!"
***
"Sayang! Bisa minta tolong sebentar?"
Bergegas aku ke kamar. Mas Arya berdiri membelakangi kaca rias.
"Bagaimana penampilan Mas? Baju yang Mas pilih padu apa tidak?"
Aku menilai baju dan celana yang Mas Arya pilih. Semua pas. Aku memasangkan dasi sebagai pelengkap. Setelah 50 tahun, dia tetap sempurna. Aku membalikkan tubuh Mas Arya agar menghadap kaca.
"Coba Mas li..., hat!"
Sinar mata hitam di kaca itu tampak meredup. Cairan bening menetes dari keduanya lalu mata itu terpejam.
"Hei, buka matamu! Jangan menangis!"
Aku memejamkan mata. Rapat semakin rapat. Terisak sesak.
"Maafkan aku Mas. Maaf karena membuat kegelapan di matamu."
"Hei, tak apa. Bukankah kita sahabat selamanya?"
***
#Cermat @PenerbitMizan #CintaPalingSetia
***
"Aaaaa!!!"
Aku menjerit, setengah ketakutan. Kenapa harus mati lampu? Hujan deras di luar. Petir dan guntur bersahutan. Kupeluk tubuhku sambil terisak. Kupejamkan mata berharap kegelapan segera sirna.
"Hei, buka matamu! Jangan menangis!"
Kubuka mata. Cahaya lilin tampak di sana. Kulihat Mas Arya, suamiku tersenyum kecil.
"Masih takut gelap? Kupikir setelah dewasa kamu bisa bersahabat dengan kegelapan," katanya mencibir.
"Lebih baik aku bersahabat seumur hidup denganmu daripada sama kegelapan!"
"Dalam gelap kita bisa melihat terang, tapi dalam terang kita tidak bisa melihat kegelapan. Belajarlah untuk bersahabat denganya."
"Tidak mau! Pokoknya aku benci gelap!"
Mas Arya memelukku, menenangkanku yang sedikit merajuk. Mata hitamnya menatapku lekat.
"Aku akan jadi lilin untukmu, menerangi kegelapanmu!"
***
"Sayang! Bisa minta tolong sebentar?"
Bergegas aku ke kamar. Mas Arya berdiri membelakangi kaca rias.
"Bagaimana penampilan Mas? Baju yang Mas pilih padu apa tidak?"
Aku menilai baju dan celana yang Mas Arya pilih. Semua pas. Aku memasangkan dasi sebagai pelengkap. Setelah 50 tahun, dia tetap sempurna. Aku membalikkan tubuh Mas Arya agar menghadap kaca.
"Coba Mas li..., hat!"
Sinar mata hitam di kaca itu tampak meredup. Cairan bening menetes dari keduanya lalu mata itu terpejam.
"Hei, buka matamu! Jangan menangis!"
Aku memejamkan mata. Rapat semakin rapat. Terisak sesak.
"Maafkan aku Mas. Maaf karena membuat kegelapan di matamu."
"Hei, tak apa. Bukankah kita sahabat selamanya?"
***
#Cermat @PenerbitMizan #CintaPalingSetia