Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label 8 Minggu Ngeblog. Show all posts
Showing posts with label 8 Minggu Ngeblog. Show all posts

#8MingguNgeblog 5 : Mungkin Ini Cinta



Cinta pertama, pada siapa? Di mana? Kenapa? Entahlah. Yang jelas, aku tidak percaya pada cinta pada pandangan pertama. Love at the first sight? Mana mungkin aku percaya kalau belum mengalaminya sendiri? Bagiku, cinta adalah cinta. Cinta hadir karena terbiasa dan adanya waktu. ‘Witing tresna jalaran saka kulina’ menurutku itu. Iya, seperti yang aku rasakan dulu.


Iya, aku sering datang kesana. Ketiga kakakku menuntut ilmu dan tinggal ditempat itu. Suasananya tidak asing, toh banyak yang kenal denganku. Tempatnya bukan tempat yang mewah. Tidurnya pun hanya beralaskan tikar. Kalau kita bawa kasur lantai saja, kasian teman yang lain gara-gara tidak kebagian tempat.


Aku sadar, tinggal jauh dari orang tua dan rumah bukanlah hal yang mudah. Sebulan pertama aku disana, setiap akan tidur aku selalu menangis. Kakak perempuanku, mana tahu? Aku menyembunyikan tangis dalam bantalku. Teman? Mereka sama, menangis juga. Teman dekat? Tak ada. Aku sendiri hanya sendiri. Dulu Kakak perempuanku lebih dekat dengan orang lain dari pada denganku. No problem, aku memang terbiasa sendiri.


Rumah keduaku, tempat aku menuntut ilmu. Tempatku menghabiskan waktu. Aku tak pernah sadar kapan cinta itu muncul. Aku hanya tahu, aku nyaman disana. Setidaknya ada sebagian kecil yang peduli denganku. 


Tak ada cinta yang sempurna. Tak ada cinta yang luput dari cobaan. 


Sepeninggalan Kakak-kakakku, aku benar-benar sendiri. Satu hal yang sulit hilang, keegoisanku. Aku kurang bisa berbaur dengan teman-teman yang terlalu banyak bicara dan tertawa. Aku enggan sekali bermain dan memilih untuk tidur. Ketika perlahan-lahan hampir semua orang menjauhiku, satu hal yang aku yakini, tempat itu selalu bisa menerimaku.


Semakin hari, kejenuhan menuncak. Aku lelah dengan keadaan itu. Bapak, Bu e, aku ingin pindah dari tempat itu. Setiap kali aku ingin mengutarakan keinginan itu, nyatanya Bu e, Bapak seolah tahu dan menasihatiku. Aku bertahan lagi, bukan untuk diriku tapi untuk kedua orang tuaku.


Ketika aku lulus MTsN, aku senang sekali. Bukan karena kelulusan dan nilai yang lumayan. Tapi lebih karena aku bisa pergi dari ‘Penjara Suci’ itu. Tempat yang aku sanjung, tapi juga tempat yang menyimpan banyak kenangan pahit, manis dan asam. Belum sampai pengumuman pun aku kabur, pergi dari sana. Rasanya, semua terbebas seolah aku bukan lagi tawanan.


Setelah setahun keluar dari ‘Penjara Suci’, aku mendapat banyak pengalan di luar. Aku yang terbiasa berjalan kaki harus rela naik turun angkot. Harus mau kepanasan, dan harus mau mencari mushola dikeramaian pasar agar tetap bisa solat pada waktunya. Hanya itu? Ya, just it.


Saat kenaikan kelas XI MAN, aku memutuskan untuk masuk ‘Penjara Suci’ lagi. Bukan di tempat yang sama, aku ingin tempat yang berbeda. Setelah beberapa waktu disana, aku baru menyadari. Tempat baruku sungguh berbeda dengan tempatku dulu. Rasanya, jika waktu bisa diputar, aku ingin kembali pada ‘Penjara Suci’ ku yang dulu. Mungkin ini cinta yang terlambat. Disadari ketika tak lagi bersama. Tersadar ketika keadaan mungkin jauh lebih baik dari yang dulu.


Mulai saat itu, aku belajar lagi tentang mencinta. Bukan mencintai manusia, tapi mencintai tempat dimana kita tinggal. Tempat kita bernaung, tempat kita belajar dan istirahat. Semua yang terjadi tak perlu disesali. Yah, aku mengulang untuk mencintai, tentu saja itu bukanlah hal yang mudah. Tapi aku selalu percaya, cinta hadir karena terbiasa. Cinta pertama pada ‘Penjara Suci’ sebuah pesantren kecil tempatku menuntut ilmu. Rindu, jelas masih ada. Paling tidak, saat idul fitri aku masih berkunjug kesana. Cinta itu datangnya dari hati yang tulus. Mungkin ini cinta dan masihkan aku mencintainya? Tentu saja :luph .


#8MingguNgeblog 4 : Warnaku

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keempat


Warna, kamu suka warna apa? Bisa lihat template blogku? Hijau, i love green coz I care to be green :uhuk . Ini bukan lantaran aku ngefans kolor ijo atau hulk ya, ini murni karena aku memang suka. Design Earth Hourku satu tahun yang lalu saja hijau :uhuk .


Kata orang, cewek itu biasanya suka warna manis seperti pink. Pernah juga ada yang bertanya, warna kesukaanmu apa? Aku jawab hijau, eh dianya bilang begini. Kamu ngga normal!!! So what gitu lho? Aku memang ngga normal, terus masalah buat lo? Ngga semua cewek suka yang manis-manis macam pink. Aku cewek unik, limited edition, jadi suka-suka aku kalau suka warna hijau :smile .

Salah satu baju hijau yang aku pakai buat kopdar sama Mbak Noorma
Aku suka warna hijau sudah sejak lama. Kadang, aku sengaja buat baju yang berembel-embel hijau. Dilihatnya adem sih, meskipun ya agak-agak takut kalau  tiba-tiba ada kambing yang ngejar :smile . Sayuran hijau? I love it, apalagi dibuat pecel. Tapi kalau di jus mentahan gitu, aku mikir-mikir dulu deh :uhuk .


Sayangnya, karena kesukaanku terhadap warna hijau, Bu e pernah bilang kalau aku ngga bisa ke Jogja. Nah lho? Tahu kan soal mitos baju hijau di parangtritis? Nah, yang jadi kendala itu. Bagaimana jadinya kalau-kalau aku dibawa lari ombak? Aku kan ngga bisa renang :uhuk .


Sebentar, aku akan mengingat kapan aku jatuh cinta dengan si hijau. Sepertinya ketika aku masih kecil setelah menonton sebuah FTV. Entah di tahun berapa aku lupa, yang jelas FTV itu begitu mengharukan. Aku masih ingat pemainnya, cuma yang ku tahu namanya hanya Ria Irawan. Tokoh dan karakter yang diceritakan pun aku masih ingat, namanya Sulam.


Namanya anak kecil, nonton mah nonton aja ngga tahu judulnya. Setelah aku googling, ternyata judul FTVnya Sulam.  Ini bukan Sulam yang naik haji itu ya, ini sesosok Sulam yang kurang waras tapi tetap rajin puasa ramadhan dan sembahyang. Dalam kisahnya, Sulam yang kurang waras itu minta baju baru sama pak ramadhan buat lebaran idul fitri gitu deh. Ditanya juga sama pak Ramdhan, warnanya apa? Sulam bilang hijau, katanya hijau itu warna kesukaan Rosulullah. Sebagai seorang anak, jelas saja aku tersugesti dengan penuturan Sulam itu. Dari situlah, sepertinya aku mulai ngefans sama warna hijau. [Bica cek cerita Sulam disini dari Novel Karya Ahmad Tohar - sutradara Choirul Umam]


Sebenarnya, walau pun aku suka hijau tapi ngga semua benda-benda yang aku punya memiliki unsur warna hijau. Sering kali Bu e malah beliin aku baju atau benda-benda berwarna manis dan terang seperti pink. Perlengkapan makeupku juga banyak yang pink. Lagian, kulitku yang item ini kalau keseringan pakai warna hijau, kelihatan banget gelapnya :uhuk .


Warna kesukaanmu menggambarkan dirimu? Aku pikir mungkin iya mungkin ngga. Semua orang punya penilaian sendiri tentang warna yang mereka sukai. Tapi toh apa pun warna yang kita suka, kelihatan warna-warni itu jauh lebih indah. Seperti pelangi, walaupun hanya biasan matahari, tapi aku tetap yakin ada keindahan didalamnya.


Yang jelas, mari warnai hidup kita dengan hal-hal positif dan terus berkarya. Saatnya kita menjadi pelangi untuk orang lain. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Mari hijaukan bumi, bukankah hijau lebih segar dipandang mata? I care to be green :uhuk #lho? :smile

#8MingguNgeblog 3 : Tak Pandang Usia

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga


Hei, hari ini masih bertema wanita, perempuan, gadis, girl ya ya ya. Jangan bosan ya :smile . Inspirasi nomor satuku Bu e, tidak perlu meragukan itu. Wanita memang unik, jadi yah tidak kaget kalau banyak orang yang menuliskan tentang sesosok wanita sebagai inspirasi kehidupannya.


Bu e memang sosok yang keren. Aku sudah sering menuliskan beliau disini, di Demam Korea misalnya. Tapi kan, aku tidak hidup dengan Bu e seorang. Disekelilingku masih banyak wanita-wanita super inspiratif yang patut diacungi jempol. Thanks buat kalian semua. Kalian semua istimewa, kalianlah the next Kartini.


Pertengahan Juli 2012 saat ada pameran buku di Gedung Wanita Jepara aku mendapat tugas untuk menjual sebuah produk disana. Meskipun namanya pameran buku, tapi disana bukan hanya buku yang dijual. Aku menawarkan ke semua orang. Dari anak sekolah, mahasiswa/siswi, bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-nenek semua aku tawari. Kebetulan produk yang aku jual memang bisa dikonsumsi segala usia, jadi aman.


Dalam suasana yang ramai, kebetulan stand yang ku tempati itu disamping pintu masuk, posisi yang pas. Biasanya jika yang datang usia sepuh [Tua], beliau-beliau itu datang bersama keluarga. Rombongan besar begitu. Tapi, hari itu aku melihat sesosok nenek, tidak tinggi, berjilbab, berlajan santai dengan seorang anak laki-laki. Kemungkinan besar itu adalah cucunya. Nenek itu pun tak luput dari penawaranku. Setelah mengobrol sebentar, kata Beliau anaknya itu sudah jadi agen produkku. Yah wes, tak perlu waktu lama aku pun mempersilakan Beliau masuk ke arena pameran.


Selang beberapa waktu, Beliau keluar menuju sekretariat untuk menukarkan kertas undian. Sejenak aku terpesona dengan beliau. Usia beliau mungkin setara dengan Mbahku. Mbahku sendiri kalau mau pergi pasti aku atau kakak yang antar. Lha ini? Seorang nenek diantar cucunya yang masih usia SD. Ah, mungkin saja rumahnya dekat. Jadi, apa yang perlu ditakutkan?


Waktu pun berlalu, 16 Juli 2012 hari terakhir pameran. Hari terakhir aku bertugas. Semua tentu saja masih sibuk dengan aktifitasnya. Yang jelas, beberapa hari yang telah berlalu meninggalkan kenangan-kenangan manis diantara kami para penjaga Stand. Tapi , hei! Aku melihat nenek itu lagi masih dengan cucu laki-lakinya yang seumuran SD. Aku tersenyum padanya. 


Ingatanku menghayalkan tentang beliau. Siapa dia? Dimana rumahnya? Kemana anak-anaknya? Kenapa Beliau hanya dengan cucunya? Pertanyaan-pertanyaan itu membombardir pikiranku. Aku harus menyelesaikannya, titik. Tidak ada waktu lagi. hari semakin sore dan mungkin ini kesempatan terakhirku untuk bertemu beliau.


Dengan hati yang mantap, aku menghampiri beliau yang sudah keluar dari arena pameran buku. beliau duduk manis di depan Stand Perpustakaan Jepara. Sekedar dudukkah?


Aku memulai aksiku. Basa-basi aku berkenalan dan bertanya nama beliau. Taslinah, alamat Lebuawu Pecangaan. Hei, Pecangaan itu jauh dari pusat kota Jepara. Untuk kesana, harus naik Bus dan jika sudah sore, penumpang mungkin saja penuh. Sedangkan Beliau hanya bersama cucu kecilnya, tanpa sepeda motor atau pun mobil. Apa yang beliau tunggu? Hari sudah sore, kenapa tidak pulang? Itu yang keluar dari bibirku. 


Aku, sedikit tercengang dengan jawaban beliau. Katanya, Beliau akan menunggu pengundian hadiah. Ya Rabb, bukankah itu ba'da isya'? Dan saat itu baru ashar. Lalu bagaimana dengan kepulangan Beliau nanti? Beliau pun memberitahukan bahwa Beliau punya saudara di dekat Gedung Wanita Jepara. Alhamdulillah, tenang hatiku.


Pertanyaan lain muncul, kenapa beliau duduk di stand Perpustakaan? Hanya sekedar duduk? Ternyata aku salah. Beliau akan mendaftar untuk mendadapatkan kartu anggota agar bisa meminjam buku di Perpus. Jleb! Skakmat untukku. Aku yang sudah sejak MAN ingin punya kartu itu sama sekali belum mengurusnya. Lalu beliau yang sudah sepuh ini? Ya Allah, aku malu.


Betapa terkejutnya aku waktu beliau ngengeluarkan hampir semua persyaratannya. Ada fotocopy KTP, pas foto warna, semua sudah Beliau persiapkan. Makin malu saja aku ini. Beliau juga menuliskan namanya. Ya Allah, tulisan tangan beliau bagus. Dengan usianya yang tidak muda, Beliau berhasil membuatku meraba dada, malu. Beliau suka sekali dengan buku. Beliau masih membaca tak pandang usia. Sungguh aku malu. 


Dalam keluargaku sendiri, hanya aku yang punya banyak buku. Bapak, ada beberapa yang masih Beliau baca. Mbahku, Beliau buta huruf. Lalu dia, Bu Taslinah semangatnya itu sungguh luar biasa. Secara personal memang aku sama sekali tidak mengenalnya. Tapi dari pertemuanku yang singkat itu, beliau menyisakan kenangan manis. Aku merinding, jika tua nanti, masihkah aku seperti Beliau? Mencintai buku, mencintai baca. Masihkah mataku setajam Beliau, membaca tanpa kacamata? Lalu, tulisan tanganku, masih bisakah aku produktif, menginspirasi orang lain? Saat posisi kami di desa, tak banyak toko buku mewah, bisakah?


Semua berkecamuk dalam dada. Yang pasti, aku berterimakasih kepada-Nya yang telah mempertemukanku dengan sosok hebat seperti Bu Taslinah. Aku belajar untuk mencintai buku, tak pandang usia. Setelah itu sampai hari ini, aku tidak lagi bertemu Beliau. Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan oleh-Nya. Lalu jika Beliau sudah tidak ada, semoga Beliau mendapat tempat terbaik disisi-Nya.


Yah, Beliau adalah Perempuan Hebat. Perempuan Inspiratifku. Bukan lewat tulisan, bukan lewat kata. Tapi semangat dan cintanya terus mengakar di dada.





Foto dokumen pribadi. Aku memotret Beliau tanpa sepengetahuannya. Saat itu aku malu untuk meminta foto bersama :smile

#8MingguNgeblog 2 : Jepara Kota Ukir Kotanya Kartini


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedua.

Jepara Jawa Tengah merupakan sebuah Kota Kabupaten yang berada di pesisir Pantai Utara. Aku, Jiah Al Jafara karena aku dari Jepara :uhuk . Pada tanggal 10 April kemarin, Jepara baru saja merayakan hari jadinya. Jepara Kota Ukir, Jepara Trus Karya Tataning Bumi dan Jepara Bumi Kartini. Masih belum kenal juga?


Jepara, Kota kecil eh besar ding yang dekat dengan Kota Kudus dan Kota Pati. Jepara merupakan kota kelahiran RA. Kartini pahlawan emansipasi wanita yang 21 April nanti akan berulangtahun. Sebagai kota kelahiran pahlawan, tentu saja di Jepara ada yang namanya Musium Kartini yang letaknya dekat dengan pendompo dan alun-alun Kabupaten Jepara. Di dalam musium tersebut, kita dapat melihat benda-benda peninggalan RA. Kartini, seperti kursi, meja, lukisan, dokar juga ada :smile .

Source
Tenang, di Jepara banyak juga yang berbau Kartini seperti Pantai Kartini yang terkenal dengan Aquarium Kura-kuranya. Si Kura-kura yang gede itu pernah masuk TV lho gara-gara hasil ramalan almarhumah Mama Laurent yang bilang si Kura-kura minta dimandiin. Kalau tidak dimandiin, akan ada Tsunami :omg . Bisa kelelep aku tidak bisa berenang. Tapi alhamdulillah tidak ada Tsunami :smile .

Source
Ada juga Stadiun GBK. Bukan Gelora Bung Karno tapi Gelora Bumi Kartini :uhuk . Club sepak bola yang sudah masuk TV, Persijaplah. Tahu kan? Pemainnya siapa? Aku tidak tahu sih :uhuk . Aha, mantannya si Jupe tuh sekarang masuk Persijap, si Gaston. Biar pun Persijap-MU sama-sama suka merah, kayaknya aku milih Madrid aja deh :uhuk .

Source
Biar kata Jepara bukan kota yang wah seperti Semarang, Jogja, Bandung, tapi Jepara juga bisa menghasilkan artis :uhuk . Aku pernah menulisnya disini dan ada tambahan lagi. Aku lupa coy kalau Jamal Mirdad sama Alex Komang itu dari Jepara :uhuk . Ini semua karena faktor U dimana usiaku masih imut banget gitu yah jadinya lupa sama mas-mas yang sepuh :smile .


Saatnya serius :smile . Selain Pantai Kartini, di Jepara juga masih banyak pantai-pantai lain seperti Pantai Tirta Samudra Bandengan, Pantai Pungkruk, Pantai Bondo, Pantai Sekembu dan masih banyak lagi. Setiap pantai memiliki karakteristik tersendiri. Ada yang ombaknya besar, ada yang tenang, ada yang pasir putih ada juga yang pasir hitam. Yang paling keren itu pantai yang ada di Karimunjawa. Disana airnya bening dan juga ada budidaya ikan Hiunya. Kalau aku bilang mah, Karimunjawa itu Balinya Jepara. Secara Internasionalnya malah disebut Karibiannya Jawa, widih :uhuk . Pokoknya disana turis bejibun deh, pantes tiket kapalnya agak mahal. Aku pernah kesana? Belum hehehe :uhuk .

Penangkaran hiu karimunjawa, Penangkaran hiu karimun jawa
Karimunjawa
Source
Jepara cuma gitu aja? Oh tidak . Masih banyak pojokan yang bagus kok :smile . Masih ada hutan pinus, hutan jati, hutan Sono. Ada juga Benteng Portugis di daerah Keling. Ada juga Air Terjun Songgo Langit dan Jurang Nganten. Ada apa lagi yah? Oh iya, masih ada sawah, kali, kolam renang, peternakan lele, masjid, sekolah, Ponpes, angkutan, bus, dokar, becak, motor, sepeda, ada semua deh. Main ke Jepara tidak akan menyesal :smile .

Benteng Portugis
Oh iya, di Jepara juga ada yang namanya Lombanan yang dilaksanakan setelah tanggal tujuh Syawwal. Bisa juga disebut Bodo Kupat karena biasanya ibu-ibu buat ketupat. Kegiatan ini tidak wajib sih, cuma pada tanggal ini biasanya pantai-pantai di Jepara ruame. Selain itu, ada juga Tradisi Perang Obor yang dilakukan di desa Tegal Sambi. Biasanya setelah ulang tahun Jepara tuh orang-orang pada perang. Beneran perang pakai obor lho :uhuk .


Perang Obor
Source
Masih ingat tentang Ratu Shima? Hayo-hayo pada buka buku sejarah :uhuk . Ratu Shima merupakan Ratu yang sangat adil di jamannya yang menguasai kerajaan Kalingga. Yang paling terkenal adalah kisah Ratu Shima yang memotong tangan adik kandungnya karena ketahuan mencuri. Nah lho, sama adik sendiri saja sampai seperti itu. Kerajaan Kalingga sendiri adanya di Jepara. Jakarta? Mana ada? Wah, ternyata Jepara punya dua wanita hebat :uhuk . Kata seorang juru kunci makam Sultan Hadlirin yang terkenal itu, perempuan Jepara itu terlahir cantik dan mempesona :uhuk *Ngaca* :smile .


Jepara Kota Ukir yang pernah ku tulis disini. Pusat kerajinannya sendiri di desa Mulyoharjo. Di sepanjang jalan kota Senenan-Tahunan juga banyak Showroom Mebel dan Ukiran yang keren punya. Sebagai seseorang yang pernah jualan mebel, aku tahu persis bahwa orang-orang bule atau turis luar negeri itu suka sekali ukiran Jepara.


Ke musium, pantai, stadiun, kerajaan, ukiran semuanya sudah. Oh iya, Jepara kan punya tenun namanya Tenun Troso yang terletak di Desa Troso. Coraknya tidak kalah kok dibanding kain tenun daerah lain. Jadi kalau ke Jepara, bisa tuh si tenun buat oleh-oleh.

Tenun Troso
Source
Ngomongin oleh-oleh jadi lapar. Bagi pecinta durian, di Jepara ada kok pasar durian yang sudah terkenal itu. Bisa puas-puasin diri dengan beli durian yang harganya irit. Mau Pindang Serani, Soto Jepara, Sup Pangsit, Horok-horok, Tempong, Brayo, Lato, Adon-adon Coro, Es Dawet, Es Gempol pokoknya maknyus bikin perut kenyang.

Biar kata Jepara bukan kota metropolitan dengan gedung tinggi menjulang, tapi Jepara punya banyak hal yang patut dilihat. Masih banyak potensi alam yang bisa di eksplor. Biar pun tidak ada Gramedia, Matahari Departemen Store, Mall Besar, cukup deh Jepara dengan Swalayan dan Saudara yang lumayan gede. Jangan ditambah soalnya ntar sawahnya kegusur, banjir.


Rasa Lokal yang patut disyukuri. Biar deh jadi ndeso, toh kita disini masih bisa hidup. Masih ada pasar tradisional, masih ada becak yang bebas polusi, masih bisa main futsal, berenang di kali, pantai atau pun kolam renang. Masih bisa nonton TV, dengerin radio, dan masih bisa internetan. Kurang apa lagi coba? Bukankah Rasa Lokal memang indah? Intinya sih, I Love Jepara. Tapi toh tidak jadi jaminan aku akan menikah dengan orang Jepara :uhuk .

#8MingguNgeblog : Sekitar Rumah, Seram?

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama.


Aku lahir di sebuah desa di daerah Jepara Jawa Tengah. Hidup di desa itu, yah menyenangkan. Apa-apa serba ada dan lagi, kita dekat dengan keluarga lain, tetangga. Rumahku menghadap jalan yang biasa dilewati angkot. Jadi kalau hujan deras dan aku posisi di dalam angkot, maka tinggal bilang kiri angkot berhenti dan lari menuju teras rumah.


Disebelah barat rumahku itu kebun kosong sekitar dua petak rumah. Satu petak milik Bapak yang sekarang ditanami kacang tanah. Yang satu petak milik Mbah Siti, kosong. Baru setelah itu ada rumah milik Mbah Kani. Tetangga yang masakannya enak baget. Setelah lulus MAN, aku pernah bantu Mbah Kani masak di rumahnya untuk di jual besok harinya. Bumbunya sama seperti yang Bu e buat. Tapi kok ya hasilnya enak begitu. Oh iya, almarhum suami Mbah Kani itu Polisi. Waktu meninggal aku masih kecil, jadi ya lupa wajahnya seperti apa.


Disebelah timur rumahku, rumah milik Mbah Ikah adiknya Mbahku. Rumahnya tingkat satu, besar. Dibanding rumahku sih beda dikit. Rumahku tidak tingkat, cuma Bapak memang membangunnya lumayan Tinggi. Oh iya, suami Mbah Ikah, Mbah Parman itu punya mebel. Kadang-kadang setiap hari lembur dan itu sangat berisik. Suara mesin, amplas, pokonya alat-alat itu buat kuping panas. Waktu aku belum kerja, setiap Idul Fitri pasti ada dispensasi karena keberisikan tuh mesin. Sekarang, tidak ada amplop nongol, hehehe.


Diseberang jalan, ada rumahnya Lek Yadun dan Mbah Murah. Dulu sebelum rumah Mbah Murah dibangun, rumah yang di tempati Lek Yadun itu yang Mbah Murah tinggali. Rumahnya Joglo, khas Jawa banget. Pokoknya dulu bisa jadi ancer-ancer atau patokan kalau ada yang tanya rumahku dimana. Sekarang patokan rumahku sudah beda karena rumah Joglonya itu sudah tidak ada.


Belakang rumah? Kandang sapi :smile . Bukan sapi Bapak sih, tapi sapinya Mbah Parman. Kalau belakang bagian barat, ada rumah Mbakku ibunya Sinta. Dibelakangnya rumah Mbakku ada bagian kebun milik Kakak sama milikku. Belakangnya lagi kebun yang dulu katanya bekas kuburan. Waktu kecil kalau main disitu agak takut. Bagaimana kalau ada tulang yang tertinggal lalu bangkit? Hiii seram!!! Biar pun di kebun belakang agak horor, tapi disana juga banyak pohon yang bisa bermanfaat. Ada pohon pepaya, srikaya, rambutan, pisang, kelapa, matoa, mangga pokoknya asik deh. Apalagi waktu berbuah, yummi :smile .


Oh iya, dibagian depan rumah sebenarnya ada bagian kosong yang memang dibagi sedemikian hingga untuk usaha anak-anaknya Bapak yang ada lima biji. Memang tidak luas, intinya bisa buat sepetak usaha. Satu petaknya sudah ada bangunan bekas rumah Mbakku. Isinya dua ruangan. Yang bagian depan untuk toko jahit Lek Sri yang belakang untuk tidur Kakak dan Adikku. Ini nih hasil jahitan Lekku.

Dibagian depan yang lain, ada dua pohon matoa yang gede. Kalau pas berbuah itu, bikin tetangga ngiler, hehehe. Ada juga pohon rambutan tapi kecil. Ada juga bunga Kaca Piring yang agak mirip dengan Mawar. Ada juga bungan Melati yang kadang kalau berbunga dan baunya menyeruak, aku kira ada makhluk halus yang lewat. Yang tidak kalah penting di depan rumah itu ada Tambal Ban milik Bapak. Ini sekarang yang menjadi patokan ketika ada yang tanya alamat, terutama Mas JNE, hehehe.

“Mbak rumahnya sebelah mana?”
“Dari pasar Kopen ke arah timur. Tanya tambal ban nomor dua milik Bapak .... Nah itu rumah saya Mas.”

Done!

Hem, kangen juga sama suasana rumah dan sekelilingnya.  Sudah setahun ini aku memilih menginap di tempat kerja karena jarakknya lumayan. Kondisi tempat kerja juga di desa kecil yang dikelilingi hutan. Jadi dalam rangka penghematan dan keamanan bekerja, aku tidur disana. Rumahku memang desa, tapi rumah yang sekarang jauh lebih desa. Ke warnet/fotocopy saja harus naik motor yang jauhnya jauh. Lumayan ribet juga, tapi inilah pilihanku. Yang paling keren, depan rumah kerjaku ini kuburan. Apa itu menyeramkan? Hiii.... Menurutku tidak :smile . Aku sering keluar malam-malam lewat kuburan ini dan sampai sekarang belum ada makhluk-makhluk yang mengajak berkenalan :uhuk .

Hutan di Desa tempatku kerja
Depan Rumah kerja

Bagaimana dengan sekitar rumahmu?