Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

#8MingguNgeblog 3 : Tak Pandang Usia

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga


Hei, hari ini masih bertema wanita, perempuan, gadis, girl ya ya ya. Jangan bosan ya :smile . Inspirasi nomor satuku Bu e, tidak perlu meragukan itu. Wanita memang unik, jadi yah tidak kaget kalau banyak orang yang menuliskan tentang sesosok wanita sebagai inspirasi kehidupannya.


Bu e memang sosok yang keren. Aku sudah sering menuliskan beliau disini, di Demam Korea misalnya. Tapi kan, aku tidak hidup dengan Bu e seorang. Disekelilingku masih banyak wanita-wanita super inspiratif yang patut diacungi jempol. Thanks buat kalian semua. Kalian semua istimewa, kalianlah the next Kartini.


Pertengahan Juli 2012 saat ada pameran buku di Gedung Wanita Jepara aku mendapat tugas untuk menjual sebuah produk disana. Meskipun namanya pameran buku, tapi disana bukan hanya buku yang dijual. Aku menawarkan ke semua orang. Dari anak sekolah, mahasiswa/siswi, bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-nenek semua aku tawari. Kebetulan produk yang aku jual memang bisa dikonsumsi segala usia, jadi aman.


Dalam suasana yang ramai, kebetulan stand yang ku tempati itu disamping pintu masuk, posisi yang pas. Biasanya jika yang datang usia sepuh [Tua], beliau-beliau itu datang bersama keluarga. Rombongan besar begitu. Tapi, hari itu aku melihat sesosok nenek, tidak tinggi, berjilbab, berlajan santai dengan seorang anak laki-laki. Kemungkinan besar itu adalah cucunya. Nenek itu pun tak luput dari penawaranku. Setelah mengobrol sebentar, kata Beliau anaknya itu sudah jadi agen produkku. Yah wes, tak perlu waktu lama aku pun mempersilakan Beliau masuk ke arena pameran.


Selang beberapa waktu, Beliau keluar menuju sekretariat untuk menukarkan kertas undian. Sejenak aku terpesona dengan beliau. Usia beliau mungkin setara dengan Mbahku. Mbahku sendiri kalau mau pergi pasti aku atau kakak yang antar. Lha ini? Seorang nenek diantar cucunya yang masih usia SD. Ah, mungkin saja rumahnya dekat. Jadi, apa yang perlu ditakutkan?


Waktu pun berlalu, 16 Juli 2012 hari terakhir pameran. Hari terakhir aku bertugas. Semua tentu saja masih sibuk dengan aktifitasnya. Yang jelas, beberapa hari yang telah berlalu meninggalkan kenangan-kenangan manis diantara kami para penjaga Stand. Tapi , hei! Aku melihat nenek itu lagi masih dengan cucu laki-lakinya yang seumuran SD. Aku tersenyum padanya. 


Ingatanku menghayalkan tentang beliau. Siapa dia? Dimana rumahnya? Kemana anak-anaknya? Kenapa Beliau hanya dengan cucunya? Pertanyaan-pertanyaan itu membombardir pikiranku. Aku harus menyelesaikannya, titik. Tidak ada waktu lagi. hari semakin sore dan mungkin ini kesempatan terakhirku untuk bertemu beliau.


Dengan hati yang mantap, aku menghampiri beliau yang sudah keluar dari arena pameran buku. beliau duduk manis di depan Stand Perpustakaan Jepara. Sekedar dudukkah?


Aku memulai aksiku. Basa-basi aku berkenalan dan bertanya nama beliau. Taslinah, alamat Lebuawu Pecangaan. Hei, Pecangaan itu jauh dari pusat kota Jepara. Untuk kesana, harus naik Bus dan jika sudah sore, penumpang mungkin saja penuh. Sedangkan Beliau hanya bersama cucu kecilnya, tanpa sepeda motor atau pun mobil. Apa yang beliau tunggu? Hari sudah sore, kenapa tidak pulang? Itu yang keluar dari bibirku. 


Aku, sedikit tercengang dengan jawaban beliau. Katanya, Beliau akan menunggu pengundian hadiah. Ya Rabb, bukankah itu ba'da isya'? Dan saat itu baru ashar. Lalu bagaimana dengan kepulangan Beliau nanti? Beliau pun memberitahukan bahwa Beliau punya saudara di dekat Gedung Wanita Jepara. Alhamdulillah, tenang hatiku.


Pertanyaan lain muncul, kenapa beliau duduk di stand Perpustakaan? Hanya sekedar duduk? Ternyata aku salah. Beliau akan mendaftar untuk mendadapatkan kartu anggota agar bisa meminjam buku di Perpus. Jleb! Skakmat untukku. Aku yang sudah sejak MAN ingin punya kartu itu sama sekali belum mengurusnya. Lalu beliau yang sudah sepuh ini? Ya Allah, aku malu.


Betapa terkejutnya aku waktu beliau ngengeluarkan hampir semua persyaratannya. Ada fotocopy KTP, pas foto warna, semua sudah Beliau persiapkan. Makin malu saja aku ini. Beliau juga menuliskan namanya. Ya Allah, tulisan tangan beliau bagus. Dengan usianya yang tidak muda, Beliau berhasil membuatku meraba dada, malu. Beliau suka sekali dengan buku. Beliau masih membaca tak pandang usia. Sungguh aku malu. 


Dalam keluargaku sendiri, hanya aku yang punya banyak buku. Bapak, ada beberapa yang masih Beliau baca. Mbahku, Beliau buta huruf. Lalu dia, Bu Taslinah semangatnya itu sungguh luar biasa. Secara personal memang aku sama sekali tidak mengenalnya. Tapi dari pertemuanku yang singkat itu, beliau menyisakan kenangan manis. Aku merinding, jika tua nanti, masihkah aku seperti Beliau? Mencintai buku, mencintai baca. Masihkah mataku setajam Beliau, membaca tanpa kacamata? Lalu, tulisan tanganku, masih bisakah aku produktif, menginspirasi orang lain? Saat posisi kami di desa, tak banyak toko buku mewah, bisakah?


Semua berkecamuk dalam dada. Yang pasti, aku berterimakasih kepada-Nya yang telah mempertemukanku dengan sosok hebat seperti Bu Taslinah. Aku belajar untuk mencintai buku, tak pandang usia. Setelah itu sampai hari ini, aku tidak lagi bertemu Beliau. Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan oleh-Nya. Lalu jika Beliau sudah tidak ada, semoga Beliau mendapat tempat terbaik disisi-Nya.


Yah, Beliau adalah Perempuan Hebat. Perempuan Inspiratifku. Bukan lewat tulisan, bukan lewat kata. Tapi semangat dan cintanya terus mengakar di dada.





Foto dokumen pribadi. Aku memotret Beliau tanpa sepengetahuannya. Saat itu aku malu untuk meminta foto bersama :smile

24 comments

yaszero said...

sosok sederhana, lebih kuat dari Kartini..

Leyla Hana said...

luar biasa... semoga perempuan-perempuan masa depan juga suka membaca dan menulis meski usia sudah senja :-)

Santi Dewi said...

Hebat ya, tetap semangat walau sudah tdk muda lagi :)

KATALIS HATI said...

terharu atas semangat nenek Taslinah... ingat almarhumah nenekku... beliau juga punya kecintaan yang sama terhadap buku dan ilmu pengetahuan...

R10 said...

budaya membaca sampai tua, agar ilmu terus dikejar

ekoikhyar said...

wow krenn, jadi ingat almarhum nenekku

ajarmasak said...

Ck ck ck kereeeen*langsung baca buku :)

papapz said...

wah, hebat banget ya semangatnya walau udah sepuh tapi masih menggelora :)

Ira said...

wuih keren.....jadi terharu

haerul said...

Sudah mengaplikasikan ajaran Rasulullah Saw, yaitu kejarlah ilmu hingga ke liang lahat atau ke negeri Cina..,

dan ayat pertama berkata "Iqra", bacalah..., salut buat beliau..., jarang2 memang ada orang tua seperti ini.,.:)

SoleildeLamer said...

usiaku sudah tll tua ga yah buat nulis <<< jiwanye tua
sukses ya kompetisinya :D

Susi Susindra said...

selalu ada sosok sederhana yang menginspirasi, ya.

Kopiah Putih said...

Sumpah, saya terkesima membaca tulisan ini.. Bu Taslinah, semoga akan banyak lagi wanita-wanita hebat seperti engkau..

iskael said...

kalo saya ga seberapa kagum dengan kartini :D
masih kagum sama ibuku :P

ucokeren said...

dehhhhh, sudah nenek2 tapi masih mau membaca... eh neneknya nggak pake kacamata baca tuhh?? hehehe #salamucok :D

Unknown said...

kunjungan perdana,
salam kenal

ranny said...

huaaa si emak ini udah nyuri start :P

salut untuk ibu itu ^.^

Mugniar said...

Masya Allah, salut sama beliau.
Eh, ibu mertua saya pun suka membaca lho :)

Bunga Tongeng Andi said...

Ibuku, tahun lalu berumur 69 tahun, Naik pesawat dari Makassar ke Jakarta PP, hanya ditemani 2 orang cucunya (anak-anakku) yang masih duduk di bangku SD. Saat ini, ibu masih berani kemana-mana naik angkot tanpa ditemani sama sekali. Ibuku..inspirasiku. I luv U, Ibu

Admin said...

awesome :D

Ririe Khayan said...

sep..sipp, semagat dengan angingmamirnya yaa..

#diriku absen dulu.

Lidya Fitrian said...

ayo yang muda jangan kalah dengan yang tua rajin membaca

Dwi Ananta said...

Aduh kk jangan sampai kita menjadi the next Kartini >.< Jangan sampai mbak... Saya tidak mau kita cuma bisa bermimpi, mengeluh dan akhirnya menyerah akan mimpi tersebut >.< Jangan sampai kak'...

Lebih baik menjadi seperti nenek yang mbak ceritakan ^^ Kenapa gak minta resep untuk memiliki tulisan bagus kk? :p *menatap tulisan tangan*

Anonymous said...

Sekeliling kita memang banyak sosok yang bisa menjadi inspirasi, salah satunya yang seperti mbak katakan di atas...
Semangat yah ikutan kontesnya