Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Puncak Gunung

Aku menyeka keringatku sementara Rivai masih saja berjalan di depanku dengan semangat 45nya.


“Riv, masih jauh?”

“Masih! Ayo semangat dong, Rev! katanya mau lihat yang bagus?”


Aku mengangguk. Ini pertama kalinya aku melakukan perjalanan mendaki puncak gunung. Sebenarnya aku tidak terlalu suka gunung.  Aku tidak tahan udara dingin. Tapi Rivai dengan segala kegigihannya membuatku mengiyakan ajakannya untuk mendaki gunung. Aku menarik napas. Perjalanan mendaki memang tidak mudah. Pundakku terasa begitu nyeri dengan beberapa bahan makanan dan perlengkapan lain di dalam ransel yang kubawa.


“Nggak asik ah! nggak semangat gitu!” Rivai cemberut. Aku tersenyum.

“Udah. Sampai di sini aja ya? aku nggak kuat.”

“Nggak-nggak-nggak kuat, nggak-nggak-nggak kuat, aku nggak kuat naik gunung-gunung.” kata Rivai bergaya Seven Icon.


Aku terbahak. Baru kali ini aku melihat Rivai dengan gaya unyu seperti itu.


“Kamu cocok banget deh, Riv.”

“Maksudmu cocok jadi girlband? ah! aku nggak suka!” kata Rivai melanjutkan jalan sementara aku mengekor di belakangnya.

“Masa nggak suka? lha itu bisa gaya gitu.”

“Aku lebih suka kamu daripada mereka.”

Langkahku terhenti. Rivai juga ikut berhenti.

“Kenapa?”

“Kamu suka aku?”

“Iya. Kenapa? ada yang salah?”

“Tapi, kita…,”

“Aku suka jailin kamu, wek!”


Aku meninjunya, dia tertawa. Dia berlari aku mengejar.

Rivai terus berlari sementara aku mengejarnya sampai kehabisan nafas.


“Stop! kita istirahat.” kataku.


Rivai memandangi sekitar.


“Rev. Sepertinya kita…,”

“Kita tersesat?”

“Kita sampai, Rev! puncak gunung!” teriak Rivai histeris.

Aku memandang ke arah yang Rivai tunjukkan. Benar! puncak gunung. Aku meloncat. Akhirnya aku bisa naik gunung.


“Reva!”

Aku menoleh ke belakang. Suara yang tidak asing.

“Rendra? Anna, Dito, Mega. Kalian di sini juga?”

“Kami semua di belakangmu.” jawab Rendra pacarku.

“Ehem.” Rivai, saudara tiriku menyenggol lenganku.

Aku tertawa geli. Dia berjalan ke arah Mega, gadis yang diincarnya.

“Reva, mau jadi teman hidupku?” tanya Rendra malu-malu.

Semua bersorak. Pipi Rendra semakin memerah. Aku mengangguk pelan di depannya.


[GIVEAWAY] Cerita Perjalanan


Notes :
Kemarin, aku janji mau buatin FF Qem Por . Taraaaaa :smile

Sipit Manis

“Ih lihatin matanya, sipit-sipit manis, gimana gitu ya?” bisik dua siswi yang lewat di depanku.


Aku menunduk, malu. Sejak masuk sekolah ini, murid-murid selalu membicarakan mataku. Mata yang katanya sipit mirip vocalis band yang menyanyikan lagu Aishiteru1. Aku malah sama sekali tidak tahu dia seperti apa.


Kualihkan pandanganku pada dua siswi yang melihatku tadi. Mereka tersenyum dan kubalas dengan tersenyum pula.


“Ya ampun! Matanya itu lho! Masa ngedipin aku!”

“Bukan! Dia ngedipin aku tau!”


Ish! Mereka ini. Aku benar tertawa geli mendengarnya. Bukankah berkedip itu biasa?


Neon naui girl friend e e e2.  Pinjam ipadnya. Aku mau liat Minwoo tau!”

Credit

Diikutsertakan dalam #FF100Kata

Notes :
1 Aku cinta kamu
2 You’re my girlfriend e e e

Tema  : Mata Lelaki


Ini juga ide dari tulisan teman Pemain Timnas Vietnam vs Pak Aishiteru hihihi :uhuk

Jago Jali

“Jadi, HIV atau Human immunodeficiency virus itu bisa menimbulkan penyakit AIDS. Virus ini bisa menular kalau kita berganti-ganti pasangan  dalam melakukan hubungan seks.” jelas pegawai kesehatan yang memberikan penyuluhan.


Semua orang kampung Kendit ber-o ria sementara Jali yang duduk di pojok belakang berkeringat dingin disekujur tubuhnya. Jali merekam semua perkataan pegawai itu di mana HIV menular karena bergonta-ganti pasangan.


Ayam jago yang dipeluk dibiarkan lari. Jago itu mungkin membawa HIV, pikir Jali.

“Jali! Tegang amat! Kenapa?”

“Habis ini, gue nggak mau liat jago gue lagi itu. Jago gue sering gonta-ganti pasangan. Mungkin dia kena HIV.”


“He? Jadi selama ini, lu…,”


Diikutsertakan dalam #FF100Kata

Tema : Parafilia