Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kalau ditanya, siapa seseorang yang paling berharga dalam hidupku? Aku jelas akan menjawab, Bu e', Bapak dan keluargaku. Mereka tempat dimana kita akan kembali. Tapi, tahukah kau? Kita ini hidup tidak hanya terpaku pada keluarga. Kita punya teman, tetangga, lawan, sahabat dan Guru. Bukankah mereka juga berharga? Bukankah mereka juga mengisi bagian kecil disudut hati kita?
Dan saat masanya telah tiba, aku jauh dari rumah. Aku mengenal mereka waktu masih SD. Semakin bertambah tahun, aku semakin mengerti, sosok bapak dan Ibu yang Kakak-kakak banggakan. Setelah SD disebuah rumah kami bernaung, bersama Bapak dan Ibu tapi mereka bukan orang tua kandung. Mereka itu guruku mengaji, orang tuaku.
Bapak Dalhar sosok kiyai yang tak ingin dipanggil kyai. Cukup dengan "Bapak" tanpa embel haji dan kyai. Sosok sederhana dan berilmu yang membuatku jatuh cinta dengan pesonanya. Ibu Sofiyah, seorang ibu yang tegas, pedagang yang baik seperti sosok Siti Khadijah.
Aku tinggal dirumah mereka hampir tiga tahun. Pasang surut saat tidak nyaman disana kadang bergelayut didalam hati. Tapi aku selalu yakin, Allah pasti akan memberikan jalan yang terbaik saat aku di Roudhotul Muta'allimin di rumah mereka. Saat kejenuhan muncul, aku ingat orang tua dirumah. Mereka pasti akan kecewa jika aku tak bersungguh-sungguh dalam belajar.
Bapak Dalhar, beliau yang menikahkan kedua kakak perempuanku. Pernah aku berhayal, mungkin suatu saat nanti ketika aku menikah, Bapak jugalah yang akan menjadi wali menggantikan Bapak kandungku. Aku juga pernah berfikir, mungkin suatu saat nanti aku akan membawa seseorang ke Roudhotul Muta'allimin untuk belajar mengaji.
كُلُّ نَفسٍ ذائِقَةُ المَوتِ ۖ ثُمَّ إِلَينا تُرجَعونَ Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan ( Al-ankabut : 57)
Kadang apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan takdir yang ada. Desember 2006, sore hari sepulang les aku mendengar berita meninggalnya Bapak. Aku menangis sepanjang jalan, aku berlari kencang. Aku juga ingat, betapa bodohnya aku saat les berlangsung. Aku membaca novel Miss Pikun dan tidak terlalu mendengarkan pelajaran itu. Kini, aku menangis, tak lagi tertawa lebar seperti saat membaca novel.
Bayangan Bapak terlintas saat September 2006 di akad nikah Mb' Ita. Kemudian Desember 2006 Bapak berpulang diusia 63 tahun karena penyakit yang tak pernah ku ketahui. Aku melihat jenazahnya, wajah pucatnya terlihat tersenyum tenang. Rasanya sesak karena semua orang ingin melihat sosok Kyai baik hati untuk terakhir kalinya. Dan Ibu, tampak pasrah dengan segala keimanannya. Entah bagaimana rasanya, kehilangan suami untuk kedua kalinya.
Kini waktu berlalu terasa cepat. Saat Idul Fitri tiba, tak lupa aku mengunjungi Ibu Sofiyah. Ibu sosok yang tegar, mengagumkan. Ibu yang memberi pesan bahwa wanita itu harus mandiri seperti dirinya. Jadilah wanita yang kuat, tidak hanya mengandalkan suami.
Waktu memang berlalu, tapi kenangannya tak pernah sirna. Sebuah Kenangan kutulis untuk Bapak M. Dalhar . Sosok guru yang pelitanya tak pernah redup meskipun beliau tak lagi di dunia. Cahayanya tetap menyala karena ilmu yang beliau berikan tanpa pamrih.
karna ku mencintaimu
hatiku begitu perih
menahan gejolak dalam hati
karna ku tahu
ku tak akan pernah melihatmu lagi
tapi bagiku,,,
mengenalmu tak pernah salah
ini adalah hal yang indah
keindahan yang tak ku mengerti
pesona yang tiada tara
kau adalah cahaya dalam gelapnya dunia
lentera yang tiada sirna
pelangi yang slalu beri warna
dan akan slalu dicinta
Mereka juga sosok yang berharga dalam hidupku sama halnya seperti keluargaku. Ini hanya sebagian kecil kisah tentang mereka, orang tua tapi bukan orang tua kandung. Orang yang berharga, meskipun mereka tidak kaya harta. Berharga karena banyak ilmu yang mereka berikan seperti kasih sayang orang tua kita.
Kadangkala, kita merasa kehilangan orang yang berharga saat mereka sudah tidak ada. Lalu, orang tua dan keluarga serta sahabat dan teman yang masih hidup, haruskah kita menunggu mereka tak ada baru kita merasa mereka berharga? Kita hanya bisa mendoakan mereka tenang dialam barzah dengan lantunan Alfatihah. Hari ini dan esok yang mungkin tak ada.
"Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway The Fairy and Me yang diselenggarakan oleh Nurmayanti Zain"