Siang berganti malam. Perputaran bumi mengelilingi matahari dapat dijadikan hitungan yang tepat secara ilmiah. Dari hisab inilah kita dapat mengetahui penentuan waktu. Waktu juga yang membawaku pergi untuk melaksanakan sidang, sidang untuk gelar S1 ku.
" Azmi..."
Aku tersadar dari lamunku, " Iya... Ada apa Ki???"
" Masih di depan jendela saja, sudah siap sidang atau belum? " Ucap Rizki teman satu kost ku.
" Insya Allah siap ... Aku sudah berusaha dan sidang nanti adalah catatan awal perjuanganku,"
" Lalu, apa yang kurang?"
" Gadis berpayung hijau itu, dia belum muncul di hujan pagi ini,"
" Ya Rabb... Masih juga kau merindukan gadis itu? Kalau kau gentle, kenapa tak kau sapa gadis itu? Kalau dilihat, wajahmu sedikit ganteng tapi masih banyak kegantenganku. Atau, biar aku saja yang mengambilnya, gimana? "
" Mengambil??? Dia itu bukan barang yang bebas dicomot. Dia itu gadis berjilbab yang selalu berjalan dengan payung hijaunya melewati kost kita. Nyaliku terlalu ciut untuk mendekatinya. Kuatkah imanku bila nanti bertemu dengannya? "
" Paling tidak, cobalah... Ajak dia ta'aruf,"
" Ta'aruf? Kau gila? Agamaku belum seberapa. Lagi pula aku hanya mahasiswa kere yang terdampar di kota ini. Aku tak punya apa-apa lalu untuk ta'aruf, apa yang bisa ku andalkan? Wanita jaman sekarang apa masih mau jika dipinang hanya dengan Bismillah? "
" Mungkin saja, Eh itu gadismu... "
Aku langsung saja berlari menuju jendela. Aku melihatnya, gadis berpayung hijau itu. Dia seperti sebongkah oksigen yang membawaku bernafas dengan tenang. Jantungku berdegup kencang melihatnya berjalan. Gadis berpayung hijau, dia seperti memberikan suntikan semangat berdosis tinggi untukku. Ya Rabb... Inikah nikmat- Mu?
Perkisaran angin dan pergeseran awan. Angin terkadang membawa rahmat terkadang membawa azab dan terkadang pula membawa kabar gembira. Dengan ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia dan usahanya meneliti, akhirnya dapat diketahui keadaan angin dan cuaca. Ini menjadi suatu bukti adanya keteraturan alam dan tentunya ada yang mengatur yaitu Allah.
Akhirnya sidang berjalan dengan lancar dan aku lulus. Saat-saat wisuda kini didepan mata. Semuanya seperti mimpi , hadiah manis yang dikirim Allah untukku. Aku akan pulang, Ayah Bunda.... Pulang ke tempat ku dilahirkan dan membuka mata untuk yang pertama kali. Aku senang... Tapi ada sedikit rasa yang mengganjal, Gadis berpayung hijau itu....
Beberapa hari setelah sidang, aku tak pernah melihatnya. Bukan karena hujan tak datang, tapi memang dia tak muncul. Ku tanya Rizki, dia juga tak tahu dan tak melihat Gadis berpayung hijauku. Ya Rabb... Harus kemana aku mencarinya? Ingin ku ucap terimakasih padanya. Aku ingin berpamitan, aku akan pulang.... Gadis berpayung hijauku, dimanakah dirimu?
Aku tak bisa tidur. Hatiku selalu gelisah mendapati Gadis berpayung hijauku tak pernah memperlihatkan batang hidungnya. Aku harus bagaimana? Aku merana .... Tidak setiap kita berhak dicintai, karena syarat dicintai adalah akhlak dan keutamaan. Namun, kini ku ambil bagianku sebagai pecinta dan ku nikmati. Jika diriku tak menjadi yang dicintai, maka jadilah aku yang mencintai.
Aku benar-benar pulang. Rezki sedikit hawatir, tapi aku tak peduli. Ku bawa beberapa payung hijau untuk adik-adikku. Bukan payung bermotif sakura, hanya payung hijau polos sebagai pengobat rindu. Ku nyatakan keindahan Mu dalam kata, ku simpan kasih Mu dalam dada. Kisah ini sepi sendiri tanpamu Gadisku. Mungkin aku diam tenang bagai ikan, tapi hatiku gelisah seperti ombak di lautan. Ternyata, aku mulai tidak waras.
Melewati hari sepi tanpa Gadis berpayung hijau. Hari berganti hari menjadi bulan dan hampir satu tahun ini tak pernah ku jumpai Gadis berpayung hijau yang lainnya. Gadis itu masih mengakar didada. Tapi hidup harus berjalan....
" Ya Fakhruddin Al Azmi ibni Muhammad Husain... Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Laila Nur Latifah Binti Muhammad Fahrizal bi mahrin khomsamiatu alafin rubiyah khalan,"
" Qobiltu nikakhaha wa tazwijaha bi mahrin madzkurin khalan,"
Aku menikah dengan gadis yang dikenalkan ayah padaku satu bulan yang lalu. Kami ta'arufan dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Banyak kecocokan diantara kami, meskipun kami sama-sam belum terlalu mengenal satu sama lain. Dia, gadis berjilbab yang solihah yang dikirim Allah untukku. Yah... kini dia istriku.
" Ya ukhti... Dapatkah kita mengulang perkenalan lagi?" Ucapku lirih.
" Ukhti? Bukankah kita sudah halal?" Jawabnya lembut.
" Oh iya,," Ucapku mengada
" Ya habibati, masmuki ?" Tanyaku kemudian
" Ismi Laila Nur Latifah, masmuka ya habibi?"
" Ismi Fakhruddin Al Azmi,"
Kami pun tersenyum dalam kebodohan masing-masing. Lucu memang ketika harus mengulang perkenalan saat kami sudah halal. Begitulah... Aku berusaha menumbuhkan cinta diantara kami berdua. Cinta yang sesuai dengan jalan takdir- Nya. Langit mungkin gelap dan tetes air turun dari langit bukan karena sedih. Mereka turut berbahagia mendoakanku dan juga dia yang kini menjadi istriku. Semesta bertasbih memuji kebesaran Illahi.
Lihatlah masalalu dan tataplah masa depanmu. Dalam hidup ini selalu ada ujian, ia akan selalu silih berganti. Maka, setiap orang harus bisa keluar dari ujian itu sebagai pemenang. Dan Dia- lah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkanmu pada malam hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada- Nya kamu kembali, lalu Dia memeberitahukan padamu apa yang telah kamu kerjakan.
Kau dan Aku
Menikmati hujan senja di jalanan rumah
Kau dan aku
Dalam dua dunia dua wajah yang berbeda
Tapi tetap satu cinta
Gelapnya awan, gemuruhnya guntur
Menyanyikan lagu kebahagian kita
Kau dan Aku
Berdua dalam satu nafas cinta
Ini aneh,
Di dua sudut kita berbeda
Tapi akhirnya kita bersama
Hujan makin deras membasahi bumi. Aku berjalan bersamanya istriku menerobos hujan di senja ini. Aku memeluknya erat dibawah payung hijau bermotif sakura. Guntur terdengar bergemuruh, sang bayu membelai, dingin sekali. Mungkinkah ini tanda karena mereka iri padaku? Hanya Dia yang tahu.
Cinta tak datang tiba-tiba. Cinta tumbuh karena adanya waktu dan cinta dari- Nya. Cinta adalah sesuatu yang menakjubkan dan aku tak perlu mengambilnya dari orang lain. Seolah seperti menunggu hujan, tak tahu kapan datang tak tahu kapan pergi. Tapi ku yakin ada yang indah saat pelangi mulai menyapa.