Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

212



Kata seseorang, aku ini Gendeng gara-gara nulis FF ini :uhuk. Kalo di pikir-pikir ternyata ada benarnya juga :uhuk . Mungkin aku memang masih cucu cicitnya mbahnya saudaranya tetangganya kakak iparnya anak laki-lakinya Sinto Gendeng gurunya Wiro Sableng 212. Tapi, aku sama sekali tidak punya kapak 212 meskipun hari ini memang hari 212 :smile . 







Oh iya, saking sablengnya, aku juga ngirim e-mail yang ku tulis pada tanggal 8 Desember 2012 dan ku terima hari ini. Kata-kata di dalam surat itu, wakaka bikin ngakak. Ceritanya sih ingin nyontek kapsul waktunya Mbak Maya. Sayang belum ada orang yang mau diajak main begituan :uhuk . Jadilah aku main sendiri :smile







Thanks to My Bue, Bapak, Kakak, Mbakku, Mbak Mufa dan Mbak Nay yang besok ultah, Mbak Noorma, buat yang tadi sms juga buat semua orang yang koment di blognya Mimi dan buat Mimi yang udah rela nglembur bikin postingan ini. Untung tidak jadi Trio Aquarius Lupa Ultah :uhuk . Terimakasih untuk semua doanya. Doa yang indah dan selalu terselip ucapan semoga apa yang aku inginkan tercapai :hepi







Hah, rasanya baru kemarin tapi ternyata sudah lewat angka 20 :uhuk . Aku masih ingat saat berumur 4 tahun ketika adikki lahir. Masih ingat waktu TK waktu dapat sebatang kapur. Masih ingat waktu masuk SD dan lulus SD. Masuk MtsN terus nangis tiap hari sampai sesenggukan karena jauh dari rumah. Masih ingat masuk MAN dan betapa susahnya naik turun angkot, belajar naik motor. Masih ingat saat pertama kali pacaran sampai putus dan memutuskan untuk tidak pacaran :uhuk . Aku masih ingat saat pertama kali kerja, resign dan kembali kerja. Aku masih ingat...... Lalu apa yang tidak aku ingat??? Aku lupa rasanya jatuh cinta :luph







Ini bukan penambahan melainkan pengurangan. Pengurangan nafas untukku hidup. Entah sampai kapan aku masih bisa bernafas dan terus menulis seperti ini. Kita tak pernah tahu kapan kita mati. Yang ada, untuk detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini, tahun yang telah lalu dan tahun yang akan datang kita harus bersyukur dan terus menambah rasa syukur serta menambah ibadah.







Sendiri memang bukan hal yang mudah. Aku akan terus berjuang dan menunggu dia. Dia bukan seseorang yang sempurna melaikan seseorang yang berbeda yang membuat semuanya menjadi indah. Terimakasih teman-teman semua :smile

[BeraniCerita #2] Surat Merah Jambu

Hanya ingin berdiam di keheningan malam
Membayangkanmu di depanku, aura dirimu mempesonaku
Dan ku terdiam di keheningan malam
Ku ingin memastikan diri apakah ku telah jatuh hati

Kali ini aku akan menulis Surat Merah Jambu untuk pujaanku Dara. Dia pencuri hatiku. Aku menggoreskan kata demi kata untuknya. Dalam kertas berwarna merah jambu ku ungkapkan seluruh hatiku untuknya.


***

Aku melihatnya, ah dia duduk di bangku paling depan. Hatiku bergetar, dag dig dug, omg :omg . Aku melihatnya, dia tersenyum ke arahku. Suaranya, ah selalu terngiang di otakku. Sampai pelajaran selesai, aku pun masih tak mengerti. Yang tadi dibahas itu apa?

Jam sekolah telah usai. Aku duduk di bawah pohon beringin taman sekolah. Di pohon beringin inilah cintaku bersemi. Beringin ini saksi bisu ketika aku dan Dara sering duduk berdua disini. Sama-sama bercerita sama-sama berbagi. Seperti dugaanku dan memang biasa, dia datang. Ah uh auh uh, please Dara. Jangan mendekat. Kau buat hatiku melompat.


Kepadamu pencuri hati 
Yang tak ku sangka kan datang secepat ini
Padamu pencuri hati
Biarkan ini menjadi melodi cinta berdua


"Asep, ngapain disini?"
"Anuh, saya ..."
"Saya kenapa? Hayo kamu nunggu siapa?"
"Nuggu jemputan, heh,"
"Oh begitu,"
"Oh iya, ini..."


Aku mengulurkan surat itu. Dara menerimanya dengan malu-malu. Perlahan dia membuka dan membacanya dengan lirih.


Oh Bu Dara. Ibu adalah guru yang sangat mempesona. Ibu guru baik sekali. Seperti sebuah jambu merah yang sangat manis. Jambu merah di kebun belakang rumah Asep banyak banget lho Bu. Ibu mau tidak? Satu kilonya cuma 15 ribu Bu. Suer manis banget kaya Ibu Guru

Salam Manis Jambu Merah

Asep


"Hem, boleh deh Sep. Besok satu kilo ya,"
"Hah, beneran Bu? Asik.... Kalau begitu Asep langsung pulang mau manjat jambunya. Makasih ya Bu Guru,"

Aku berlari senang bukan kepalang. Pelangganku nambah satu :uhuk . Besok aku mau buat surat Merah Jambu lagi ah. Hem, targetnya siapa yah? :uhuk


"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma"

Thanks to : Pencuri Hati - Gissel

Qobul Yang Diwakilkan

Bismillahirrahmaanirrahim...

Bingung mau kasih judul apa, akhirnya pilih judul Qobul Yang Diwakilkan untuk sedikit menjawab tentang FF Prompt #3: Telat! kemarin. 

Sebenarnya ketika mencetuskan FF ini, tidak terfikirkan akan banyak yang bertanya tentang bolehkah qobul itu diwakilkan. Dulu jaman masih sekolah, waktu pelajaran fiqih tentang nikah memang ada pembahasan tentang sahnya qobul yang diwakilkan meski pun memang jarang.

Nah, suatu ketika aku pernah sekilas menonton acara TV tentang Almarhum Gus Dur (KH. Abdur Rahman Wahid). Yang menjadi nara sumbernya merupakan istri beliau sendiri. Istrinya menceritakan bahwa pernikahan mereka itu jarak jauh dan saat akad qobul bukan Gus Dur sendiri yang melafalkan tapi diwakilkan oleh kakeknya karena saat itu beliau sedang study di Al-Azhar. Baca juga disini :smile

Ketika menulis FF ini, aku terlebih dahulu browsing disana sini untuk mendapatkan info yang lebih jelas karena kondisi saat itu memang jauh daru guru agama yang bisa diajak bertanya. Akhirnya dapat juga. Sebenarnya pernikahan itu tergantung agama mana yang kita anut karena prosesi dan syarat-syaratnya jelas berbeda.

Dalam agama islam, wali nikah boleh diwakilkan begitu pula dengan qobulnya. 

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, membolehkan calon pengantin pria untuk mewakilkan qabul nikah dalam akad pernikahan dengan ketentuan: (1) Memberikan kuasa kepada seseorang dengan tegas secara tertulis bahwa qabul nikahnya diwakilkan dan penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk mempelai pria. (2) Adanya keikhlasan dari pihak istri atau wali atas qabul yang diwakilkan dalam akad nikah tersebut.

Sama halnya juga dengan seseorang yang kurang sempurna, seperti bisu, dan sebagainya sehingga mereka tidak bisa melafalkan qobul maka mereka bisa menggunakan bahasa isyarat atau pun diwakilkan.

Terimakasih banyak buat para komentator yang bertanya-tanya tentang ini. Inilah jawabanku. Jika belum puas silakan tanyakan ke guru agama masing-masing. Oh iya, untuk lafalnya sendiri aku belum tahu seperti apa soalnya aku belum pernah melihat prosesinya nikah yang diwakilkan secara langsung. Yah, sensasinya tentu berbeda dengan qobul yang diucapkan sendiri oleh mempelai prianya. Jadi, adakah yang mau mewakilkan qobul dalam pernikahannya sendiri? :smile


Happy Blongging :hai