Source |
Aku memasuki pelataran rumah Mas Toha, laki-laki yang sebulan lalu menikahiku. Setelah menikah, Mas Toha memang tidak langsung mengajakku pulang ke rumahnya. Katanya rumah itu baru diperbaiki dan khusus dipersiapkan untukku. Aku menurut saja dengan apa yang Mas Toha katakan. Kapan lagi coba punya suami kaya raya?
Kududukkan pantatku di sofa empuk yang ada di ruang tamu. Rumah yang begitu apik, besar dan bersih. Sementara Mas Toha mengambil minum, aku berjalan mengelilingi tiap ruangan yang ada di rumah Mas Toha. Aku melihat sebuah pintu dengan ukiran kuno di pojok lantai bawah. Ah mungkin saja itu kamar yang Mas Toha siapkan untukku.
Kubuka pintu perlahan. Bau wangi begitu menyengat hidungku. Ranjang dengan kelambu yang indah. Aku berjalan menyusuri kamar itu. Sampai di depan meja rias, aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul. Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini? Mas Toha bilang, dia hanya tinggal sendiri di rumah ini. Lalu ini konde siapa?
Kuambil konde besar itu. Seperti milik sinden yang ada di pewayangan. Tiga kembang goyang yang menghiasinya juga begitu manis, seperti terbuat dari emas.
"Sri, kamu dimana?"
Suara Mas Toha mengagetkanku. Segera ku lempar kembali konde itu ke kolong meja.
"Mas cari-cari ternyata kamu disini to?"
"Sri cuma jalan-jalan Mas. Kamar ini milik kita kan?"
"Kamu mau tidur disini?" tanya Mas Toha sambil mengelus-elus rambut panjangku yang tergerai.
"Memangnya ini bukan kamar kita?"
"Ini rumah kita, jadi kita bebas mau bercinta dimana saja."
"Ah Mas ini."
Mas Toha masih saja mengelus-elus rambutku sembari bibirnya mengecup bibirku. Tapi aku tetap tidak bisa berkonsentrasi. Konde itu menggangguku.
***
"Halo selamat pagi Mas Toha. Ini saya Jeng Kartika. Konde pesanan saya enam bulan yang lalu kok masih belum dikirim mas? Konde yang terakhir bener-bener tokcer Mas. Anak perempuan saya menang kontes kecantikan gara-gara tuh konde. Halo Mas Toha...."
Kubiarkan telfon itu mengoceh sendiri sambil kubaca berita pagi dengan secangkir kopi tanpa Mas Toha. Lima bulan ini telfon rumah sering berdering menanyakan konde Mas Toha. Dalam pernikahan ini kita sama-sama punya misi dan aku yang memenangkannya.
Kududukkan pantatku di sofa empuk yang ada di ruang tamu. Rumah yang begitu apik, besar dan bersih. Sementara Mas Toha mengambil minum, aku berjalan mengelilingi tiap ruangan yang ada di rumah Mas Toha. Aku melihat sebuah pintu dengan ukiran kuno di pojok lantai bawah. Ah mungkin saja itu kamar yang Mas Toha siapkan untukku.
Kubuka pintu perlahan. Bau wangi begitu menyengat hidungku. Ranjang dengan kelambu yang indah. Aku berjalan menyusuri kamar itu. Sampai di depan meja rias, aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul. Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini? Mas Toha bilang, dia hanya tinggal sendiri di rumah ini. Lalu ini konde siapa?
Kuambil konde besar itu. Seperti milik sinden yang ada di pewayangan. Tiga kembang goyang yang menghiasinya juga begitu manis, seperti terbuat dari emas.
"Sri, kamu dimana?"
Suara Mas Toha mengagetkanku. Segera ku lempar kembali konde itu ke kolong meja.
"Mas cari-cari ternyata kamu disini to?"
"Sri cuma jalan-jalan Mas. Kamar ini milik kita kan?"
"Kamu mau tidur disini?" tanya Mas Toha sambil mengelus-elus rambut panjangku yang tergerai.
"Memangnya ini bukan kamar kita?"
"Ini rumah kita, jadi kita bebas mau bercinta dimana saja."
"Ah Mas ini."
Mas Toha masih saja mengelus-elus rambutku sembari bibirnya mengecup bibirku. Tapi aku tetap tidak bisa berkonsentrasi. Konde itu menggangguku.
***
"Halo selamat pagi Mas Toha. Ini saya Jeng Kartika. Konde pesanan saya enam bulan yang lalu kok masih belum dikirim mas? Konde yang terakhir bener-bener tokcer Mas. Anak perempuan saya menang kontes kecantikan gara-gara tuh konde. Halo Mas Toha...."
Kubiarkan telfon itu mengoceh sendiri sambil kubaca berita pagi dengan secangkir kopi tanpa Mas Toha. Lima bulan ini telfon rumah sering berdering menanyakan konde Mas Toha. Dalam pernikahan ini kita sama-sama punya misi dan aku yang memenangkannya.
JOMBANG - Warga Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Jombang, Senin (29/4) pagi gempar. Pasalnya, ada temuan tulang belulang manusia di lahan tebu dengan pakaian yang masih menempel, yang diduga berjenis kelamin laki-laki.
***
Selain untuk MFF, FF ini juga diikutsertakan pada Tantangan Menulis "Kliping" oleh Jia Effendie