Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label Monday Flashfiction. Show all posts
Showing posts with label Monday Flashfiction. Show all posts

Pesta Fiksi #25Januari - Waktu yang Mencengkeram


                Bismillaahirrahmaanirrahiim....
***
                Kugenggam erat smartphoneku. Kurasakan keringat dingin membasahi sekujur tubuh. Pukul 00.27 dan mataku masih belum terpejam juga. Jika kutahu akhirnya akan semenakutkan ini, lebih baik kuajak Nina untuk menginap. Sialnya!

Prompt #100: Rumah Lama

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***


"Kamu pinjam HPku ya! Semua aplikasinya hilang!"

"Bukan aku! Ngapain juga pake HP kamu!"

"Mama! Andre jahat!"

"Dasar tukang ngadu! Kamu itu apa-apa bilang Mama!"

"Andre, Indri! Kalian bisa tenang tidak?" Mama mereka menghampiri kedua anak kembarnya.

"Lihat, Ma! Semua aplikasi di HP aku ilang. Pasti Andre ini yang usil buang semuanya."

"Salah siapa Indri naruh HP sembarangan. Bukan salah Andre, Ma kalau mainin HPnya."

Mama mereka memijit pelipisnya. Dulu keduanya akur. Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini?

"Mbok, Yam! Minta minum!" teriak Andre.

"Ma! Papa kenapa nggak pulang? Sudah seminggu ini!"

Mama mereka menunduk, tiba-tiba teringat rumah mereka yang lama. Rumah kecil mereka di kampung sana ketika belum punya apa-apa.

***

Prompt #100: Rayakan Seratus!

#FFRabu: Cincin

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

“Aku dilamar!!! Lihat cincin berlian bermata satu ini. Ya Tuhan! Aku gugup sekali!” teriak Mona histeris.

“Selamat ya, Sayang! Akhirnya penantian hubungan panjangmu terjawab!” sambung Vina antusias.

Aku menyeruput jus jeruk di gelas hingga tandas. Vina melolot, memberi kode agar aku mengatakan sesuatu pada Mona.

“Itu cincin asli, Mon?”

“Emang kamu nggak lihat?” ucapnya sambil menyodorkan jemarinya yang bercincin.

Aku meliriknya tapi kemudian Mona menarik tangannya.

“Kamu mana bisa bedain? Pakai berlian nggak pernah! Nggak punya sih!” sambungnya.

Aku mendengus jengkel.

“Baru juga dilamar, punya cincin. Kamu nggak tahu apa? Saturnus make cincin bermilyar tahun nggak nikah-nikah!”

Dan Mona menangis.

***

#FFRabu @MondayFF #Cincin

Prompt #99 - Rise to the Sky

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***


"Aku tak bisa hidup seperti ini! Aku punya banyak mimpi! Dari awal kamu tahu. Kenapa sekarang kamu mengekangku?"

Aku tersadar dari lamunanku ketika suara tangis memekakkan telinga di tengah panas dan kemacetan jalan raya. Seorang anak merengek karena balon di tangannya lepas dan terbang ke langit.

Kulihat balon itu melayang jauh, meninggalkan pemiliknya. Aku bertanya-tanya, di mana akhirnya balon itu berhenti? Kehabisan karbit kah atau menabrak burung hingga akhirnya pecah di udara? Apakah ketika lepas dari pemiliknya dia sedih atau justru bahagia?

"Aku tak mengekangmu, tapi bukankah kita punya mimpi yang sama? Membangun rumahtangga bahagia?"

"Kita akan bahagia kalau punya uang. Kalau aku berhasil, aku bisa membelikanmu apa saja. Apa kamu tidak ingin punya baju, perhiasan yang layak?"

Kamu menunduk saat aku mengangkat ransel dan menyampirkannya di pundak.

"Kembalilah! Kumohon! Mimpiku hanya ingin bersamamu!"

Air mataku menetes. Klakson dari belakang berbunyi nyaring. Para penumpang mengumpat memintaku segera melajukan bus.

Samar kudengar suara nyanyianmu di DVD. Kamu tengah naik daun. Kamu tak perlu tahu. Aku meninggalkanmu bukan untuk meraih citaku, tapi agar kau melanjutkan impianmu.

***

Prompt #99 - Rise to the Sky

#FFRabu: Pedekate


Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

“Heh! Ngapain liat-liat!”

Aku menoyor kepala Sandy sahabatku yang melotot melihat Kakakku.

“Cewek cantik, Din! Lumayan jadi cemceman! Udah lama ini nggak punya pacar!”

“Awas aja berani deketin! Aku sunat burungmu!”

“Kenapa? Cemburu ya!?”

“Dia Kakakku!”

Sandy menatapku dari ujung rambut sampai kaki, “Betul dia Kakakmu?”

Aku mengangguk malas.

“Kok nggak mirip?”

“Dia sering dandan, aku nggak.”

“Kok nggak pernah liat?”

“Dia kan sekolah di luar kota.”

“Namanya siapa?”

“Nur Aprilia Dwi Sasanti.”

“Anak kedua?”

“Bukan! Dia anak sulung.”

“Lahir bulan April?”

“Bulan Agustus!”

“Tanggal berapa?”

“Enam belas!”

“Nomor hapenya?”

“Kosong delapan....”

Aku menutup mulutku sementara Sandy berlari jauh. Sial!!!

***

#FFRabu: Kakak Perempuan @MondayFF

Btw, itu memang nama Kakak sulungku hihi

#FFRabu: Kapan Nikah?

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***
Sumber

Kondangan pernikahan lagi? Siapa takut! Jangan panggil Vino kalau tak punya seribu satu cara untuk menjawab pertanyaan, kapan nikah.

“Hei, Vin! Mana gandengannya?” tanya Reza, si  tukang pamer pasangan.

 “Ada! Kenapa emangnya?” 

Keyakinan itu perlu. Kan setiap makhluk diciptakan berpasangan.

“Kapan nikah?”

“Segera!”

Dia tertawa.

“Kamu nggak percaya?” Aku melirik sekitar, “Kenalin, dia calon istriku!”

Perempuan yang baru lewat di sampingku bingung. Aku mengedip-ngedip.

“Betul, Nay?” tanya si Reza.

Perempuan itu mengangguk canggung.

“Selamat ya Be! Akhirnya Babe Harun punya mantu juga. Saya permisi dulu, Be!”

Reza kabur, sementara aku merinding waktu nengok ke belakang.

“Jadi, kapan kamu ngelamar Nay?”

***

#FFRabu @MondayFF #Pernikahan #JanganTanyaKapanSayaNikah

badge

#FFRabu: Lidah Mertua

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***



"Hatchin!!!"

"Walah, cucu nenek pilek. Ini pasti gara-gara kamu ngasih makanan nggak bener! Kasih yang banyak vitaminnya! Baru punya anak satu aja nggak bisa ngurus. Gimana kalo anaknya banyak?"

Aku memijit pelipisku yang mendadak pening. Ibu mertuaku kalau datang ke rumah memang seperti itu.

"Kamu itu diajak ngomong mbok jawab. Sudah dibilang jangan dibeliin es masih saja dibeliin," omelnya lagi.

Aku melengos, pergi ke dapur untuk membuat teh kesukaan Ibu. Saat aku kembali ke ruang tamu anakku menangis.

"Cup-cup sayang. Mau beli apa? Oh itu es? Hayo-hayo kita beli!"

"Tapi, Bu,"

"Nggak papa lah biar nggak nangis."

***

Notes:
Nenek/Kakek kalau cucunya kenapa-kenapa yang disalahin ya orangtuanya. Ibu Bapakku biasanya sih gitu hahay :uhuk. Btw saya baru tahu daun itu namanya Lidah Mertua. Setahu saya namanya Ilat Boyo. Hambuhlah :hepi.

#FFRabu @MondayFF #Mertua

Sumber Gambar:
http://sutarni.pustakasekolah.com/manfaat-bunga-lidah-mertua.html

Prompt #90 - Tak Kan Pernah Ada

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***



Orang bilang, pertengkaran menjelang pernikahan itu lumrah. Perdebatan, pertentangan bahkan keputusan membatalkan pernikahan sudah banyak terjadi. Sama halnya denganku saat ini.

"Sudah ada kabar tentang keberadaan Nay?"

Aku menggeleng sementara lawan bicaraku terlihat sedih.

"Aku pulang dulu. Semoga kita segera mendapat kabar baik."

Aku mengangguk lalu menyesap jus merahku. Aku bisa merasakan Nay dalam diriku. Nay yang selalu ada di pikiranku. Nay yang mengalir dan larut dalam darahku.

Kami bertengkar. Dia memutuskan membatalkan pernikahan kami. Dia marah. Dia mengatakan aku gila. Katanya aku butuh dokter. Padahal yang kubutuhkan hanya dia. Ya dia, hanya dirinya.

Memikirkannya membuatku haus rindu. Kusesap lagi jus merahku. Kuharap saat ini Nay tahu isi hatiku. Kusesap lagi dan sesuatu menyangkut di lidahku. Ah cincin Nay. Pantas saja aku merasakan belaian tangannya di wajahku. Rasa jari Nay memang tak ada duanya.

***

Notes:
Saya nggak tau mau nulis apa. Pengen minum es teh tapi nggak ada. Akhirnya buat es gula hihih #Segerrrr :uhuk

Prompt #90 - Tak Kan Pernah Ada | Monday FlashFiction

Prompt #87: Lara Hati

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***



"Bisakah kau berhenti?" pinta Mulut.

Tangan tak peduli. Dia tetap memainkan nada-nada menyayat hati.

"Hai, Kaki! Bisakah kau mengantarku pergi? Aku sudah jenuh di sini!" perintah Mulut penuh emosi.

Kaki masih diam di tempatnya, melipat tanpa daya.

"Dan kau Mata! Kenapa kau melihatku seperti itu?"

"Aku tak melihatmu. Aku memandang Gitar. Dia yang menemani hari-hari kita. Kini kita menua bersamanya."

Gitar dan Tangan beradu, berduet memainkan lagu rindu.

"Kalian memuakkan! Aku akan minta bantuan Otak. Lihat saja, kalian akan dapat pelajaran!"

"Bahkan Otak telah mati atas ucapanmu, Mulut!" teriak Telinga.

"Pedang yang kau tancapkan benar-benar menusuk Hati. Kini dia telah mati!"

Mulut membisu. Senar Gitar beradu. Lagu lara kini menyesakkan dada.

***

Notes:
Saya norak pakai judul itu, hwa :hwa. Fiksi surealis itu nggak mudah #Ngik. Setidaknya saya mencoba :smile.

Prompt #87: The Old Guitarist | Monday FlashFiction

#FFRabu: Bukan Ular Berbisa

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

"Jangan berbalik dan diam!" teriakku lagi.

Frustasi, aku kehilangan kata untuk mengingatkan Johan. Bahaya mengancam di belakangnya, tapi dia terlihat tenang-tenang saja. Harusnya aku menolak ajakannya menjelajah hutan. Sekarang pengandaian itu tak berguna.

"Bukan ular berbisa kan?"

Aku mengangguk sementara keringat dingin mengalir di sekujur tubuhku.

"Tapi,"

"Kalau begitu apa yang perlu ditakutkan? Apa aku perlu bergoyang ala India? Ah ya! Kita butuh suling untuk itu."

Bibirku bergetar, sementara Johan asik bergoyang meliuk-liukkan tubuhnya seperti gerakan ular. Dengan langkah hati-hati aku menarik tangan Johan. Sialnya aku kalah cepat. Kakiku terlilit, ular itu menguasai tubuhku, meremukkan tulang-tulangku.

***

#FFRabu @MondayFF

Notes:
Terus terang saya kurang puas dengan FF ini. Ya nggak papa lah buat pemanasan nulis fiksi. Eh dulu saya pas ketemu ular nyaris joget-joget saking takutnya. Kadang saya diam tapi sering lari sih. Sayanya lari eh ularnya ikut lari. Yang bener kita harus gimana kalau ketemu ular?

Prompt Quiz #8: Tahu Apa Kesalahan Anda?

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

"Tahu apa kesalahan Anda?" tanyanya lagi sambil melotot karena aku tidak merespon pertanyaannya.

Dejavu, ini seperti kejadian tujuh tahun lalu saat pertama kali aku kena tilang. Badanku panas dingin dengan detak jantung yang berlompatan. Tapi sekarang tidak. Aku balas mendelik sementara dia kini menyeringai.

"Harusnya Anda tahu, memakai helm itu untuk keselamatan, bukan karena takut ditilang Polisi!" jelasnya.

"Setelah ini, saya akan selalu memakai helm untuk keselamatan, bukan karena takut POLISI," ucapku sambil menekan kata Polisi.

"Nah, gitu dong! Anda pulang dulu ambil helm. Saya jagain motornya deh, Pak Polisi!"

***

Notes:
Saya mah gitu orangnya. Selalu deg-degan kalau lihat Pak Polisi. Padahal ya beliau itu gak nilang saya. Persepsi orang-orang yang susah hilang itu, pakai helm karena takut Polisi, bukan untuk melindungi diri. Hayo, siapa yang punya pikiran seperti itu juga???

Prompt Quiz #8: Ceritakan Kisahmu

Prompt #84 - Si Pembuat Boneka

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***



"Ayah, mereka mengejekku! Katanya kakiku jelek, tidak bisa menendang bola dengan benar," adu Pinokio.

Geppeto meninggalkan boneka kayu yang sedang dikerjakannya lalu menghampiri Pinokio. Ditatapnya anak laki-lakinya itu. Matanya memerah seperti menahan tangis.

"Apa mereka memukul hidungmu juga?" tanya Geppeto.

"Tentu saja iya,"

Seketika hidung Pinokio bertambah panjang satu senti.

"Lihat, Yah! Ini pasti terkena infeksi. Hidungku tidak semancung ini!"

Geppeto mengelus kepala Pinokio dengan sayang. Tak tega dengan diskriminasi dan bullying yang dialami anaknya itu.

"Besok ajak teman-temanmu ke rumah. Ayah akan buatkan kaki dan tangan yang bagus agar bisa bermain bola!"

Pinokio ingin bertanya, tapi urung karena Ayahnya kembali sibuk dengan boneka-boneka kayunya.

***

"Ayah, Pino mau main dulu sama teman-teman! Ayo Guys!"

Geppeto melambaikan tangan pada Pinokio dan teman-temannya. Suara langkah kaki mereka kini seirama. Setelah membuat boneka kayu, boneka manusia kayu sepertinya ide yang luar biasa. Pikir Geppeto sambil membersihkan gergaji dan tangan kaki yang berlumur darah.

***

Notes:
Saya buat dekontruksi dongeng lagi. Kadang, orangtua melakukan apa pun agar anaknya bahagia seperti menuruti segala hal yang diinginkan anak. Warning buat saya sendiri sih agar nanti menjadi orangtua yang bijak.

Prompt #84 - Si Pembuat Boneka

Sumber Gambar: http://dongengadalahcerita.blogspot.in/2015/06/dongeng-pinokio-pinocchio.html

Prompt #83 - Di Dalam Pesawat



Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Kruuukkk....

Kutoleh tempat duduk di sampingku. Laki-laki itu tersenyum. Aku meringis memegang perutku yang lapar.

Pesawat baru lepas landas selama 15 menit. Tapi, perut yang lapar ini tidak bisa kompromi. Andai aku menyempatkan makan sebelum naik pesawat. Andai pesawat yang kutumpangi memberi snack secara gratis.

Kualihkan perhatian untuk melupakan rasa lapar. Kupandang gumpalan awan di langit. Awannya seperti membentuk wajah calon istriku.

Kruuuk....

Jangan lagi!

Kulihat laki-laki di sampingku berdiri. Menengok ke depan dan belakang seperti memastikan sesuatu. Dia mengambil tasnya.

Tiba-tiba pikiran buruk terlintas di otakku. Apa dia akan menyabotase pesawat? Ya Tuhan! Apa ini akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirku naik pesawat?

"Sttt..., jangan berisik!" ucapnya lirih.

Aku merapal doa. Tuhan tolong aku!

Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Ada lemper, tahu bakso, gorengan, air minum juga ada. Dua puluh lima ribu saja!"

***

Terinspirasi dari cerita Mas Huda di sini. Pengalaman pertama terbang ketemu calon istri. Awas lebaran ini ke Jepara e, sama istrinya. Kita kopdar hihi :uhuk.

Prompt #83 - Di Dalam Pesawat

Sumber gambar: http://www.cbc.ca/m/touch/

#FFRabu: Ingat Kamu

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Sambil mengumpat aku membuka pintu kamarku. Ingin rasanya membabat makhluk yang sudah berani mengganggu acara tidur siangku.

"Sia..., eh Nay. Tumben kemari. Ade angin ape?"

Amarahku merosot seketika melihat wajah cantik Nay, anak Ibu Kontrakan.

"Nay inget Abang mulu," katanya malu-malu.

Aku meringis. Ini mah pucuk dicinta ulam pun tiba. Jarang-jarang Nay bisa lugu begini. Biasanya galak setengah mati.

"Abang jadi malu, Nay. Segitu kangennya ya?"

"Nay sebenernye mau bobok siang, eh keinget Abang. Langsung aja Nay ke sini."

"Terharu Abang jadinya. Diinget mulu sama Nay,"

"Iya Nay inget Abang belum bayar kontrakan 3 bulan. Buruan gih bayarnya!"

***

#FFRabu @MondayFF

Euroworld


Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Aku melihat pemandangan di depanku dengan suka cita. Setelah bertriliun abad entah berapa lama melewati penantian dan siksaan, akhirnya ini yang kudapatkan. Euroworld, dunia baru. Dunia dengan keindahan berkali-kali lipat dari bumi.

Aku melihat sungai dengan air susu segar yang mengalir. Bau semerbak kasturi dan wanita-wanita cantik yang bersenda gurau dengan para pria. Aku menundukkan kepala. Apa benar tempatku di sini? Terakhir di bumi usiaku 90 tahun. Mungkihkah aku masuk pada kamar yang salah?

"Hai! Mau ke mana?" aku menghentikan langkah ketika seseorang mencekal tanganku.

"Tempatku bukan di sini," ujarku pelan. Aku menunduk, rasanya pipiku bersemu. Pemuda di depanku mirip sekali dengan mendiang suamiku di bumi.

"Tempatmu di sini, bersamaku. Terima kasih telah menjaga martabatmu, ibadahmu, imanmu dan kesetianmu untukku," katanya.

Aku mendongak mendapati sinar mata yang sama dengan mata suamiku.

"Kamu siapa? Aku ini hanya nenek tua. Tidak kah kau ingin seperti mereka? Berdua bercumbu dengan bidadari cantik?"

Dia tersenyum lalu menarikku ke tepian sungai yang begitu jernih. Dia memanduku duduk di sebuah batu.

"Aku suamimu dan kau istriku."

Pandanganku jatuh pada bayangan di dalam sungai. Seorang pemuda dengan gadis cantik bukan nenek tua di sampingnya.



***

Usia 40 Tahun Tak Perlu Makan, menurut saya ini gila. Bukannya tidak perlu, mungkin mengurangi. Tapi, makan yang ada di buku tersebut makan apa coba? Jangan-jangan tak perlu makan hati, hehe :smile. Jelas saat memasuki usia 40 adalah masa perubahan besar dari segi fisik maupun mental. Mungkin ada tips hebat dari buku Usia 40 Tahun Tidak Perlu Makan.

Oh iya, FF saya di atas mengambil tema MFF Prompt 79 - Welcome to Euroworld, Dunia Baru dan #Cermat @PenerbitMizan - Hari Tua, Hari Bahagia. Saya ingat ada sebuah cerita bahwa di surga nanti hanya ada anak muda. Orang tua tidak ada. Sampai-sampai ada nenek-nenek yang nangis gara-gara Nabi Muhammad bilang bahwa nenek-nenek tidak ada di surga. Bisa baca ceritanya di sini. Semoga kelak kita jadi penghuni surga, amin :smile

Prompt #75 - Wanita Cantik di Matamu

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Brakkk! Kubanting pintu kamar. Duduk di depan meja rias sambil mengamati wajahku. Kenapa mereka selalu mengejekku? Wajahku memang tidak secantik Mirna si Kembang Desa. Bekas bibir sumbingku masih ada. Tapi bukan berarti mereka bisa mengejekku kan?

"Ada apa?" Mas Zidan menghampiriku hati-hati sambil meraba sekelilingnya.

"Kenapa Mas Zidan memilihku? Bukannya si Mirna lebih cantik daripada aku? Dengan kekayaan Mas, harusnya Mas bisa pilih gadis mana pun."

"Bagi Mas, kamu perempuan paling cantik, sungguh!"

"Mas bohong!" kataku terisak.

Mas Zidan meraba wajahku. Dihapusnya air mata yang mengalir di pipiku. Hati-hati Mas Zidan menyentuhkan tangannya di dadaku.

"Mas lebih suka hatinya yang cantik daripada wajahnya. Mas nggak akan pernah lihat wanita lain deh!"

"Gombal!" ujarku sambil tertawa, memukul pelan dadanya.

Ya, Mas Zidan tidak akan pernah melihat wanita lain.

"Mas boleh berbohong, aku akan percaya. Tapi, jangan tinggalin aku," kataku manja.

"Siap Bos! Mas mau wudhu, tolong siapkan Al-Qur'an Braillenya. Kita ngaji sama-sama ya!"

***

Notes:
Pertama kali ikut Prompt lagi :uhuk. Nggak ngetwist. Ya sudahlah :uhuk :hepi :hai.

Prompt #75 MFF

Anak Ibu

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Tarik napas, embuskan. Tarik lagi, embus! Aaaa!!! Kenapa suaraku aneh? Kuraba leherku. Apa ada radang ya? Bisa gawat kalau begini. Besok aku lomba menyanyi. Kalau suaraku tidak kembali, bagaimana aku bisa menang?

"Hei, ada apa, Sayang? Ibu kaget denger teriakan kamu," Ibu melongok membuka pintu kamarku.

"Suara Dani aneh, Bu. Padahal besok Dani ada lomba nyanyi," jelasku.

Ibu menghampiri dan duduk di sebelahku. Ranjangku berdecit, sedikit protes dengan beban tubuh kami.

"Coba buka mulutnya!" Kubuka mulut, Ibu memeriksanya.

"Tidak ada yang aneh. Badan kamu juga tidak panas," kata Ibu seraya menyentuh dahi dan leherku. Lalu aku kenapa?

"Astaga! Jangan-jangan kamu mulai puber! Kenapa Ibu sampai tidak sadar dengan perubahan kamu? Maaf kan Ibu ya!" Aku mengangguk sementara Ibu mengelus kepalaku.

Ibu menjelaskan ketika anak laki-laki memasuki usia akhir SD mereka mengalami puber. Ibu bilang itu semacam peralihan dari anak-anak ke remaja. Suaraku yang sedikit serak itu salah satu ciri puber. Aku mengangguk sekenanya.

Harusnya saat ini Ayah yang mendampingiku. Akan jauh lebih mudah melihat langsung perubahan nyata seorang laki-laki. Saat aku bertanya tentang Ayah, Ibu menunduk sedih. Tak ada penjelasan. Ibu tersenyum lalu pergi.

Pernah aku melihat Ibu menangis diam-diam di kamarnya. Ketika aku mengintip, terlihat Ibu memegangi selembar foto. Wanita berkebaya putih berjarik coklat yang sedang tersenyum.

Ketika melihatku, Ibu menyembunyikan foto itu. Aku berlari ke arahnya. Tangannya dengan sigap mendekapku. Wajahku bersembunyi di dada datarnya yang naik turun menahan isakan. Aku mendongak, tanganku terulur mengahapus air mata yang ada di pipinya turun ke leher dengan sedikit tonjolan di tengah. Tidak peduli siapa Ayahku, aku tetap anak Ibu.

***

Notes:
Lewat fiksi saya jadi anak-anak, cowok lagi!!! Eh, dah sering ding jadi 'aku' cowok :wek :uhuk :hai

“Flashfiction ini diikutsertakan dalam Tantangan Menulis FlashFiction – Tentang Kita Blog Tour”

#FFRabu - Perempuan Berlipstik Merah

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

***

Kubanting keranjang cucian. Baju-baju kotor berhamburan. Seragam sekolah anak, daster, celana dan kemeja putih suamiku dengan bekas lipstik warna merah di ujung kerahnya.

Ini bukan kali pertama aku menemukan noda lipstik di bajunya. Aku bersabar, mungkin itu lipstikku. Tapi noda kali ini dari baunya saja aku yakin itu lipstik mahal.

Bagaimana aku tidak tambah penasaran kalau hampir setiap hari dia pulang pagi? Ya walaupun uang belanja yang dia beri sekarang bertambah.

"Bu, lihat deh! Fotonya cantik ya?"

Kuhampiri Angga yang membuka tas Ayahnya. Itu pasti foto selingkuhannya.

Kulihat gambar lelaki tambun dengan perempuan berlipstik merah bergelayut manja. Gila! Suamiku waria!

***

#FFRabu @mondayff

Di Balik Poster MFF Idol 2

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

MMF Idol telah memasuki season 2. Dalam perhelatan kali ini saya tidak ikut. Kenapa? Lagi hiatus ngefiksi saja, waktu itu :uhuk.

MFF Idol 2 ini sistemnya rangking. Ada kelas dengan guru-guru yang berbeda. Yang jelas, dibanding season 1, season 2 lebih susah dan lumayan menguras otak dengan berbagai macam pelajaran.

Peran saya di MFF Idol 2 ini cuma sebagai penggembira. Sukanya komen gaje waktu show dan juga ngevote untuk menyelamatkan The Flasher.

Seperti di season pertama, season kali ini saya juga membuat poster. Sayang cuma dua poster, satu poster The Flasher dan satu lagi poster Grand Final.

Saya sangat berterima kasih pada Allah dan juga Luluk yang meminjamkan laptop untuk ngedit :uhuk. Terus terang saya lumayan bekerja ekstra karena ngeditnya tanpa mouse.

Saya pikir, saya tidak akan bisa mengedit tanpa mouse. Ternyata apa yang dipikir tidak sejalan dengan kenyataan. Saya bisa :uhuk. Meski tertatih, sehari saya bisa mengerjakan satu poster. Bukan 24 jam full, kan saya nyambi ini itu. Bisa dibilang 4-5 jam lah.

 


Intinya, selamat buat yang jadi juara kelas. Yang belum juara, kalian harus tetap berkarya. Hanya poster itu yang bisa saya berikan. Semoga kalian terus terkenang.

Jangan bilang tidak bisa. Cobalah dan kamu akan menemukan jawabannya :smile :hai.