Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Beda Keyakinan

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Aku melirik jam tanganku. Setengah jam lagi pesawatku berangkat. Tapi, Mia masih saja menyandarkan kepalanya di bahuku. Dia menangis, habis putus. Padahal sudah satu bulan yang lalu. Dia rela mengejarku hanya untuk curhat. Menyebalkan! Takkah kau lihat aku, Mia?


"Mi, nangisnya sudah apa belum?"


Mia menatapku dan menyandarkan kepalanya lagi dibahuku.


"Aku baru nangis, belum juga ngomong banyak." omelnya.

"Ceritanya ntar kalau aku pulang dari Australia. Aku udah mau berangkat."

"Kamu itu nggak peka ya, Fan. Aku itu baru putus dan kamu malah kabur. Kamu nggak mau lagi jadi sahabatku?"


Aku udah bosen jadi sahabat kamu Mia. Aku cinta kamu, tapi kamu tidak.


"Bukan begitu, Mi. Aku butuh observasi kampusku. Aku nggak mau ribet kalau sudah kuliah nanti."

"Kalau males ribet, kuliah di sini kan bisa. Kita bisa bareng terus."


Kita bareng tapi kamu jalan sama orang lain. Kapan aku move onnya, Mia?


"Nggak selamanya kita bersama, Mi. Kita punya kehidupan masing-masing. Aku punya mimpi, kamu juga."

"Sekali ini dengerin semua yang aku omongin!"

"Dewasalah, Mia! Aku mau berangkat!"

"Kau pikir, meninggalkanku disaat seperti ini adalah tindakan dewasa? Masalahku terlalu complicated, Fan. Aku butuh kamu untuk menyelesaikannya."

"Yang kamu butuhkan itu Reno, bukan aku. Sini HPmu biar aku telfon si Reno berengsek itu!"

"Dia mau terbang ke Kanada."

"Dia mau terbang dan kamu tidak mengejarnya?"

"Buat apa? Kita sudah putus!"

"Kenapa masih nangis? Kamu itu sudah sering mutusin cowok, lha ini putus sama Reno sampai galau. Kamu cinta mati sama dia?"

"Masalahnya, dia yang mutusin aku!"

"Dia? Kenapa?"

"Kita beda keyakinan. Biasanya semua cowok selalu satu keyakinan sama aku, tapi sekarang lain."

"Keyakinan itu hak asasi setiap orang. Dalam hubungan percintaan, banyak kok yang berbeda keyakinan tapi tetap bertahan. Tapi lebih baik kita cari yang satu keyakinan sama kita."

"Setelah aku pikir, aku mulai percaya dengan keyakinan Reno. Aku mengikuti keyakinan dia."

"Apa? Kamu pindah keyakinan? Demi Reno? Aku tahu itu hak kamu, tapi langkahmu terlalu mengerikan!"

"Keyakinan Reno tidak seekstrim itu, Refan. Kak Doni juga percaya dengan keyakinan Reno."

"Tunggu, Kak Doni juga? Kalau kalian sudah satu keyakinan, bukannya itu akan mempermudah semuanya? Kamu sama Reno bisa bersama."

"Masalahnya, aku juga perlu tahu apa keyakinanku sama dengan keyakinanmu."

"Kau tahu apa keyakinanku, Mia. Sejak kecil kita selalu beribadah bersama," aku menunduk, terlalu berat. Aku tidak mungkin bersama Mia kalau kita berbeda keyakinan.

"aku pasti akan merindukan saat kita beribadah bersama." sambungku kemudian.

"Kamu ngomong apa sih, Fan? Bukan keyakinan yang itu."

"Keyakinan yang mana lagi? Aku cuma punya satu keyakinan dan kamu tahu itu."

"Reno yakin bahwa kamu itu cinta aku dan aku juga sebaliknya. Awalnya kami beda keyakinan. Tapi setelah Reno mutusin aku, kurasa, aku nggak bisa jauh dari kamu, Fan." 

Aku melongo, terbengong sendiri dengan kata-kata Mia.

"Jadi, apa keyakinan kita sama? Aku bela-belain ngejar kamu sampai bandara ini."

"Kamu nembak aku?"

"Aku nanya bukan nembak. Lagian Kak Doni nggak mungkin minjamin pistolnya ke aku."

"Keyakinan kamu nggak salah, aku juga."

"Oh ya udah.  Sekarang kamu bisa pergi ke Autralia."

"Terlambat. Aku mau di sini sama kamu."

http://fengxiao08.blogspot.com/2013/04/amnesia-later-kent-route.html

Prompt #43: Detak Cinta

Bismillaahirrahmaanirrahiim....


***

Aku memandang Fahri yang mulai berjalan menjauh meninggalkanku. Aku meratap, menangis, kecewa. Dia bilang, dia mencintaiku, memujaku. Tapi kini mengapa dia tega meninggalkanku? Terlebih dengan seorang lelaki yang tersenyum lebar, memelukku dengan erat dan sama sekali tidak aku kenali. Dasar manusia tidak berperasaan!


Aku masih ingat saat pertama kali Fahri menemukanku. Dia terpesona dan langsung mengambilku. Dia memberi perhatian lebih daripada yang lain. Aku terbuai dengan caranya mempertahankanku, menjagaku di kotak kaca. Tapi kini apa? Semua tak ada lagi. Fahri membuangku.


***


Pesta meriah, lampu benderang, rumah ini masih sama meski sudah dua tahun aku terbuang. Aku melihat Fahri berdiri tegak dengan seorang perempuan manis menggamit lengannya. Dia terlihat bahagia, sangat bahagia. Setelah sekian lama, kukira aku merindukannya. Merindu caranya mencintaiku, memujaku. Tapi aku sadar, laki-laki yang tangannya sedang kulingkari ini, dia memberikan cinta yang berbeda.


"Ramon! Long time no see, kau kelihatan lebih bersinar!" goda Fahri

"Kau tahu apa yang membuatku lebih bersinar." balas Ramon sambil melirikku. Aku tersipu malu.

"Ramon, ini Diana istriku. Terakhir kita bertemu, aku belum sempat memperkenalkamu padanya."

Ramon dan Diana saling berjabat tangan dan tersenyum. Sekilas Diana sedikit kaget saat melihatku.

Ramon berpamitan untuk menikmati pesta sekaligus bertemu teman-teman lamanya. Tidak terlalu jauh dari Fahri dan Diana, secara samar aku mendengar percakapan mereka.

"Kau meberikan Moody pada Ramon?" tanya Diana.

"Iya. Dia terlihat lebih bersinar dan Ramon sangat cocok mengenakannya."

"Tapi bukannya itu favoritmu? Sesuatu yang sangat kamu sukai?"

"Ya tentu saja. Sampai saat ini aku masih menyukainya. Tapi Ramon kelihatan begitu terpesona dengan Moody, aku bisa melihat itu. Kau pernah bilang, jika ada seseorang yang begitu menginginkan kepunyaanmu, maka berikanlah. Yakinlah dia akan jauh lebih sayang dan akan merawatnya dengan lebih baik. Aku melihat itu pada Ramon. Dia merawat Moody dengan baik."

"Kalau ada seseorang yang menginginkanku juga, apa kau akan memberikanku pada orang itu?"

"Oh tidak bisa! Kau istriku sekarang. Aku tidak akan pernah membaginya dengan orang lain."

Diana dan Fahri tertawa. Aku tahu, mereka sedang berbahagia.

Apa yang Fahri katakan tentu saja benar. Sekarang aku lebih bahagia bersama Ramon. Ramon mengajakku ke mana pun dia pergi. Tak peduli apa pun yang terjadi, kita selalu bersama. Tidak seperti Fahri yang memujaku tapi justru memenjarakanku dalam kotak kaca. Tubuhku berdetak bersama nadi Ramon. Kami sama-sama berdetak, saling mencintai.


"Hai Ramon! Wow! Jam tanganmu bagus!" seru seseorang.

Ramon melirikku, tersenyum malu.


MFF



Notes:
Saya baru ingat, bertahun-tahun tidak memiliki jam tangan :uhuk . Biasanya lihat jam d HP :smile .

Prompt 42: Bunga Kertas

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Credit

Aku menatap bunga kertas dari Romeo dengan miris. Perayaan tiga tahun pacaran dan dia hanya memberiku sebuah bunga kertas. Okey tak usah barang mahal, setangkai bunga mawar mungkin itu sudah cukup. Tapi ini bunga mati. Mungkinkah dia ingin berpisah?


Bintang tak bersinar, hujan terlalu kuat, dingin, sedingin perasaanku.


Oh baby I'll take you to the sky
Forever you and I, you and I


Lagu Petra dari HPku sedikit membuyarkan kesedihanku. Romeo....


"Karin..., kamu di mana?"

"Di rumah. Kenapa?"

"Kamu belum baca pesanku?"

"Pesan apa? Seharian kamu nggak ada kabar, sekarang nelfon nanyain pesan. Tiga tahun Rom, dan kamu cuma ngasih bunga kertas. Mungkin aku terlalu berharap kita bisa terus bersama. Aku tahu kamu cuek, tapi ini sudah keterlaluan. Romeo, kamu dengar aku?"


Hening, tak ada jawaban. Kutatap HPku. Good!!! Telfon terputus. Kuremas bunga kertas dari Romeo. Air mataku menetes, bodohnya. Kurobek kertas itu dengan kasar menjadi beberapa bagian. Aku menatapnya dengan sedih. Mungkin ini sudah berakhir.


Robekan kertas itu terasa aneh. Kuambil dan kutata bagian demi bagian menjadi kertas utuh. Great!!! Ada gambar logo Kafe Elang, cafe terbuka seperti taman tempat pertama kali aku dan Romeo bertemu.


Kutembus hujan menuju Kafe Elang. Aku terengah, kafe terlihat sepi.


Aku masuk ke dalam kafe. Kuhampiri Romeo yang menunduk dengan pakaian yang sudah basah.


"Maaf."

"Karin. Aku pikir kamu tidak datang."

"Itu salahmu. Kenapa nulis pesannya di bunga kertas, aku pikir...,"

Romeo memelukku sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

"Maaf, aku pikir itu romantis. Tapi ternyata aku bodoh. Happy anniversary." katannya.

Aku menatap Romeo dengan senyum malu-malu. Wajah kami berdekatan kemudian bersin bersamaan.


MFF


Notes:
Nggak ngetwist lalala :uhuk . Sudah semenggu lebih aku bersin-bersin *CurCol :uhuk .