Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Andong Peak, Menanti Hari untuk Kembali

Bismillaahirrahmaanirrahiim....



Waduh, judul saya kok gitu amat ya. Kaya nungguin jodoh yang semoga segera putus dengan pacarnya yang sekarang, jadi dia bisa kembali ke saya. #Eh.


Tepat dua bulan yang lalu, 21 Mei 2016 akhirnya untuk pertama kalinya saya naik gunung. Waktu ke Muria, Mendaki Cantik, Religi Asyik memang gunung juga. Tapi kan tuh gunung bisa di tempuh naik motor. Kalau gunung yang ini, saya beneran hiking. Jadi sudah resmi saya muncak, ciye!!!

Gunung Andong dengan ketinggian 1726 Mdpl terletak di Magelang, Jawa Tengah. Untuk mencapai puncaknya, banyak basecamp yang bisa kita pilih. Suka-suka aja sih.


Kemarin, si Kakak ngomong kalau kita berangkat bersepuluh. Setelah aksi tunggu menunggu di jalan akhinya ada sembilan orang yang ikut. Delapan cowok dan satu cewek yaitu saya sendiri. Karena sebelumnya saya sudah nyewa tenda dari Mbak @SitaRinjani, jadi ya nggak hawatir soal tidurnya gimana.

Kita berangkatnya konvoi dengan lima motor lewat Semarang. Waktu Dzuhur, di daerah Ambarawa kita berhenti untuk solat dan ya berdoa semoga semua lancar. Setelah itu kita langsung lanjut perjalanan.

Kakak dan teman-temannya sudah lumayan sering naik gunung. Untuk ukuran 1726 Mdpl bagi mereka mah kecil. Sayang, sama seperti saya, Andong juga baru pertama kali mereka kunjungi. Dan apa yang terjadi?

Kita liat GPS buat cari Pokemon basecamp terdekat. Karena sungguh saya buta jalan dan nggak terlalu mengingat nama daerahnya, saya cuma tau basecamp Kudusan. Tapi kemudian putar balik karena baru lewat jalannya sudah licin.

Jalan lagi entah berapa kilo, muter, ada juga basecamp Gogik. Kalau dilihat sih banyak yang bawa tas gedhe buat naik gunung. Tapi temen si Kakak ngobrol kalau basecamp Sawit lebih cepet.

Untuk ke Sawitnya ini kita nanya warga. Katanya lurus, lewat gang A, deket. Nggak taunya horor, wahahaa. Jalannya terjun, licin, deg-degan banget saya kaya mau ditembak. Belum juga sampai dan hujan pun turun. Duh bener-bener romantis, hihihi. Akhirnya kami sampai juga di Basecamp Taruna Jaya Giri Sawit sekitar setengah tiga sore dan masih hujan juga.

Kami istirahat, makan siang yang telat sambil ngobrol-ngobrol. Karena mau masuk Ashar, kita juga solat dulu. Sebelum mendaki, kita laporan, daftar ambil tiket. Jangan sampai jadi pendaki ilegal ya. Setengah lima sore, yuk kita mulai jalan.


Di awal, jalan untuk mendaki baru diperbaiki. Agak becek habis hujan, tapi kita kudu hepi. Saya jalan di depan, biar semangat.

Butuh napas buatan 😂😂😂
Kata orang, jalan ke Gunung Andong itu mudah karena sudah dibuat seperti tangga. Tapi bagi saya yang sebenarnya nggak suka tangga, jalan yang mudah ini terlihat sulit. Habis gimana? Satu tangga sama dengan dua langkah. Ini boros banget karena kaki saya yang mini. Saya lebih suka jalan model batu atau yang langsung tanpa ada tangga.

Ketika jalan, kita akan menemukan pohon-pohon pinus. Hawa gunung dan ditambah badan basah karena hujan, bikin errr dingin. Yang saya rasakan waktu naik itu, ngos-ngosan, kepala puyeng kaya darahnya naik ke otak.


Haus? Iya dan saya ngabisin satu botol Miz*n, hahah. Sebelumnya di grup Arisan ada yang nyaranin ngemil gula merah. Iya saya sudah bawa, baru ngemut sepotong kecil ternyata kurang membantu. Mungkin gara-gara saya nggak terlalu suka ngemut manisan kali ya.


Oh iya, di Andong ini ada dua pos. Pertama Pos Gili Cino dan yang kedua Pos Watu Wayang. Sebelum pos ada beberapa batu yang lumayan buat istirahat. Sebelum pos kedua, ada saluran air. Nah pas lewat mata air ini kami mendadak sadar. Ngapain juga bawa dua botol 1L air mentah dari bawah?

Duh! Ada baiknya kalau mau naik gunung itu cek betul-betul peta yang dikasih. Wong ada mata air kok ya susah gendong air mentah, hahaha.

Kondisi pasca hujan membuat banyak kabut bermunculan. Ya emang sudah sore juga dan sayang nggak liat matahari tenggelam karena tertutup awan.

Malam saat ketemu Syfa
Duduk santai istirahat membuat saya disusul oleh beberapa pendaki lain. Yang bikin saya melotot itu ada anak kecil cewek dan dia lincah, semangat saat mendaki. Kyaaa malu banget. Setiap saya berhenti jalan, Kakak selalu nanya gimana kondisi saya dan cuma jawab dengan senyum, hemat napas banget, hahaha.



Akhirnya setelah berjuang, sebelum sampai puncak tepatnya di jalan makam, kita berhenti, nunggu yang lain sampai. Waktu itu Magrib, gelap tapi ya di atas nggak gelap banget. Kenapa? Karena ada warung di sana.

Serius ada warung?

Iya, ada sekitar dua warung. Waktu di pos pertama sempat ketemu Mbak yang jualan. Dia gendong air botolan dan masih bawa baskon gedhe yang katanya gorengan. Strong banget nggak sih?! Nggak sekalian ini dibuatin minimarket? Pasti laris #Eh.

Setelah semua berkumpul, kami pun naik ke Puncak Jiwa, dekat warung itu. Daerahnya luas dan kita memilih mendirikan tenda disitu. Sebelum membuat tenda, saya solat dulu seadanya sambil menikmati semilir angin malam.


Tap-tap tenda di dirikan dan mulai bebenah barang bawaan. Enaknya di Andong, sinyal 4G lancar jaya. Lihat langit malam, kerlip lampu, sambil update status. Nikmat Tuhan mana yang harus didustakan coba?

Di gunung, alhamdulillah saya nggak terlalu lapar. Nyemil juga nggak terlalu, minum dikit tapi tetep nggak bisa nahan buat pipis. Sebelumnya sudah wanti-wanti banget tentang ini. Jadi ya nyari semak buat buang hajat kecil.

Namanya suasana gunung ya dingin. Kita juga butuh kehangatan dan akhirnya buat teh, kopi dan juga mie. Dinikmati, selonjoran kaki, maunya bisa bobok buat balikin energi yang pergi. Sampai jumpa esok hari!!!

Kenyataannya....

Jam sebelas malam banyak pendaki yang datang entah dari mana. Parahnya mereka berisik setengah mati. Kaki saya pegel banget, berisik, mau main HP sinyal ketika itu ilang, mau bobok nggak bisa karena mereka pas di belakang tenda. Duh Gusti!

Ada beberapa yang nyanyi sambil gitaran. Oke lah ini suara masih bisa diterima kuping. Tapi satu orang cewek berisik dan ngomong bukan hal yang bermanfaat itu pengen banget marahin. Saya pikir dia itu norak dan nggak tau tenggang rasa. Semalaman saya terjaga, berdoa semoga rasa kantuk tiba.

Sejam lebih setelah tertidur, setengah lima pagi saya bangun. Tempat yang tadinya kosong sudah berisi tenda-tenda baru dan penuh sekali. Langit mendung, berkabut. Saya bertanya-tanya, kapan kita ke Andong Peak dan lihat sunrise?

Ibadah seadanya lagi, keluar tenda dan tanda-tanda kabut menyingkir sama sekali nggak ada. Teman kakak yang sudah bangun pun kembali ke tenda karena cuaca memang kurang mendukung untuk berburu sunrise.

Daripada berdiam diri sementara Kerajaan Langit belum berhasil ditemui, jalan-jalan jadi solusi. Kami dolan ke tenda lain, Syfa adik kecil yang semangat saat mendaki. Dia, Kakak dan gengnya berangkat sendiri tanpa ada orangtua. Ada juga anak-anak pencak silat entah dari perguruan mana. Banyak anak seusia SD, ada juga batita bersama ayahnya. Tak lupa tengok Mbak Berisik yang bikin onar nusantara.


Komen dari teman si Kakak, "Kirain cantik, ternyata,". Hihihi, semua orang ngaku bahwa mereka sangat terganggu dengan suara si Mbak itu. Semoga diwaktu lain si Mbaknya sadar, bahwa di alam, bukan hanya milik dia dan sebaiknya bersuara secukupnya.

Kerajaan Langit gagal, Sunrise juga, tapi tujuan ke gunung itu menikmati proses pendakian dan juga puncaknya. Kami pun bergegas untuk jalan ke puncak. Tidak terlalu jauh dan masih banyak tenda yang kita temui sepanjang jalan.


Aciye..., sampai juga di Andong Peak. Numpang poto dulu buat kenang-kenangan. Kita juga jalan ke Puncak Alap-alap. Sebelumnya kita akan lewat Jembatan Setan, jalannya menurun, agak horor karena kabut bener-bener tebel. Di puncak itu juga banyak tenda-tenda.

Syfa, SD kelas 1
Selain sama teman Kakak, kita juga jalan bareng 2 temen Kakaknya Syfa. Waktu mau balik ke tenda, saya ketemu temen sekolah juga. Si Kakak ketemu teman main yang merupakan Kakak Kelas saya dulu.



Sekitar pukul sembilan pagi kami bersiap untuk pulang. Beresin tenda, barang bawaan, dan tak lupa bawa pulang semua sampah yang kami miliki.

Ketika pulang, waktu yang kami tempuh lebih pendek. Saat naik kepala puyeng, turunnya kaki gemetar, hihihi. Tapi kabutnya perlahan menipis dan kami bisa lihat suasana sekitar. Pinus, hutan, dan sawah-sawah dengan beberapa jenis sayuran.



Sampai bawah, saya sempat ngobrol dengan Ibu-ibu yang panen Kubis Kol dan Sawi Putih. Niatnya mau beli tapi malah dikasih. Terima kasih banyak, Ibu....


Balik ke basecamp, duduk santai benerin badan, alhamdulillah sudah bisa mendaki gunung.... Cape sih, tapi saya masih mau muncak lagi dengan catatan ada yang mengawasi, entah si Kakak atau kamu teman hidupku, muihihi. Ya kan nggak mungkin juga saya pergi sendirian.


Jadi cewek sendiri diantara delapan cowok itu beneran asyik. Naik turun saya cuma bawa tas kecil. Beban berat semua cowok yang bawa. Waktu masak mereka yang buatin. Pokoknya dijagain banget. Berasa jadi putri sehari, wahaha. Seneng bisa satu team sama mereka semua.


Andong Peak, Menanti Hari untuk Kembali, iya saya berdoa supaya bisa balik lagi. Masih pengen liat pagi tanpa kabut. Sekarang ini, saya lagi baik-baikin si Kakak biar mau ngajak saya muncak lagi. Semoga dia nggak kapok, hahaha.


Sampai jumpa! Doain saya biar bisa ke gunung lagi ya! Happy blogging!

22 comments

Ety Abdoel said...

Serunya bisa naik gunung. Ya, walaupun ada yg menganggu kesyahduan malamnya.
Btw itu Syfa hebat sekali, kecil-kecil dah kuat naik gunung.

Akhmad Muhaimin Azzet said...

Waaah... mantaps tuh Syfa, bikin semangat yang lain :)
Kedua, sinyal 4G yang lancar jaya itu lho... josss.

Khoirur Rohmah said...

uwoh... ceritanya...
Beneran jadi gadis tercantik nih mbak Jiah di antara 9 widodara :D

btw, pemandangan di atas langit sewaktu malam ato berkabut, cantik mba :D

Jiah Al Jafara said...

Hihi, iya asyik....

Syfa strong

Jiah Al Jafara said...

Iya Pak, jd bs update hehe

Ira duniabiza said...

Wihh enak ya mba Jiah medaki bareng kakak. Punya privat bodyguard. Oya jatang2 ya ada yg jualan di atas nih pedagang jiwa enterpreneurnya kece deh.. hihi.. salam buat yg baju putih2 ya mba..

Jiah Al Jafara said...

8 Rohma....

Iya cantik bgt

Kang Nurul Iman said...

Seru sekali mbak perjalanannya, jadi kangen mendaki lagi nih soalnya semenjak saya tidak aktif lagi di forum pencinta alami jadi jarang mendaki lagi.

dWi (nining) said...

Si mbak yang bikin onar nusantara nggak ada fotonya ya, hahaha ceritanya lucu baaget. Bener2 enak kalo ngedaki bak putri raja gini hehe :D

Jiah Al Jafara said...

Iya, smangat banget dagangnya

Jiah Al Jafara said...

Dl saya bkn pecinta alam dan ni pertama kali muncak

Jiah Al Jafara said...

Enak bgt, hahai

Ada fotonya, tp gak tak upload, hehew

ratna dewi said...

Wiiihh seruuu, aku mupeng liat sayurannya seger-seger banget. Trus ibunya baik malah dikasih. Kalo ke tempat kayak gitu jadi pengen borong sayurnya.

Nchie Hanie said...

hmmm...bikiin mupeeeng..
ikotan atuh akuu, pengen berkelana ke alam lagih ..

cuci mata jiaaah...

Akarui Cha said...

Aamiin, semoga bisa segera muncak lagi ya Jiah.

Nurul Fitri Fatkhani said...

Memang seru ya...apalagi kalau udah sampe puncak. Legaa, dan pasti pemandangannya bisa mengobati capek dan lelah. Saya juga gak suka dengan tangga, lebih baik jalan biasa yang mendaki. Kalau naik tangga, kaki berasa cepat gempor hi hi hi.
Sayang sekali ya...kerajaan langitnya gak muncul. Mungkin lai kali bisa muncul. Happy hiking yaah...eh, happy blogging juga, dong :)

Johanes Anggoro said...

Seru cerita pendakiannya :)
Btw kalo di alam mah ga usah musingin sinyal, sesekali bebas dr gadget dan menikmati alam itu nikmatNya banget :D

momtraveler said...

ih jiah ki ... mingin2i deh
entah kapan bisa kembali merasakan keseruan ini :(

Rusydinat said...

seruuu amaat :D
udah lama gak gak touring begini XD

Hidayah Sulistyowati said...

Jiaaah, aku kangen mendaki gunung. Tapi kakiku udah lumuten, hihiii

Salam buat yang ada di sisimu ya, ehm

Susindra said...

Aku sebell kalo baca kisah ke Andong. Gak diajak! Huh...

Indra3H said...

Ayo mendaki gunung lagi, Ji. Ikut ga? tanggal 7 Agustus.