Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Cerita Vaksinasi COVID-19 Untuk Anak Usia 6-12 Tahun

"Nduk, jadwal vaksinnya hari Sabtu. Nanti Mbak antar ya?"
"Enggak mau. Nanti sama Bu Guru saja!"

Saya ditolak! Aduh, sakitnya perasaan saya, hwa! Eh, enggak sampai segitunya sih, hahaha.

Ketika vaksinasi Covid mulai diadakan untuk umum, saya termasuk yang antusias untuk mengikutinya. Terbukti saya sudah mendapatkan dosis kedua di bulan Agustus 2021. Jadi bulan ini sebenarnya sudah bisa mendapatkan vaksin booster. Namun bukan itu yang ingin saya ceritakan melainkan Cerita Vaksinasi COVID-19 Untuk Anak Usia 6-12 Tahun.

vaksinasi covid-19 untuk anak usia 6-12 tahun

Dulu ketika selesai vaksin, saya sudah ngobrol sama Keponakan soal kemungkinan vaksin Anak. Awalnya takut-takut, tapi setelah sekian lama pandemi, dia mulai santai seperti cerita saat Lomba Untuk Sekolah.

Sabtu 15 Januari, Keponakan ngasih formulir untuk diisi. Kok saya bukan Ibunya? Lha setiap anggota Keluarga yang ikut vaksin, saya yang isiin. Beginilah risiko punya tulisan tangan agak bagus, ckckck. Selain formulir pertanyaan umum sebelum vaksinasi, satu lagi adalah surat pernyataan Orang Tua yang mengizinkan anaknya untuk disuntik. Setelah itu, 17 Januari dikumpulkan.

Setelah menunggu, akhirnya vaksinasi dijadwalkan di sekolah pada hari Sabtu 22 Januari 2022 mulai pukul 08.45 untuk Kelas 4. Katanya boleh ditunggui Orang Tua. Jika tidak, nanti ditemani Wali Kelasnya. Setelah saya mengemis-ngemis, akhirnya Keponakan mau untuk ditemani dengan syarat saya berada di gerbang.

Apakah saya betulan ada di gerbang?

Ya tentu saja tidak. Hari gerimis cantik. Jadi saya putuskan untuk duduk di depan kelas Keponakan. Beberapa Wali Murid dari berbagai kelas terlihat datang. Untuk anak-anak yang sudah vaksin dan observasi, mereka diizinkan pulang.


Kelas 4 belum mendapatkan giliran. Mereka masih menunggu dan main-main hingga Wali Kelasnya datang. Anak-anak masuk ke tempat vaksinasi sesuai kelompoknya. Keponakan sendiri ada di kelompok 2.

Keponakan terlihat cukup santai dan ceria bahkan antusias. Dari rumah juga sudah sarapan. Jadi prakiraan saya saat berangkat pukul 08.30, nanti bisa pulang pukul 09.30 atau bahkan kurang. Dulu saja saya cuma setengah jam.

Plot Twist Vaksinasi COVID-19 Untuk Anak, Ekspektasi Tak Sesuai Realita


Setelah disuntik, anak-anak terlihat membagikan cerita pengalamannya. Keponakan sendiri memberikan kode OK pada saya. Artinya dia baik-baik saja dan semua lancar. Saya pun memintanya untuk foto sebagai kenang-kenangan dan berjanji tidak membagikannya di sosial media. Soalnya gara-gara sering dikontenin, dia jadi marah. Apa kabar kalau dia tahu kisahnya saya tulis di blog? Hahaha, duh!

Balik lagi ke cerita. Setelah suntik, anak-anak diminta untuk menunggu dulu selama 15 menitan. Saat masa ini, Wali Kelasnya mengajak untuk foto bersama. Lagi-lagi sesuai kelompok.

Tiba giliran Kelompok 2, anak-anak sudah bersiap. Baru beberapa kali foto, posternya copot. Pindah ke bagian satunya. Saya cuma melihat dari jauh demi kenyamanan Keponakan sampai ada yang berteriak,

"Tolong, ada yang pingsan! Ah itu berdarah!"

Langsung semua panik, berlarian, tapi juga memberikan jarak untuk penanganan. Saya bertanya-tanya kenapa, tapi masih berusaha untuk berpikir positif. Saya duduk menunggu Keponakan sampai salah satu Temannya memberi tahu bahwa Keponakan dibawa ke kantor.

Apakah yang pingsan itu Keponakan?

 

vaksinasi covid-19 anak 6-12 tahun

Bukan sih, itu anak lain dari kelas 5. Keponakan ikut ke kantor karena pusing. Saya langsung menyusul ke kantor juga untuk melihat kondisinya. Terlihat wajahnya pucat dan keringat mengucur. Guru dan dokter juga ada di sana untuk penanganan.

Sebenarnya saya yakin jika Keponakan itu secara fisik dan daya tahan tubuhnya mampu menerima vaksin COVID-19 ini. Dia termasuk anak yang tuntas imunisasi, ikut posyandu saja full sampai 5 tahun. Jadi secara kesehatan terjamin.

Masalahnya mungkin di mentalnya. Seberani-beraninya orang, pasti ada rasa cemas, deg-degan juga. Waktu saya tanya, dia bilang takut dan menahan itu. Jadi kemungkinan berpengaruh ke perut sehingga jadi pucat dan berkeringat. Kasus ini hampir sama seperti saat dia ikut perjalanan pakai mobil dan ingin muntah.

Dokter mengecek badannya dan memang tidak panas. Cuma masih agak pucat. Jadi dia serta satu anak yang pingsan dan mulai sadar diberikan obat juga oksigen. Mereka dikasih makan dan minum agar kondisi kembali pulih.

Sebenarnya Anak yang Pingsan itu kemungkinan kasusnya sama seperti Keponakan yang panik. Darah yang diributkan sendiri adalah bekas suntikan dan bukan sesuatu yang serius. Intinya sih Keponakan sama anak tersebut baik-baik saja. Saya pun membawanya pulang dengan bekal 2 butir paracetamol.

Sesampainya di rumah, saya memberi tahu Ibunya soal kejadian tersebut. Saya berusaha meyakinkan Keponakan bahwa hal itu bukan masalah besar dan bisa terjadi dengan siapa saja. Saya berpesan sama dia untuk mengungkapkan rasa takut, khawatir dan tidak menahannya. Seharian itu saya minta Keponakan untuk di rumah, tidak dulu sekolah Diniyyah atau ngaji. Demi kesehatan fisik dan terutama mentalnya.

vaksinasi-covid-19-anak-6-12
Keponakan, Perempuan berkerudung dan paling kecil

Sampai hari ini, Keponakan tidak mengalami KIPI yang parah. Dia hanya mengeluh soal lengannya yang pegal. Dia tidak lapar atau mengantuk berlebihan. Semua baik-baik saja. Btw, dia menerima vaksin Sinovac dengan jadwal dosis keduanya di 19 Febuari 2022 nanti.

Begitulah Cerita Vaksinasi COVID-19 Untuk Anak Usia 6-12 Tahun di mana Keponakan mengikutinya. Kalau tidak ada plot twist, paling saya hanya akan update di Instagram. Sekarang malah jadi satu postingan blog, hahaha.

Bagaimana cerita vaksinasi anak di keluarga Kalian? Apa ada cerita lucu seperti kisah Keponakan saya? Coba share di kolom komentar ya! Sampai jumpa. Happy blogging!

28 comments

dey said...

Rasa panik memang bisa mempengaruhi fisik ya. Semoga vaksin kedua nanti semuanya baik-baik aja. Sehat-sehat semua.

Jiah Al Jafara said...

Amin. Harus benar-benar perhatiin dan ngasih motivasi biar anaknya santai

Anisa AE said...

Nah, sekarang anak yang menjalani PTM terbatas juga sudah divaksin tapi khawatir juga ya kalau mereka mulai ke sekolah. Jadi, harus benar-benar perhatiin dan kasih mereka semangat.

lendyagassi said...

Kejadian unik yaa...
Anakku pun uda paling malas kalau dipajang fotonya, hahha...uda bisa bilang "Tydack, Mama..."

Oke, bhaiqlaa~

Kalau di sekolah anakku, ada anak yang nangis sampai melantai.
Jadi heboh sesekolah, karena kan pas vaksin ada Pak dan Bu Pulici juga..

Alhamdulillahnya,
anak-anakku sudah selesai vaksin. Jadi ga tegang lihat anak yang kosel-kosel di lantai saking panik dan ketakutannya.
Walo ujungnya, kakak nangis...bukan karena sakit di suntik, tapi karena melihat ada yang nangis.

Eaaa~
Super dramatic deh...ni anak.

gustiyeni said...

Alhamdulillah maak kedua anakku lancar jaya kebetulan kami vaksinnya tidak di sekolah tapi mandiri cari informasi.

Anak yang pertama usia 12 tahun pake pfizer dia demam 2 hari.

Anak yg kedua usia 9 tahun sinovac aman2 saja cuma memang mau di cuss bilang bentar2 tarik napas dulu 😁

nurul rahma said...

Iyess, bener2 banyak drama dehh utk vaksin anak2 kicik ini.
kalo anakku karena udah ABG, alhamdulillah, doi malah yg semangat bgt buat vaksin.
Semogaaa kita semua sehaaattt dan pandemi segera bubar jalan grak!

Dwi Puspita said...

Uniknya teman2 sekolah anakku yg masih TK pada berani loh tanpa didampingi ortunya. Malah mereka mengacungkan tangan ingin disuntik duluan. keren banget anak2 itu...

Dzulkhulaifah said...

Alhamdulillah keponakannya sudah vaksin ya, Mbak. Anak saya juga sudah vaksin awal bulan Januari ini, nggak ada KIPI yang berarti juga. Cuma ada temannya yang gak jadi vaksin bareng dia, karena tegang. Sebelum tenaga kesehatan dari Puskesmas datang, anak ini minta ke toilet katanya mules. Lalu saat dokter sudah datang, pas dicek tekanan darahnya tinggi. Akhirnya gak jadi vaksin di hari itu. Kata ibunya, sempat ditakut-takuti sama kakaknya, makanya jadi tegang banget. Huhu.

Katerina said...

Alhamdulillah keponakannya sudah divaksin, dan tidak ada efek berlebihan setelahnya ya. Insha Allah sehat selalu, tinggal menunggu dosis kedua Feb nanti ya. Tantenya keren mendokumentasikan vaksin keponakannya dengan semenarik ini, bakal jadi cerita manis di masa akan datang bila dibaca oleh keponakannya :)

Nanik nara said...

Hmmm... biasanya anak kecil yang merengek-rengek ingin ikut bepergian, ini yang dewasa yang merengek pengen nganter ponakan ke sekolah.

Alhamdulillah ponakan sudah vaksin dan nggak mengalami gejala berarti ya mbak. Semoga sehat terus.

Keke Naima said...

Alhamdulillah sudah divaksin. Semoga sehat selalu.

Udah kebayang sih apa yang akan terjadi kalau sampai ada vaksinasi massal di sekolah. Kalau lagi ada program imunisasi pun suka ada aja cerita dramanya.

Memang sebaiknya masing-masing orangtua paham kondisi anak-anaknya. Kalau anaknya takut jarum suntik, coba minta izin untuk menemani. Kali aja kalau ditemenin orangtua, bisa mengurangi rasa takut.

diane said...

Duh ikut deg-degan kirain yang pingsan sama berdarah karena apa..hehe..Alhadulillah kalau sudah vaksin ya..semoga sehat selalu... Anakku udah vaksin lengkap tapi usianya 12+ Alhamdulillah sehat wal afiat...tanpa KIPI juga

Dewi Rieka said...

heboh banget ya suasana vaksinasi anak SD hehe sampai ada yang pingsan, ada yang drama juga...anakku belum nih dapat giliran vaksin di sekolah karena kami baru pulang dari luar kota pas jadwal vaksinnya...sekarang nunggu jadwal vaksin di puskesmas...

Indah Nuria Savitri said...

aku baru 2 minggu lalu bawa anak gadis kecilku untuk vaksin. Usianya baru 11 jadi udah lumyana lama juga tunggu untuk bisa dapet vaksin ini. Tapi di NZ memang mudah sih dan banyak tempat

Andiyani Achmad said...

wah iya aku belum sempet tulis cerita vaksin covid-19 anakku, alhamdulillah udah selesai dua vaksin dan alhamdulillah dia sehat setelah vaksin, maksudnya gak ada after effect nya gitu

Rach Alida Bahaweres said...

Di sd anakku yang lama, dibuat alur banget saat vaksin (lupa vaksin apa). Jadi bener bener yang belum di vaksin dipisah. DI vaksin sendiri sendiri dan ga ada teman lain. Abis vaksin dikumpulin, dikasih nonton dan dikasih makan. Jadi anak tenang juga. Itu cerita kasian anaknya ya panik ya

Sri Widiyastuti said...

Subhanallah mbak, pengalaman yang unik di tiap sekolah anak SD beda yaa. Memang kondisi mental ini perlu dijaga sebelum dan selama vaksinasi ya agar anak bisa lebih siap menerima vaksinasi.

Lidya Fitrian said...

Wah kalau Jiah dekat rumahnya sama aku, minta tulisin formulir juga deh hehehe.
Persiapan punya anak nanti jadi udah bias aya ngursin keperluan anak-anak nih tantenya.
Alhamdulillah udah bisa vaksin anak ya sekarang. Untungnya di sini memang orangtuanya boleh ngantar sampai masuk waktu divaksin.
Wah sampai ada yang pingsan segala ya vaksinnya, karena takut mungkin ya

Milda Ini said...

Sama kayak anak kedua saya ih, ku katakan sama Athifah. Kalo ia pulang bilang sakit, maka dikasih uang jajan 10k. Tapi kalo bilangnya gak sakit, dikasih uang jajan 20k, hehehe

April Hamsa | Parenting Blogger keluargahamsa.com said...

Alhamdulillah keponakannya udah vaksin dan gak ada KIPI yang berarti ya mbak, insyaAllah sehat sehaaatt :D
Searang katanya emang lg ada hoax kalau vaksin anak tu bahaya, alhamdulillah anak2ku udah 2x vaksin dan gak ada KIPI yg gmn2 juga
Memang persiapan fisik maupun mental saat sebelum vaksin tu penting ya, juga walinya kudu jujur anaknya sehat atau ada kormobid gtu... Sayangnya yaa vaksin anak udah terdengar horor gtu di masyarakat, khususnya yang antivaks :(
Yaaa buat yg percaya vaksin penting kita hanya bisa berikhtiar sebaik mungkin ya.

Dee_Arif said...

Alhamdulillah ya sudah ada vaksin buat anak
Anakku masih antri nih mbak, blm dapat giliran
Semoga bisa segera di vaksin

Helenamantra said...

ikutan panik, mbak. Apalagi pakai ada yang bilang itu berdarah. Hihi ... syukurlah ya ternyata mereka baik-baik saja. Nervous dengan imunisasi ini, wajar. Malah waktu anakku antre imunisasi sinovac, beberapa anak tau-tau demam, tensi rendah sehingga kudu nunggu sampai kondisi stabil sebelum jadi disuntik.

Nia K. Haryanto said...

Alhamdulillah 2 bocah udah divaksin juga. Walopun baru dosis 1. Dan alhamdulillah gak Ada drama atau pun KIPI 😁

Uniek Kaswarganti said...

Wahahaa... boleh juga plot twistnya. Udah pede padahal ya awal mau vaksin, ternyata akhirnya pucat juga dia. Tapi gapapa lah, udah hebat tuh mau divaksin dengan tulus ikhlas. :)

Eri Udiyawati said...

Fisik kuat tapi kalau mental gak kuat, ya gitu. Pasti ngedown, pucat dan bisa pingsan. Apalagi anak-anak, ya.

Anak-anak di sana udah mulai divaksin, ya. Semoga di daerahku segera nih.. anak-anak divaksin.

Akhmad Muhaimin Azzet said...

Alhamdulillaah..., semua dapat tertangani dengan baik ya. Semoga semuanya sehat wal 'afiat ya.... aamiin....

Nova Violita said...

bacanya ikut deg-degan alhamdulilah vaksin lancar n gak ada kipi, semoga sehat terus ya...aamiin

Hana Aina said...

Alhamdulillah, sudah divaksin. Akhirnya, anak-anak pun juga bisa ikutan divaksin. Semoga sehat-sehat semuanya.