Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label Monday Flashfiction. Show all posts
Showing posts with label Monday Flashfiction. Show all posts

Prompt #47: Toki Ni Kesareta

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
***

Kereta berhenti, tapi Una Chan belum terlihat. Aku berjalan dengan frustasi. Mendengar dia pergi dengan Yuki Kun membuat kepalaku pusing. Apalagi Una Chan sengaja kabur sehingga aku sama sekali tidak tahu tempat mana yang akan dia kunjungi. Sial! Una Chan, di mana kau?


Tak pernah seperti ini sebelum Una Chan datang dalam hidupku. Dia, alasan kenapa aku harus bertahan, harus melindunginya. Aku memberikan apapun untuknya. Tak perlu balasan karena aku hanya ingin melihat senyumnya, kebahagiaannya. Itu saja.


Hujan turun digelapnya malam. Una Chan mungkin sudah pulang. Tapi bagaimana jika belum? Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padanya? Bagaimana jika....


"Usui Kun!!!"


Kutatap tubuh mungil yang berdiri beberapa meter dariku. Dia berlari, memeluk tubuhku sehingga payung merah yang dipegangnya terjatuh. Aku masih tak percaya, Una Chan baik-baik saja. Tapi dia menangis. Kenapa?


"Aku takut, kau tidak pulang-pulang." katanya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8BTHMeVGKt-3PQ3M9ptvwohGmeA1ZeBmzixFXpYsj6vLsqO30F1_dZcnKrjDlPBaEADMhntAloznRHuZncym68GFBvApkb6cEuYxwUGjbyRmCKxf5w7WZOCc_EhYZGlPat-bPKayIyU4/s1600/th.jpg
Credit
"Gomen (Maaf). Aku harus menyelesaikan pekerjaan tadi. Kau tahu kan...,"

"Aku tahu." 

 
Kau tak pernah tahu, air matamu menyakitiku. Tapi memelukmu seperti ini membuat semuanya menjadi lebih baik. Seperti oksigen, aku begitu membutuhkanmu. Aku tak tahu bagaimana hidupku tanpa kamu, Una Chan.


Anata o aishiteru koto wa kami mo sude ni shitteiru
Toki ni kesareta
Shinde shimattemo
(Tuhan pun tahu, jikalau aku mencintai dirimu
Tak musnah oleh waktu
Hingga maut datang menjemputku)


"Usui Kun! Mari pulang!"

"Aku tidak suka panggilan itu. Ini bukan kantor."

"Oniichan!" (Kakak)

Kutetap menunggu kamu di lain waktu

Mungkin di kehidupan yang lain, aku bisa menjadi kekasihmu, Una Chan.


***

MFF

Notes:
Woaaa!!! Akhirnya bisa ikut nulis FF nan absurd ini :uhuk . Thanks buat Una Chan yang mau bersusah payah listening lagu Immortal Lovenya Mahadewa versi Yuka TamadaThanks buat Mbak Orin yang mau nerjemahin hasil listeningnya Mbak Una. Maksudnya ngecek artinya sih :uhuk . Aku lagi tergila-gila sama lagu ini :smile .

Prompt #43: Detak Cinta

Bismillaahirrahmaanirrahiim....


***

Aku memandang Fahri yang mulai berjalan menjauh meninggalkanku. Aku meratap, menangis, kecewa. Dia bilang, dia mencintaiku, memujaku. Tapi kini mengapa dia tega meninggalkanku? Terlebih dengan seorang lelaki yang tersenyum lebar, memelukku dengan erat dan sama sekali tidak aku kenali. Dasar manusia tidak berperasaan!


Aku masih ingat saat pertama kali Fahri menemukanku. Dia terpesona dan langsung mengambilku. Dia memberi perhatian lebih daripada yang lain. Aku terbuai dengan caranya mempertahankanku, menjagaku di kotak kaca. Tapi kini apa? Semua tak ada lagi. Fahri membuangku.


***


Pesta meriah, lampu benderang, rumah ini masih sama meski sudah dua tahun aku terbuang. Aku melihat Fahri berdiri tegak dengan seorang perempuan manis menggamit lengannya. Dia terlihat bahagia, sangat bahagia. Setelah sekian lama, kukira aku merindukannya. Merindu caranya mencintaiku, memujaku. Tapi aku sadar, laki-laki yang tangannya sedang kulingkari ini, dia memberikan cinta yang berbeda.


"Ramon! Long time no see, kau kelihatan lebih bersinar!" goda Fahri

"Kau tahu apa yang membuatku lebih bersinar." balas Ramon sambil melirikku. Aku tersipu malu.

"Ramon, ini Diana istriku. Terakhir kita bertemu, aku belum sempat memperkenalkamu padanya."

Ramon dan Diana saling berjabat tangan dan tersenyum. Sekilas Diana sedikit kaget saat melihatku.

Ramon berpamitan untuk menikmati pesta sekaligus bertemu teman-teman lamanya. Tidak terlalu jauh dari Fahri dan Diana, secara samar aku mendengar percakapan mereka.

"Kau meberikan Moody pada Ramon?" tanya Diana.

"Iya. Dia terlihat lebih bersinar dan Ramon sangat cocok mengenakannya."

"Tapi bukannya itu favoritmu? Sesuatu yang sangat kamu sukai?"

"Ya tentu saja. Sampai saat ini aku masih menyukainya. Tapi Ramon kelihatan begitu terpesona dengan Moody, aku bisa melihat itu. Kau pernah bilang, jika ada seseorang yang begitu menginginkan kepunyaanmu, maka berikanlah. Yakinlah dia akan jauh lebih sayang dan akan merawatnya dengan lebih baik. Aku melihat itu pada Ramon. Dia merawat Moody dengan baik."

"Kalau ada seseorang yang menginginkanku juga, apa kau akan memberikanku pada orang itu?"

"Oh tidak bisa! Kau istriku sekarang. Aku tidak akan pernah membaginya dengan orang lain."

Diana dan Fahri tertawa. Aku tahu, mereka sedang berbahagia.

Apa yang Fahri katakan tentu saja benar. Sekarang aku lebih bahagia bersama Ramon. Ramon mengajakku ke mana pun dia pergi. Tak peduli apa pun yang terjadi, kita selalu bersama. Tidak seperti Fahri yang memujaku tapi justru memenjarakanku dalam kotak kaca. Tubuhku berdetak bersama nadi Ramon. Kami sama-sama berdetak, saling mencintai.


"Hai Ramon! Wow! Jam tanganmu bagus!" seru seseorang.

Ramon melirikku, tersenyum malu.


MFF



Notes:
Saya baru ingat, bertahun-tahun tidak memiliki jam tangan :uhuk . Biasanya lihat jam d HP :smile .

Prompt 42: Bunga Kertas

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Credit

Aku menatap bunga kertas dari Romeo dengan miris. Perayaan tiga tahun pacaran dan dia hanya memberiku sebuah bunga kertas. Okey tak usah barang mahal, setangkai bunga mawar mungkin itu sudah cukup. Tapi ini bunga mati. Mungkinkah dia ingin berpisah?


Bintang tak bersinar, hujan terlalu kuat, dingin, sedingin perasaanku.


Oh baby I'll take you to the sky
Forever you and I, you and I


Lagu Petra dari HPku sedikit membuyarkan kesedihanku. Romeo....


"Karin..., kamu di mana?"

"Di rumah. Kenapa?"

"Kamu belum baca pesanku?"

"Pesan apa? Seharian kamu nggak ada kabar, sekarang nelfon nanyain pesan. Tiga tahun Rom, dan kamu cuma ngasih bunga kertas. Mungkin aku terlalu berharap kita bisa terus bersama. Aku tahu kamu cuek, tapi ini sudah keterlaluan. Romeo, kamu dengar aku?"


Hening, tak ada jawaban. Kutatap HPku. Good!!! Telfon terputus. Kuremas bunga kertas dari Romeo. Air mataku menetes, bodohnya. Kurobek kertas itu dengan kasar menjadi beberapa bagian. Aku menatapnya dengan sedih. Mungkin ini sudah berakhir.


Robekan kertas itu terasa aneh. Kuambil dan kutata bagian demi bagian menjadi kertas utuh. Great!!! Ada gambar logo Kafe Elang, cafe terbuka seperti taman tempat pertama kali aku dan Romeo bertemu.


Kutembus hujan menuju Kafe Elang. Aku terengah, kafe terlihat sepi.


Aku masuk ke dalam kafe. Kuhampiri Romeo yang menunduk dengan pakaian yang sudah basah.


"Maaf."

"Karin. Aku pikir kamu tidak datang."

"Itu salahmu. Kenapa nulis pesannya di bunga kertas, aku pikir...,"

Romeo memelukku sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

"Maaf, aku pikir itu romantis. Tapi ternyata aku bodoh. Happy anniversary." katannya.

Aku menatap Romeo dengan senyum malu-malu. Wajah kami berdekatan kemudian bersin bersamaan.


MFF


Notes:
Nggak ngetwist lalala :uhuk . Sudah semenggu lebih aku bersin-bersin *CurCol :uhuk .