Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label Semarang. Show all posts
Showing posts with label Semarang. Show all posts

Kampus Fiksi Semarang 2015

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Menyambung cerita saya di KetikaAnak Kampung pergi ke Kota, tujuan saya ke Semarang waktu itu adalah untuk menghadiri Kampus Fiksi yang diadakan oleh Diva Press @KampusFiksi. Pada pertemuan kemarin, 29 November 2015 kita membahas tulisan non fiksi.
Bagian pertama adalah kuis. Karena saya telat, jadi saya hanya ikut beberapa soal. Setelah itu, dari Mbak Qurotul A’yun @ayunqee memberikan pelajaran tentang self editing. Apa itu?
Self editing adalah membaca ulang keutuhan tulisan dan kelayakan naskah. Alasan kenapa harus mengedit agar memperbesar peluang naskah diterima, memperkecil kesalahan. Saat naskah kita bagus, maka mengeditnya akan semakin teliti.
Landasan mengedit ada 3, yaitu: KBBI, EYD, Selingkung atau aturan lokal yang dibuat penerbit, dan setiap penerbit tidak selalu sama.
Apa sih yang harus diedit?
  •   Isi dengan membaca ulang, validitas, sara, sarkas dan jangan lupa riset.
  • Fokus dengan tema/ judul tulisan, jangan melebar. Di sini lah kita butuh yang namanya kerangka tulisan atau outline.
  • Pola  kalimat (SPOK) dengan menghindari kalimat ambigu agar tidak multi tafsir.


Sistematika penulisan
  •  Naskah sistematis, disajikan runtut. Biasanya menggunakan piramida terbalik.
  •  Jangan mengulang materi.
  •  Pembahasan berbelit dan berulang membuat bosan.
  •  Jika tulisan cukup 200 halaman, jangan diperpanjang menjadi 300 halaman.

Dalam proses editing, kita tidak boleh lupa dengan yang namanya diksi/pilihan kata. Yang perlu kita perhatikan antara lain:
  • Diksi sesuai KBBI. Jangan membuat KBBI tandingan.
  •  Jangan menggunkan diksi yang maknanya bertentangan dengan KBBI. Contoh: Kau acuhkan aku. Padahal arti acuh = peduli.
  •   Jangan bakukan kata berdasarkan asumsi, istilah sendiri. Contoh: Mangkel jadi mangkal.
  •  Jika ada istilah asing, gunakan footnote. Jika ada padanan bahasanya, lebih baik gunakan itu.
  • Penggunaan tanda baca dan kapital berpengaruh pada kalimat. Contoh: “Ayo bikin sate Ana.” Yang betul, “Ayo bikin sate, Ana.”


Memasuksi sesi utama, kita diajari pengetahuan tentang Prinsip-prinsip Pokok Menulis Esai, Artikel, nonfiksi oleh Pak Edi Akhiles (Edi Mulyono), CEO Diva Press.
Pramenulis:
  • Menabung dan memilih ide (Kegelisahan intelektual). Bisa dari bacaan, perenungan, pengamatan, dan aktualitas.
  • Mastering (Penguasaan mainstream)makin detail makin kuat.
  • Panjakan landasan teori yang hendak digunakan untuk membedah ide.
  • Memahami common sense (titik temu) dan proposisi (benang merah dari berbagai teori).
  •  Outline/kerangka tulisan.
Saat menulis:
  •  Buat opening yang memikat.
  •  Runtut, sistematis antar kalimat.
  • Disiplin outline.Bisa juga memberi selipan dari tokoh terkait.
  • Teknik analisis serupa dengan orang yang hendak naik gunung. Menanjak, puncak, menurun.
  • Akhiri dengan kalimat impresif, menghentak, menggugah dan berkesan dalam hati.

Pasca menulis:
  • Endapkan tulisan.
  •  Self editing.
  • Pertajam hal-hal yang kurang.
  • Perkaya diksi
  • Kirim ke media yang diinginkan.
  • Good attitude.

Problem umum dalam menulis:
  • Menulis dari ruang kosong, miskin ide.
  • Metodologi (cara berpikir) mencakup urusan pendekatan/perspektif dan kerangka/landasan teori bedah ide tulisan.
  • Memahami karakter media/pembaca yang disasar.
  •  Terjebak gaya kliping.
  • Tidak buat outline
  • Tidak diendapkan
  • Tidak sabar menempuh proses kreatif
  • Sombong atas kemampuan sehingga abai untuk berdoa.

Materi di atas merupakan hal yang saya dapat ketika mengikuti Kampus Fiksi. Walaupun pembahasannya non fiksi, tapi bisa juga dijadikan pelajaran ketika menulis fiksi. Walaupun Cuma ngarang, logika dalam fiksi juga dibutuhkan.
Tiga jam ternyata singkat banget. Meski harus bersusah payah ngebis dari Jepara ke Semarang sendirian, rasanya tetap senang karena bisa mendapat pelajaran yang akan saya gunakan sampai mati. Oh iya, dari acara ini saya juga ketemu teman baru seperti Mbak Arina dan Mbak Ika yang sama-sama seorang blogger.
Terima kasih buat semua team Kampus Fiksi, Mbak Susi, Mas Catur, Mas Syaiful yang rela ikut telat karena nunggu saya. Pak sopir Trans, bis dan angkot yang saya tumpangi. Dan kedua orangtua saya yang pusing setengah mati karena anak gadisnya suka ngilang sendiri.

Doa saya, semoga tahun depan bisa ikut lagi. Rencananya nanti bukan hanya materi, tapi kita langsung praktek menulis fiksi. Peernya, saya harus punya laptop jika mau ikut Kampus Fiksi lagi. Nabung setahun euy!!! Kalau sampai tak ada Kampus Fiksi, salahkan saja Jokowi! #Eh. Saya yakin, Pak Jokowi mendukung kreatifitas anak negeri.

Sampai jumpa lagi!!!!

Ketika Anak Kampung Pergi ke Kota

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Siapa yang anak kampung? Ya pasti saya dong!!!

Minggu 29 November 2015 saya pergi ke Semarang sendirian. Semarang bagi saya ya kota besar. Kan lebih gedhe dari Jepara, hehehe. Sebenarnya pergi ke Semarang ini bukan pertama kalinya. Terminal Terboyo mah lewat. Ya memang saya berhenti disitu sih.

Pertama kali ke Semarang itu sekitar tahun 2006. Waktu itu bela-belain bolos hanya untuk jadi suporter adik kelas yang lomba. Acaranya di Gedung Haji Semarang. Saya dan beberapa teman yang lain akhirnya cuma ngerumpi sambil nikmatin hari bolos. Harusnya kami yang ikut lomba. Ternyata, kelas IX nggak boleh dan pemberitahuannya H-1 lomba. Gila nggak sih? Kasian adik-adik yang terpaksa ikut lomba dengan persiapan setengah hari doang.

Empat tahun kemudian, Februari 2010 saya dan dua orang teman pergi ke Semarang. Mereka nganterin saya buat tes masuk Universitas. Walau akhirnya saya nggak lulus tes, tapi ya lumayan jalan-jalan. Mana waktu ke lokasi dianterin cowok ganteng lagi, hihihi. Tapi, di foto ternyata dia nggak ganteng-ganteng amat #Walah. Tapi, makasih buat Alfin, Pato, Saudara-saudara Alfin yang sudah baik mau nampung saya waktu itu.

Satu dua tahun lalu saya kembali ke Semarang. Ceritanya saya mau interview. Saya buta arah, tak punya GPS, modal mulut untuk bertanya. Akhirnya saya sampai di tempat tujuan. Lumayan jauh bok! Waktu itu saya bisa diterima kerja kalau mau bayar ratusan ribu. Sayanya yang kelewat pelit, akhirnya nolak.

Nah yang terakhir ke Semarang ya kemarin itu. Mau ikutan Kampus Fiksi dan liat pameran buku di Gedung Wanita Semarang. Jam tujuh berangkat, jam sembilan sampai. Dan untuk pertama kalinya saya naik Trans Semarang, Saudara-saudara! Kondektur sama supirnya sih ganteng #Eh, tapi Mbak yang jual tiket kurang ramah. Ngomongnya cepet lagi! Kaya sales yang lagi promosi, peserta dilarang interupsi.



Mungkin saya terlalu excited sampai nongkrong lama-lama di koridor entah berapa. Yang jelas saya telat lima belas menit di acara Kampus Fiksi. Untung ditungguin di luar sama Mbak Susindra, Mas Catur dan Mas Saiful. Kami sama-sama peserta dari Jepara, tapi jalannya beda-beda. Acara Kampus Fiksi cukup meriah, menurut saya. Postingan Kampus Fiksi nanti ya, hehehe. Ini kan lagi kesenengan bisa liat kota. Pukul satu siang acara berakhir dan kami akhirnya makan siang. Setelah makan siang, jeng-jeng-jeng!!!

Perhatikan foto di bawah ini. Namanya orang kampung, selalu ingin tahu. Lokasi foto di samping Gedung Wanita. Kira-kira, saya lagi ngintip apa sih? Apa yang sebenarnya saya cari?



Saya akan pilih dua orang untuk mendapatkan pulsa masing-masing sepuluh ribu rupiah.

Jawabannya suka-suka kalian saja. Tapi yang saya pilih adalah jawaban yang mendekati fakta yang terjadi sesungguhnya dan jawaban yang paling gokil versi saya. Jangan lupa tinggalin akun yang bisa dihubungi, misal twitter, email atau FB. Siapa saja silakan jawab kecuali Mbak Susindra. Kenapa? Lha beliau kan pelaku utama yang menangkap basah kelakuan absurd saya. Batas waktunya sampai hari Jum’at, 11 Desember 2015.

Saya tunggu jawabannya ya!!!