Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Qobul Yang Diwakilkan

Bismillahirrahmaanirrahim...

Bingung mau kasih judul apa, akhirnya pilih judul Qobul Yang Diwakilkan untuk sedikit menjawab tentang FF Prompt #3: Telat! kemarin. 

Sebenarnya ketika mencetuskan FF ini, tidak terfikirkan akan banyak yang bertanya tentang bolehkah qobul itu diwakilkan. Dulu jaman masih sekolah, waktu pelajaran fiqih tentang nikah memang ada pembahasan tentang sahnya qobul yang diwakilkan meski pun memang jarang.

Nah, suatu ketika aku pernah sekilas menonton acara TV tentang Almarhum Gus Dur (KH. Abdur Rahman Wahid). Yang menjadi nara sumbernya merupakan istri beliau sendiri. Istrinya menceritakan bahwa pernikahan mereka itu jarak jauh dan saat akad qobul bukan Gus Dur sendiri yang melafalkan tapi diwakilkan oleh kakeknya karena saat itu beliau sedang study di Al-Azhar. Baca juga disini :smile

Ketika menulis FF ini, aku terlebih dahulu browsing disana sini untuk mendapatkan info yang lebih jelas karena kondisi saat itu memang jauh daru guru agama yang bisa diajak bertanya. Akhirnya dapat juga. Sebenarnya pernikahan itu tergantung agama mana yang kita anut karena prosesi dan syarat-syaratnya jelas berbeda.

Dalam agama islam, wali nikah boleh diwakilkan begitu pula dengan qobulnya. 

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, membolehkan calon pengantin pria untuk mewakilkan qabul nikah dalam akad pernikahan dengan ketentuan: (1) Memberikan kuasa kepada seseorang dengan tegas secara tertulis bahwa qabul nikahnya diwakilkan dan penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk mempelai pria. (2) Adanya keikhlasan dari pihak istri atau wali atas qabul yang diwakilkan dalam akad nikah tersebut.

Sama halnya juga dengan seseorang yang kurang sempurna, seperti bisu, dan sebagainya sehingga mereka tidak bisa melafalkan qobul maka mereka bisa menggunakan bahasa isyarat atau pun diwakilkan.

Terimakasih banyak buat para komentator yang bertanya-tanya tentang ini. Inilah jawabanku. Jika belum puas silakan tanyakan ke guru agama masing-masing. Oh iya, untuk lafalnya sendiri aku belum tahu seperti apa soalnya aku belum pernah melihat prosesinya nikah yang diwakilkan secara langsung. Yah, sensasinya tentu berbeda dengan qobul yang diucapkan sendiri oleh mempelai prianya. Jadi, adakah yang mau mewakilkan qobul dalam pernikahannya sendiri? :smile


Happy Blongging :hai

Prompt #3: Telat!



"Gawat!"






Aku melirik jam di tangan, sudah lewat 3 menit! Kupercepat lariku, walaupun tahu bahwa itu hanyalah usaha sia-sia. Aku sudah telat!





"Tidak apa-apa," kataku menenangkan hati.






Aku mulai memasuki ruangan dan mengetuk pintu. Seketika semua mata di dalam ruangan ini melihat ke arahku.









“Yusuf, kemana saja? Cepat duduk disini,” Ucap Ayahku










Aku bernafas sejenak setelah semua mata tertuju padaku. Penghulu dan pegawai KUA juga sudah ada disana. Aku mengedarkan ekor mataku sejenak mencari mempelai wanitanya. Ah, dia disana di pojokkan ruangan dengan jilbab hijaunya. Aisyah terlihat begitu manis, ah astagfirullah.










Ayah Aisyah sudah berada di depanku. Rasanya begitu bergetar aku takut. Bagaimana jika aku salah dalam melafalkan qobulnya? Keterlambatannku ini membuatku amat gugup. Ayah Aisyah menjabat tanganku dengan mantap. Aku pun berusaha membuang grogiku dan berhasil melafalkan qobulnya dengan benar meski tidak terlalu lancar.










“Sah”










Alhamdulillah. Kelegaan terasa di hatiku. Aku yakin Aisyah juga merasakan kelegaan yang sama. Aku berdiri, ingin segera ku tinggalkan ruangan yang penuh dengan doa bahagia ini. Perlahan ku dengar suara lembut memanggil namaku. Aku berhenti dan melihatnya, Aisyah.










“Yusuf, mau kemana?”


“Aku, aku mau keluar sebentar. Aku banyak berkeringat, lagi pula disini tidak ada AC,”


“Maaf sudah merepotkanmu, rumahku ini memang tidak ada AC. Terimakasih atas bantuannya ya. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu ini,”


“Iya sama-sama, bolehkan aku keluar sebentar?”


“Iya silakan,”










Aku berjalan meninggalkan Aisyah dan keluarga kami. Ingin aku berlari membawa kepingan hati yang sudah tak berbentuk ini. Aisyah, gadis yang diam-diam ku cintai sejak SMA. Aku telat, aku terlambat menyatakan perasaanku padanya. Aku mengqobulnya bukan untuk diriku tapi untuk Fathi kakakku yang sedang berjuang di Afganistan.










Hari ini harusnya dia sendiri yang mengqobul Aisyah. Tapi semalam dia harus pergi bertugas dan memintaku untuk mewakilkan qobulnya. Andai semua bisa ditunda, tapi kakak tak mau dan tetap bersikeras melangsungkan pernikahan tanpa kehadirannya. Cukuplah ini terakhir kalinya aku terlambat dalam segala hal. Aku tak mau mengulanginya lagi.






312 Kata






Notes :


Pertama kali ikutan Prompt - Monday Flashfiction besutan Mbak Red Carra . Semoga bisa terus lanjut buat mengasah kemampuan nulis FF hihii :smile


Updates : Jawaban Tentang Qobul Yang Diwakilkan

Narsis is Pede



Narsis itu, apa ya? :uhuk . Yang aku tahu sih narsis itu Pede . Orang yang narsis sering kali mempromosikan dirinya dalam bentuk apa pun, bisa foto, tulisan de el el. Kali ini ceritanya aku mau ikutan Narsisis-Artistik Giveaway nya Mb' Una. 




Ini ceritanya lagi gendong Shinta biar kece kaya di Tivi gitu :uhuk . Foto ini diambil tanggal 19 Juli 2012 dengan Bu e sebagai fotografernya :smile 






Kalau foto ini diambil tanggal 26 Agustus 2012 saat senja di Sekembu Beach di Jepara :uhuk . Waktu itu hari terakhir aku libur dan akhirnya ikut kakak buat jualan dari pagi sampai sore. Aku kan sudah lama tidak lihat Sunset, jadinya belagu bergaya liat Sunset biar kaya gambar siluet gitu. Fotografernya si Irfan keponakanku :uhuk 

Hahaha, sudahlah penting ikutan :uhuk . Ingatlah Narsis is Pede :smile 



"Postingan ini diikutsertakan di Narsisis-Artistik Giveaway"