Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Hanya Bapakku

Bapakku itu, ya Bapak. Dulu sering banget di omongin Mbakku gini, "Ji, kalau ambil rapot, minta Bapak yang ngambil." Aku sih manggut-manggut aja. Bapak memang jarang sekali ambilin rapot anaknya. Paling sering Bu e. Dulu uring-uringan, kok Bapak ngga pernah ambil rapot sih? Kalau sekarang sih ngerti, Bapak nyari nafkah. Itu cerita lama, kan sekarang sudah ngga sekolah :uhuk .


Kalau ditanya, moment apa yang berkesan dengan Bapak. Errr, em mungkin waktu mantanku datang minta ijin buat ngajak aku jalan-jalan wekkekek :uhuk .


Jadi, Bapak itu sering ultimatum kepada anaknya terutama kepadaku, seperti ini. "Ji, kalau ada teman cowok yang mau ketemu, jangan sekali-kali ketemu di luar rumah. Kalau mau, suruh main ke rumah." Ya, Allah! Perasaan dulu teman cowok mbakku ngga sampai gitu deh.


Nah, pada suatu hari, pacarku main ke rumah [Sekarang mah mantan]. Setelah ngobrol sama aku dan lain-lain, akhirnya dia ngomong kalau mau ngajak aku kelur. Yah, aku bilang aja sama dia, ijin sono sama Bapakku. Kalau Bapak oke, boleh deh.


Setengah mati deg-degan, aku nganter dia ketemu Bapak. Setelah aku paksa, akhirnya dia berani ngomong ijin. Apa kata Bapak? Intinya sih, Bapak ngga ngijinin wekekeke :wek . Kesian banget dia :uhuk . Ujungnya apa? Dia ngga pernah nongol lagi ke rumah. Wah! Bapakku bener-bener keren!!! Apa aku sedih? Em, ya something deh ya. Masa sih ngga diijinin keluar? Pengen berontak!!! 


Kalau dilihat sekarang sih, aku bersyukur banget! Untung ngga diijinin. Jadi pas putus kan ngga ada kenangan apa-apa hahha :uhuk .


Kalau teman lelaki asli teman, ke mana aja boleh. Tapi kalo pacar, Big no! Sampai sekarang sih, belum ada yang nembus pertahanan Bapak untuk ngajak aku keluar. Bisa masuk rekor ini mah :smile . 


Aku bisa ke mana-mana sendiri kok, ciyus. Meski belum punya SIM, tetep pede naik motor sendiri. Seringnya sih, malem-malem antar anak gadis orang. Salim ketemu Bapak - Ibunya, mastiin anak gadisnya aman bersamaku. Pertanyaannya, kapan dan siapa yang ngantar anak gadis Bapak ini? :smile


“Artikel ini disertakan dalam Semut Pelari Give Away Time, Kenangan paling berkesan dengan papa”

[BeraniCerita #32] Stigma

“Kapan terakhir kali mengajak Nina si bungsu main ke taman? Kapan terakhir kali Mama memasak buat orang rumah? Kapan terakhir kali Mama pergi jalan-jalan bersama kami?”


Bu Layla diam saja mendengar Ryan mencerca semua yang sudah tidak pernah dilakukan lagi olehnya. Untuk mengalihkan perhatian, Bu Layla pura-pura berbicara dengan Sofi di depan televisi sambil tidur-tiduran.


Senyum di wajah Bu Layla dalam segala kebohongannya. Beban hidupnya terlalu berat, itu yang terlihat. Seorang istri yang mengurusi suami hingga meninggal. Tiga orang anaknya, Ryan, Sofi, dan si bungsu Nina tak pernah tahu apa-apa. Ya, karena Bu Layla tak mau membagi bebannya.


Ada kesedihan yang mendalam, luka yang menganga akibat dari peninggalan suaminya. Bu Layla hanya perempuan biasa, dunia liar pun tak pernah sedikit pun dikenalnya. Tapi kenapa Tuhan seolah menumpahkan kutukan dari tindakan buruk suaminya pada dirinya?


"Ma? Jawab aku?" kata Ryan marah.


Bu Layla hanya menatap Ryan. Anak laki-laki tujuh belas tahun itu replika suaminya. Rasanya ingin marah. Pada siapa?


Tanggul air mata yang ditahan pecah. Bu Layla tak kuasa menahan tangisnya.


"Ryan, Sofi dan Nina dengarkan mama. Apapun yang terjadi nanti, mama tetap mama yang selalu menyayangi dan mencintai kalian. Mama hanya takut, jika orang lain tahu tentang penyakit mama, mereka akan menjauhi kalian. Kalian ingat bagaimana keluarga papa merasa begitu jijik kepada mama? Bagaimana mereka menyimpan tangan tak mau bersalaman? Itu pukulan berat bagi mama. Mama tidak ingin itu terjadi dengan kalian terutama Nina. Mama dan Nina janji akan berobat. Mama mau hidup untuk kalian. Mama dan Nina odha." jelas Bu Layla terisak.


Dirangkulnya Ryan, Sofi dan si bungsu Nina. Mereka menangis bersama, tanpa mengerti apa yang ditangisi. Semua telah terjadi, tak perlu ada tangis kesedihan lagi.




Notes :
Wuih~ Akhirnya bisa ikut Berani Cerita lagi :uhuk . Meskipun sedang bertarung di MFF Idol kudu tetep semangat!!! Oh iya, FF ini terinspirasi dari kisah yang kutonton di Mata Najwa.

Gong Perdamaian Dunia

Melanjutkan cerita Idul Adha Kemarin, aku, Kak Santo, Mbak Ita plus suami n anaknya, ditambah Irfan berangkat ke Desa Plajan untuk mengunjungi Gong Perdamaian Dunia yang cukup terkenal itu :smile .


Dari rumah, er lumanyun jauh deh ya. Kita kudu mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra, bersama keluarga berpetualang... :uhuk . Berangkat dari setengah tiga sore dan sampai di sana setengah empatan. Seriusan, tempatnya memang rada gunung gitu.


Tiket masuk kemarin sih Rp 4000,- untuk dewasa. Anak-anak itu gretongan kalau ada orang dewasa yang ngajak :uhuk . Wes, kita masuk. Kalau yang hobi makan, harap membawa makanan sendiri karena ngga ada yang jualan makana bok. 


Gong Perdamaian Dunia ini diprakarsai oleh Djuyoto Suntani usai peristiwa bom Bali 2002. Ternyata, setelah itu Gongnya ada dimana-mana bok. Keren banget kan? Dari desa terpencil yang mendunia.

Semua foto, tidak ada aku sama sekali huahah :uhuk

Mbak Ita sama Lala anaknya

Irfan - Lala


Tanah dari 202 negara

Kaki Buto Ijo *Bohong :uhuk



Turis Chinese nih


Sampai di sini info yang aku berikan. Kalau penasaran, bisa cek di sini. Bye bye :smile