Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Hallo 2014

Bismillahirrahmaanirrahiim….


Ehem, semoga bisa konsisten mengawali postingan dengan bismillah :uhuk . Tapi kalau nulis FF, masa iya pakai bismillah gitu ya? Ntar lah tergantung situasi dan kondisi :smile .


Mengawali postingan awal tahun 2014, nggak mau cerita pakai ribet. Kalau dulu pakai acara rekap tahun 2012 ke tahun 2013, kali ini mungkin nggak :uhuk . Sebenarnya sih banyak moment luar biasa yang terjadi di 2013. 


Dari awal tahun sampai akhir tahun, alhmdulillah masih banyak rejeki dan hadiah yang bisa sampai ke rumah. Aku juga beberapa kali dapat job review. Bisa ke Bali karena menang 8 Minggu Ngeblog, bisa jadi 10 besarnya MFF Idol, ada buku Best of Monday Flashfiction, Benang Merah, ikut beberapa proyek lain dan ya, masih banyak cerita yang sudah tertuang ditiap bulannya di tahun 2013. Benar-benar nggak ada dusta dari nikmat Allah.


Intinya sih, apapun yang terjadi selayaknya aku harus lebih bersyukur dengan semuanya. Dulu nggak kerja bisa kerja. Dulu libur kerja dua minggu sekali, sekarang bisa libur seminggu sekali dengan hari yang fleksibel. Sudah nggak perlu iri sama yang libur sabtu minggu. Setiap orang toh punya bagian sendiri-sendiri.


Apapun ceritanya, intinya aku udah kembali kerja yang artinya aku kembali pada semua realita yang ada. Kembali sibuk, kembali dengan masalah dan problematika yang harusnya bukan jadi kendala tapi justru menjadi tantangan. Sudah saatnya menerapkan ilmu HHN, hadapi, hayati dan nikmati. Kalau kamu? :smile

Merdeka

"Vin, gue mau ngomong sesuatu."

"Ngomong aja Nay, gue dengerin kok." jawabku sambil benerin posisi tenggeran di atas pohon jambu.

"Kita putus!"

"Apa?"

"Gue pikir lebih baik kita putus aja dari pada lu gue kalahin mulu saat adu nguber layangan. Gue malu Vin, malu!"

"Gue pikir, lu cinta mati sama gue Nay. Ternyata gue salah. Gue kecewa Nay sama lu."


Tanpa pikir panjang,  aku langsung meloncat ke bawah meninggalkan Nay yang masih terpaku di atas pohon jambu.


"Vin! Maafin gue!" ucap Nay


Gue berjalan tanpa peduli panggilan Nay. Ditanggal 17 Agustus ini akhirnya gue bebas, hore!!!

Refleksi Masa Lalu

“Empat tahun! Di Amerika tidak ada makhluk seperti kalian!” Sam mulai bercerita.

“Kenapa tidak menghubungi kami?” tanya Nita.

“Sam terlalu sibuk berkencan dengan perempuan berbikini seksi.” timpal Nara.

Mereka tertawa. Sudah terlalu lama mereka tak pernah berbagi cerita.

“Nit, di resepsi nanti kau mengundang semua teman SMA kita, kan?” 

“Tentu saja Nara, aku tidak mungkin melupakan mereka. Aku harap kau tidak mengacau, Sam?”

“Jangan bilang kau mengundang semua mantanku! OMG, Nita!”


Tawa renyah mereka membahana di ruang tamu. Mereka terkenang Sam, playboy paling digemari se-SMA.


“Setelah perayaan malam kelulusan di vila, kita sama sekali tidak pernah berhubungan lagi. Kalian ingat malam itu?” tanya Nara.

“Tentu saja.” jawab Sam dan Nita bersamaan.

“Kau dan Alex pacarmu pergi meninggalkan pesta.”

“Iya Sam. Ayah Alex kecelakaan kami ke rumah sakit.”

“Apa hal buruk terjadi?”

“Buruk, Nit! Aku melakukan kesalahan di pesta.”


Sam dan Nita memandang Nara tak mengerti. Kesalahan apa?


“Alex memintaku mencampurkan sesuatu kedua gelas minuman, sekedar lucu-lucuan katanya. Aku tak tahu siapa yang meminumnya karena pergi ke rumah sakit. Dua tahun lalu, Alex memberi tahu bahwa itu obat perangsang. Aku marah pada Alex, tapi lebih marah pada diriku sendiri. Aku harus minta maaf kepada mereka. Mungkin hal buruk terjadi setelah mereka minum minuman itu. Jadi, Sam, bisakah kau membantuku menemukan mereka dalam resepsi pernikahan Nita nanti? Nita, Kau mengijinkannya kan?”


***


Nita

Aku ingin marah, tapi itu artinya aku akan membongkar apa yang aku tutupi selama ini. Pagi hari aku terbangun di ranjang dengan tubuh telanjang di bawah selimut. Aku bahkan tak tahu apa yang telah terjadi. Rasa sakit di selangkanganku membuatku mengerti. Aku hamil dan melahirkan tanpa tahu siapa ayah dari bayi laki-laki bertanda bulan sabit di bahu kanannya. Aku meninggalkannya di panti asuhan. Aku frustasi pada laki-laki yang tega meninggalkanku sendiri. Menyetujui permintaan Nara, itu sama saja bunuh diri. Tapi bagaimanapun, aku juga ingin tahu, siapa ayah bayiku. Anakku, maafkan Ibumu ini.


***


Sam

Aku ingin marah pada Nara, tapi lebih marah pada diriku sendiri yang pagi itu pergi meninggalkan Nita di ranjang seorang diri. Aku terlalu pengecut untuk mengatakan, aku Sam, sahabatnya yang telah mengambil kegadisannya. Aku takut Nita marah, persahabatan kami hancur gara-gara kejadian yang sebenarnya tidak pernah kami inginkan. Aku memilih lari ke Amerika tanpa mencari tahu apa yang terjadi setelah Nita terbangun pagi itu. Kali ini jika aku mengakui semua, apa Nita mau memaafkanku?


***


“Bagaimana?” tanya Nara pada kedua sahabatnya.

“Ya tidak.” ucap Sam dan Nita bersamaan. Mereka bertatapan satu sama lain.

“Aku tidak yakin calon suamiku setuju dengan rencanamu.”

“Aku tidak yakin kau akan melanjutkan pernikahanmu.” Sam menimpali.

Mereka saling menatap lagi, menyimpan sejuta tanya di hati.


“Mama! Biyan akut!” 


Anak kecil sekitar tiga tahun berlari menghambur ke dada Nara. Nara mendekapnya erat. Sam terkejut bukan karena anak itu memanggil Nara dengan sebutan Mama, tapi lebih karena wajah yang begitu mirip dengan wajahnya. Sementara Nita terhenyak melihat anak dengan wajah mirip Sam dan tanda bulan sabit di bahu kanannya.


“Aku melihat kalian dalam diri Biyan. Tolong, maafkan aku!”


Notes :
Gila!!! Drama banget aku nulisnya :hwa

#writingprojectFF Kampung Fiksi