Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Cerita Tentang Jogja : Jatuh Cinta Sebelum Melihatnya

Pernah kamu jatuh cinta sebelum melihatnya? Hanya dengan mendengar suaranya, membaca tulisannya, melihat karyanya, pernahkah? Bagaimana jika jatuh cinta tanpa melihatnya, tanpa mendengar, tanpa membaca. Inilah cinta, tak pernah melihat tapi hati terasa berdebar saat mendengar namanya disebut.


Yah, aku jatuh cinta sebelum aku melihatnya dan mengenalnya. Jika kamu bertanya kota mana yang aku cinta setelah kota kelahiranku? Aku akan menjawab Jogja.


Jangan kamu tanya alasannya. Apakah cinta memang butuh alasan? Aku belum pernah sedikit pun menginjak tanah Jogja. Aku tak tahu Parangtritis itu seperti apa. Aku tak tahu rasanya makan diangkringan merasakan gudeg Jogja. Aku belum pernah tahu itu.


Jogja sendiri merupakan Daearah Istimewa yang pernah menjadi Ibukota Indonesia tahun 1949. Jogja juga dikenal dengan sebuatan kota pelajar karena banyak sekali universitas disana dan juga mahasiwa-mahasiswinya kebanyakan berasal dari luar pulau. 


Banyak orang yang terpesona dengan medok Jogjanya. Bahkan, banyak sekali film maupun FTV dan sinetron yang mengambil settingnya di Jogja. Oh iya, ada juga teman FBku yang foto-foto bareng artis yang sedang stuting di Jogja. Antara ingin ngakak tapi seneng lihat dia yang narsis.


Aku selalu tersenyum ketika teman-temanku bercerita tentang kota Jogja. Yah kebetulan keluarga mereka memang dari sana. Dulu aku pernah bermimpi untuk melewati studi disana. Aku yakin kebudayaannya tak jauh beda dengan daerah Jepara.


Kemarin pun sebenarnya atasanku merekomendasikanku untuk ikut seminar di Jogja. Karena banyak pertimbangan dan lainnya, aku memilih untuk mundur sehingga temanku yang menggantikannya. Rasanya memang sedikit sulit, tapi aku yakin pasti akan ada waktu untukku bisa merasakan hawa Jogja.


Aku mencintainya bukan karena dia. Dia tetaplah dia yang masih akan di Jogja. Aku pernah menulis FF Tentang Jogja bukan karena dia tapi karena aku memang suka Jogja. Jika nanti aku bisa datang ke Jogja, aku ingin merasakan Masangin melewati beringin kembar di alun-alun Jogja. Lihatlah dengan Dagadu :uhuk


Oh iya, bukankah kemarin aku mendapat buku dari Pak Azzet yang tinggal di Jogja? Bukankah itu artinya Jogja memang dekat? Maukah kamu mengajakku kesana?



Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Cerita Tentang Jogja

Ketika Aku Pergi dari Rumah

Jauh dari rumah itu rasanya kangen setengah hidup. Keluar dari rumah, aku sebagai seorang gadis merasakan yang namanya kehilangan zona aman. Sebenarnya bukan kali ini saja aku pergi. Aku sudah berulang kali pergi dari rumah :uhuk


Bermula saat tahun 2004 aku masuk MTsN yang lumayan jauh dari rumah meski pun masih juga di daerah Jepara. Itulah pertama kalinya aku keluar dan jauh dari kedua orang tua. Sebulan pertama, setiap menjelang tidur air mataku selalu mengalir. Rasanya benar-benar aneh. Padahal di tempat itu aku tidak sendiri. Ada Kakak dan Mbakku, tapi tetap saja aku menangis tanpa sepengetahuan keduanya. Seminggu sekali ketika Bapak Bu e datang, aku selalu memeluk mereka dengan erat. Menumpahkan semua tangis dan rasa rindu yang mendera dalam dada.


Hari-hari selanjutnya, aku sudah bisa menguasai diri. Tidak lagi menangis dan bisa beradaptasi. Setelah Kakak dan Mbakku pergi dari tempat tinggal itu, semua masih normal. Yag tidak normal mungkin karena aku jarang bermain seperti teman-teman sebayaku disana.


Setelah lulus MTsN tahun 2007, aku ingin di rumah just it. Aku ingin lagi merasakan kehangatan rumah yang kemarin terhalang. Aku masuk MAN dikawasan yang sama dengan sekolahku yang dulu. Setahun berlalu, aku tak dapat apa-apa. Dengan pikiran yang lapang, aku menyetujui untuk pergi dari rumah lagi seperti waktu di MTsN.


Aku memulai lagi. Dari tahun 2008 sampai 2010 aku berjuang lagi untuk jauh dari rumah. Bedanya disini aku sudah MAN. Aku mengikuti ekskul dengan segala dilemanya. Di tempat yang berbeda, suasana berbeda, kebiasaan yang berbeda, orang yang berbeda, ngaji yang berbeda dan disinilah aku harus belajar untuk merasakan cinta.


Aku lulus tahun 2010 dan pada bulan Agustus aku mulai bekerja di sebuah Showroom di Sentral Ukir Jepara. Meski setiap hari bekerja, saat pulang dan di rumah kadang aku dan kedua orang tuaku masih saja berselisih.  Kadang aku berfikir, bukankah lebih enak jauh dari rumah seperti dulu? Jika dulu pergi dari rumah karena alasan efisien dalam jarak tempuh ke sekolah serta hematnya biaya, kini problemnya lebih maju. Terkadang aku bingung harus menjawab pertanyaan orang tuaku tentang suatu hal yang memang aku belum bisa menjawabnya. Saat lelah mendera, aku selalu berdoa semoga aku bisa pergi lagi dari rumah entah untuk bekerja atau untuk sekolah.


Semua terjawab ketika aku memutuskan untuk resign dari Showroom dan memilih bekerja disebuah desa yang agak terpencil yang masih dikawasan Jepara. Yah, aku memilih untuk menginap disana dan pulang sekitar sebulan sekali.


Meski sudah beberapa kali jauh dari rumah, aku dengan malu-malu bilang bahwa aku masih menangis merasakan kerinduan. Aku harus beradaptasi lagi dengan semua hal. Dengan keluarga disana, dengan pekerjaan yang berbeda dan dengan masyarakat yang berbeda pula. Apapun yang terjadi, aku harus bertahan. See, aku sudah sepuluh bulan lebih disana dan yah, semua ternyata baik-baik saja :smile


Dari semua kepergianku, paling lama tidak pulang itu dua bulan di tahun 2009. Padahal biasanya sebulan, kadang dua minggu sampai tiga minggu saja sudah blingsatan ingin pulang :uhuk . Alasannya, biarlah aku sendiri yang tahu hihi :uhuk . Oh iya, dari semuanya juga kepergianku kali ini yang memang terasa berbeda. Aku sering di telfon Bapak sama Mbakku, sering SMS-an sama kakak. Kalau dulu, paling satu dua kali telfon, itu pun dari wartel atau telfon rumah pemilik tempat tinggalku. Dulu memang aku tidak punya HP.  Oh iya, dulu jaman MTsN aku beberapa kali buat surat untuk Bapak Bu e, romantis banget kan? :uhuk . Padahal itu biasanya ngasih tahu pertemuan di sekolah atau minta uang :uhuk


Jauh dari rumah itu mengajarkan kita untuk hidup mandiri dan lebih dewasa. Kita harus bisa memanage apa-apa sendiri termasuk perasaan dan hati. Kita harus menjaga diri sendiri dan menjaga nama baik keluarga kita. Kalau kita bermasalah, bukankah kembalinya pada keluarga kita sendiri?


Jauh dari rumah, ketika aku pergi dari rumah meski makin dekat dengan Kakak, satu hal yang aku sadari, Rumahku itu Surgaku. Aku merindukan kata-kata orang tuanya yang terkesan seperti marah padahal itu perkataan nasihat. Ketika aku makan enak saat jauh dari rumah, semua terasa biasa, sepi. Tapi ketika di rumah, walau pun makan dengan garam, hanya dengan ikan asin dan sambal semua terasa nikmat, sungguh.  Saat di rumah porsi makanku bertambah. Intinya, bersama keluarga itu kebahagiaan yang sederhana namun indah. Mungkin ini adalah hal simple yang menjadikanku Anak Rumahan. Saat diminta memilih untuk pergi melewati tahun baru atau dirumah, kamu pasti tahu apa jawabanku. Yah, rumahku itu istanaku.


Meski sekarang jauh dari rumah. Aku percaya, mereka pun akan selalu merindukanku begitu juga aku :smile . Kalau kamu? Apa aku kapok pergi dari rumah? Tentu saja tidak. Aku masih ingin pergi jauh keseberang sana sebelum aku menikah :uhuk

Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Gendu-gendu Rasa Perantau

Ukir Jepara

Jepara Jawa Tengah terkenal dengan kerajinan ukir kayunya. Meski aku kelahiran Jepara, jujur aku sama sekali tidak bisa mengukir. Mungkin aku hanya bisa mengukir hatimu :uhuk

Hampir dua tahu lamanya aku bekerja di Sentra Industri Patung Jepara tepatnya di desa Mulyoharjo. Di desa tersebut banyak sekali dijumpai berbagai macam kreasi ukir kayu khas Jepara. Selain ukirannya, Jepara juga terkenal dengan furniture kayu jatinya.

Selama bekerja disana, jujur aku juga tidak banyak tahu tentang ukir-ukirnya karena aku bekerja di showroom orang Korea. Jenis furniture yang di pajang simple dengan sedikit ukiran tapi tetap khas ukiran Jepara. Kebanyakan Turis yang datang juga suka dengan jenis yang simple seperti yang ada di showroom tempatku bekerja dulu.

Walaupun seperti itu, banyak juga turis yang lebih suka ukiran gelondongan.




Kenapa gelondongan? Karena bentuk seperti itu sangat asli tinggal membentuk sedikit lalu menghaluskannya. Kebanyakan gelondongannya berasal dari akar kayu jati yang besar. Harganya? Yah lumayanlah namanya juga kayu jati.

Selain itu, banyak juga turis yang berminat dengan patung yang super gede macam patung kuda, gajah, unta. Ukurannya benar-benar big dan bisa dinaiki. Dulu waktu lihat tetangga Showroom yang dapat order kuda, rasanya ingin ikut naik di patung kudanya berlagak sok keren gitu :uhuk


Jepara memang kota ukir dan akan tetap menjadi kota ukir. Sebenarnya banyak juga turis asing yang justru menjadi bosnya pengrajin Jepara. Ini maksudnya apa lagi? Jadi bingung

Begini, yang aku jumpai kebanyakan yang jadi bos itu orang luar bukan orang pribumi. Yah, mereka banyak uang dan bisa membeli apa saja, bisa membayar siapa saja. Akhirnya, kebanyakan orang Jepara hanya jadi kurir, pengrajinnya. Maunya sih, selain jadi pengrajin, orang Jepara juga bisa jadi bos besar mengembangkan usaha kerajinan ukirannya sendiri. Kembali lagi semua pada masing-masing individu serta peran pemerintahnya.

Rasanya aku benar-benar kangen ingin berjalan-jalan ala turis di sentra patung Jepara. Ketemu teman kerjaku yang dulu. Berlagak ngomong-ngomong sama turis asing, lalu menginjak Tangga Most Wanted. Ah betapa merindunya :smile

SupeRio's Mom 1st Giveaway Contest

Suka Giveaway? Suka kontes? Kamu bisa ikutan ini lho hihihi


Giveaway: supeRio's mom 1st giveaway contest


Bannernya lucu, like a tiket


GA ini milik Mbak Dini supeRio's mom


Ikutan yuk. Jangan lupa cek di TKP :smile


Ada hadiah menarik buat kamu :hepi









Oh iya, yang suka kreasi flanel-flanel. Di blog Mbak Dini juga ada lho :uhuk

Valentin Untuk Nay

“Gue jabanin apa pun challenge yang lu kasih,” ucap gue pada Tya
“Yakin nih? Gue yakin Nay, lu pasti kalah ngadepin callenge pilihan gue ini,” jawab Tya meyakinkan dengan pedenya.

Tya masih senyam-senyum mikirin challege yang akan kite lakuin. Kemarin, gue kalah lantaran ngga mampu dapet nilai bahasa Inggris di atas angka 80. See, Tya dengan pede mamerin nilai 85 di depan muke gue. Akhirnye pun die berhak nentuin challenge musim febuari ini.

“Oke Nay, pulang sekolah gue kasih tau challege yang akan kite lakuin. Gue tunggu lu di perpus,” 
“Oke,”

Tya, teman seperjuangan gue yang sama gilanye. Die memang temen yang diciptakan Tuhan buat jadi rival abadi gue. Dari orok gue sama dia udeh sering ngadain challenge yang bise dibilang ngga terlalu penting tapi ngasyikkin. Challenge yang kite lakuin mulai dari manjat pohon, nguber layangan putus, coret-coret tembok tetangge, nongkrongin kuburan malam hari, lomba makan sambel, ngumpulin poin hukuman karena telat, sampe nilai ulangan tertinggi pun kena juge :uhuk 


Gara-gara kegilaan gue sama Tya, mpok gue Jiah sering ngamuk-ngamuk sambil ngasah golok milik Babeh. Mpok Jiah berang tiap kali ade tetangge lapor soal tembok rumahnye yang gue ancurin, penjaga kuburan yang ngambek gara-gara kerandanye gue umpetin padahal gue cuma numpang tidur doang di kerande tuh. Oh iye, gare-gare challenge telat itu, gue juge dapet surat peringatan dari sekoleh. Hahah, bagusnye gue menang dalam tuh challenge meski harus ngorbanin Mpok gue yang baiknye ngga ade yang nandingin :wek :shy


Gue udah standby disalah satu kursi perpus. Perpus sekoleh memang masih buke sampe jam empat sore. Tapi kok ya tumben si Tya ngajak janjiannye di perpus. Biasanye di warung baksonye bang Jamal. Wah mencurigakan banget nih cewek satu. 


"Hoe!!! bengong aje lu Nay," ucap Tya ngagetin
"Ah lu lama amat sih, gue sampe kelaperan tau,"
"Ahah, maap tadi gue ade panggilan alam heheh,"
"Udeh jangan basa-basi, jadi challenge kite ape? Ini bukan aksi nyuri buku kan? Ingat, kite pantang buat nyuri,"
"Sante aja Nay, ini emang aksi nyuri kok,"
"Ape?" teriak gue. Buru-buru gue tutup mulut lantaran beberape siswe same guru jage mlototin gue. Sementara Tya cekikikan liat gue yang panik

"Ogah ah, itu nglanggar agame tau," bisik gue pada Tya
"Mlanggar apenye? Gue belom selese ngomong kali Nay,"
"Trus maksudnye nyuri itu ape?"
"Liat tuh orang, lu perhatiin baek-baek,"

Gue nengok ke arah yang Tya tunjukkin. Bused dah! Gue pelototin tuh orang sekali lagi. Ah, Tya udeh gile.

"Ngga salah nih? Ape yang bise di curi dari die? Otaknye yang encer itu? Jangan cari masaleh deh,"
"Kita nyuri hatinye, brani ngga Nay?"
"Ape? Nyuri hatinye? Die kite bunuh trus dibedah hatinye gitu? Wah, sadis lu,"
"Lu tu yang kepikiran jelek, ngga hatinye die tapi hati sodaranye,"
"Sodare? Vino? Ah same aje,"
"Aish, lu beo sih,"
"Beo-beo, kutilang,"
"Teri,"
"Hiu, jadi challenge mancing aje deh,"
"Ogah, salah satu dari kite harus bisa nyuri hatinye Vino buat diajak ke prom ntar pas Valentine's day, gimane? Oke kan?"
"Jadi cople gitu?"
"Yap,"
"Lha kok yang lu tunjuk si die?"
"Die? Gue yakin, lu tuh ngga brani langsung bilang sama Vino, makanye gue kasih saran buat lu deketin kakaknye dulu biar tau seluk beluk si Vino,"
"Strategi lu kok di bocorin, emang lu punya strategi laen?"
"Ah, gue mah gampang. Deal ye?"
"Oke deal," jawab gue sambil jabat tangan Tya
"Good luck ye Nay. Gue yakin pasti lu bisa,"

Tya ngelonyor pergi ninggalin gue. Ih tuh anak aneh. Sasarannye Vino kenape die nyuruh gue deketin kakaknye coba? Reza Rahardian, kakaknye Vino Bastian makhluk populer di SMA gue. Keduanye same-same populer tapi dalam bidang yang berbeda. Vino populer sama basketnye dan Reza sama otak encernye. Vino seangkatan same gue kelas XI dan Reza kelas XII.


Keduanye memang same-same ganteng tapi jauh beda. Vino lebih ramah sementare Reza angker, horor banget dah. Tatapan matanye tajem tanpa ekspresi, jarang senyum. Pernah gue ngga sengaje adu pandang sama dia, dug rasanye nusuk banget dah, suerrr :peace . Mungkin kalo ade setan ato demit yang liat Reza, pasti mereka pade kabur. Yah, Reza is hororr guy.

***

Misi hari ini, gue harus bisea ngomong sama Reza. Gue clingukan takut kalo ade siswi lain yang liat gue lagi ngamatin Reza di pojokan perpus. Gue harus nyusun strategi dan gue mulai ambil buku matematika sape tau ade rumus yang bise di pake. Misalnye rumus peluang, ah atau rumus fisikanye daye tarik magnet aje ye? Hah, apa-apaan gue ini? Harus gimane gue ini? Ngga ade satu pun cewek yang brani deket sama Reza, lha ini kok gue malah, ah...

"Perpus bukan tempatnya tidur, ngga guna banget kamu disini,"

Gue yang sejak dari tadi benamin kepale di atas meja langsung saje ngangkat kepale liat makhluk yang berani negur gue. Bused dah, Reza.

"Ah anu, gue ngga tidur kok. Reza kan? Gue Nay," ucap gue mengulurin tangan
"Aku tau, Nay yang beberapa bulan hobi banget telat kan?" jawab Reza ngga hirauin tangan gue

Gue tarik tangan mulus gue itu sambil manyunin muka.

"Gue terkenal banget yah? Sampe seorang Reza tau kebiasaan gue,"
"Di dunia ini, apa sih yang ngga aku tau?"
"Vino, lu pasti tau kan? Lu kan sodaranye,"
"Vino? tentu saja,"
"Jadi, bise bantuin gue?"
"Atas dasar apa kamu minta bantuan? Apa untungnya buatku?"
"Untung?"
"Iya, berdasarkan prinsip ekonomi, setiap apa yang kita keluarkan harus menguntungkan. Jadi kalo aku bantu kamu, kamu bisa kasih apa?"
"Eh bused, matre juge lu," ucap gue geleng-geleng kepale
"Kesempatan cuma datang satu kali, gimana?"
"Oke, deal. Gue kasih ape pun yang lu mau asal ngga langgar norma-norma agame ame hukum yang berlaku,"
"Oke deal," Reza nyalamin tangan gue. Dug! Anget juge tangannye #eh
"Jadi, lu minta ape?"
"Menurut aturan yang berlaku, kita harus mengerjakan kewajiban baru bisa menuntut hak. Jadi hakku akan ku ambil saat misimu sudah selesai,"
"Sebenernye lu ini jualan ye? Dari tadi ngomongin untung rugi, hak kewajiban. Yah sudahlah, jadi Vino itu punye kebiasaan ape aje?"
"Hey, tenang aja kali. Santai, semua bisa diatur. Besok pulang sekolah aku tunggu disini, jangan ngaret,"
"Oke,"

Jeduk!!! Kepala gue natap meja. Eh, tadi gue mimpi ape bukan? Perasaan tadi gue ngomong banyak sama Reza. Gue tengok ke kanan kiri, Reza masih duduk di pojokan sama buku-bukunye. Ah, ternyate gue cuma mimpi.

***

Gue ngendap-ngendap kaya maling buntutin Reza. Terhitung udah dua hari ini gue kaya gitu. Mau nyapa, tapi mukanye horor. Mau deket takut-takut salah paham. Jadi terpakase gue jadi stalker keren kaya gini.


Gue baru tau kalo Reza tiap pulang selalu naik Bus. Mampir di Warung Blogger sebuah warung kopi kecil yang katanye enak. Gue sendiri sih belum pernah mampir disane lha wong arah rumah gue dan Reza kan beda. Jadinye ini gue bela-belain muter arah demi deketin si Reza.


Gue sedikit kaget waktu ketangkap basah sama mate Elangnye Reza. Gue malu :shy tapi gue harus tetep Pede.

"Kamu Nay kan?"
"Kok lu tau? Lu buntutin gue ye?"
"Bukannya kamu? Sudah tertangkap basah, masih saja tidak mau mengaku,"
"Gue? Nggak lah. Mane mungkin? Ape buktinye?"
"Kalau begitu minggir, aku mau lewat. Jangan mengikutiku lagi,"
"Eh, eh tunggu dulu. Gue minte bantuan dikit ye? Please"
"Aku tidak ada waktu mengurusi hal-hal tidak penting, jadi menyingkirlah dari hadapanku,"
"Ah... Aku nggak mau putus. Sayang, maafin aku yah," ucap gue sok-sokan merengek sambil memegangi lengan Reza.
"Nay, kamu apa-apaan sih?"
"Pokoknya aku nggak mau putus, bapak ibu mas mbak tante tolong bilangin sama pacarku ini," ucap gue memelas.
"Sudahlah nak, baiknya masalah kalian dibicarakan dulu," ucap pemilik warung
"Iya nak, liat tuh air mata pacarmu. Coba bayangkan kalau ibu kamu yang menangis seperti itu," tambah ibu-ibu yang duduk di samping Reza.
"Maaf sudah merepotkan, kami akan bicarakan hal ini secara baik-baik," ucap Reza sambil narik tangan gue lalu pergi ninggalin warung kecil itu.


Ah yes, senangnye hati gue. Akting gue berhasil hihihi. Wah, muka Reza kenape mendadak jadi merah gitu ye? :shy


"Mau kamu apa sih Nay? Sudah puas bikin aku malu seperti tadi?"
"Maaf Za, gue ngga maksud ape-ape kok. Gue cume mau tahu tentang Vino,"
"Vino? Apa hubungannya sama aku? Kalau kamu ingin tahu dia, kenapa tidak tanya dia sendiri saja? Bukankah jauh lebih hemat energi?"
"Heh, iya juga ye. Tapi-tapi, gue kan udah terlanjur Za. Jadi tipe cewek yang disukai Vino itu kaye siape?"
"Marsya, liat saja dia. Sudahkan? Jangan mengikutiku lagi,"


Gue melongo, Reza ngomong keras banget. Ape die marah? Hah, ape gue udah keterlaluan ye? Ah, what should i do?

***

Dua hari ini gue bengong ngga tentu. Gue masih kepikiran Reza yang kayaknye marah. Gue masih buntutin die di perpus, di warung blogger pokoknye dimane aje. Eh tapi, harusnye gue kan mikirin Vino. Deadline udah mepet Valentine tapi gue sama sekali belum nyusun strategi buat ngajak Vino ke prom. Gue liat si Tya sante gila. Ape mungkin karena die lumayan cantik kaya Marsya makanye die sante aje? Ah Marsya, mana mungkin gue bisa kaya lu? Cewek feminim nan cantik. Gue beringsut di atas meja, gue bakalan kalah ini.


Kayanye gue udah ngga waras. Gue masih jadi stalker keren buat Reza. Hello Nay? Harusnye lu mikirin Vino bukan Reza. H-3 menuju Valentine's day. Gue beneran pusing ini. Gue harus kirim 'Amplop Merah Jambu' buat Vino. Ini ngga boleh ditunde.


Lagi-lagi gue ngendap-ngendap buat ngasih 'Amplop Merah Jambu' ke Vino. Surat ala kadarnye yang gue tulis semaleman khusus buat Vino. What ever lah, penting gue usaha. Vino pun menyunggingin senyum termanis yang belum pernah gue liat. Ah, sepertinye 'Amplop Merah Jambu'  itu ngga terlalu buruk :uhuk

***

Gue bengong sendiri di malam valentine ini. Ngga tau deh muka ini dah kaya ape, bawaannye pengen nangis :hwa tapi ngga tau yang ditangisi itu ape :hwa . Kemarin gue liat Tya cengar cengir sama si Vino. See, gue gagal tapi gue ngga sedih. Gue cuma heran, gue kangen buntutin si Reza :hiks


"Nay, tuh ada yang nyariin," ucap mpok Jiah
"Siape Mpok?"
"Liat aja ndiri, cakep tuh"
"Ape?"


Gue pun beranjak dari kasur buat liatin hidung siape yang berani datengin gue malem-malem gini. Jangan-jangan si Jelangkung yang minta dianterin pulang ke sarangnye :omg . Gue ucek-ucek nih mate buat mastiin siape yang dateng. Mukanye ngga keliatan beuh, makin merinding aje gue ini. Untung aje tuh punggung ngga berlubang macam sundel bolong. Hai lu, balik badan dong :uhuk


"Malam Nay, aku ganggu tidak?"
"Ngg ngga sih. Kok lu tumbenan kesini?" ucap gue agak meragu bercampur haru :hwa
"Pengen aja sih, tidak boleh ya?"
"Hmm boleh kok. Silakan duduk, ngga pape ye cuma di teras doang,"
"Aku sih pengennya ngajak kamu keluar, mau tidak?"
"Keluar? Ke prom ye? Ah ngga useh, gue ngga punye gaun,"
"GeEr lu Nay, siapa juga yang mau ke prom? Cuma ke warung sebentar kok sambil makan,"
"Eh gitu ye? Gue pamit dulu sama Mpok Jiah baru kita let's go,"
"Okey,"


Setelah pamitan, gue ngikut Reza pake motornye. Ya Allah... Nyak, Babeh, Mpok, Tya, Vino kok bisa sih si Reza boncengin gue. Gue pasrah deh mau diajakin makan dimane aje :smile


"He? Makan disini? Balik aje deh, saltum ini mah,"
"Tidak apa-apa Nay, biarin aja,"
"Sandal jepit, rok di bawah lutut, kaos kucel, ape kate orang?"
"Percaya sama aku," ucap Reza sembari mengulurin tangannye.


Gue nerima uluran tangan Reza. Kayaknye jadi Si Tampan dan Si Kumel deh. Gue yang kucel dan Reza yang rapi sama kemeja kotak-kotaknye [dia bukan pendukung Jokowi - Ahok :wek ]. Kite duduk di sebuah meja yang kece abis. Maksudnye ape ini? Wah gue ngga mampu bayar ini.


"Kenapa Nay?"
"Kenape? Ini restoran mewah Za. Pasti makanannye mahal. Bangkrut kalo gini. Gue ngga bawa duit banyak,"
"Kan aku yang ngajak, berarti aku yang bayar,"
"Tapi kan..."
"Sudahlah. Oh iya, aku mau ngomong sesuatu,"
"Gue dulu aje ye? Gue mau minta maaf soal yang kemarin-kemarin. Gue ngga ade niat buat ganggu lu. Suer :peace "
"Udah ngga papa. Ada yang lain?"
"Oh iye, gue ngga apal lagunye Syahrini yang 'Sesuatu' itu, jadi jangan ngomongin sesuatu ye,"
"Hah, kamu memang lucu Nay. Siapa juga yang mau nyanyi? Aku cuma mau bilang, kita jangan putus ya"
"Ha? Putus? Yah ngga lah, kite ngga akan putus. Eh emang kapan kite jadian?"
"Baru saja kan?"
"Hah? Kapan?"


Belum selesai gue nyerna perkataan Reza, tiba-tiba suara berisik ngagetin gue.


"Ciye si Nay, jadian ciye-ciye," seloroh Tya yang tiba-tiba dateng dari belakang gue
"Eh, kok lu disini? Bukannye ke prom?"
"Ciye si Nay jadi Kakak ipar gue," ucap Vino yang lagi-lagi bikin gue kaget
"Jangan-jangan kalian sekongkol ye? Kok datengnye bise barengan gitu?"
"Gimane Nay misi gue? Berhasilkan? Gue mesti dapet piala nih," ucap Tya
"Lu ngindur? Bukannye gue gagal? Gue kan ngga berhasil ngajakin si kutu Vino ini ke prom?"
"Ih Nay, kok gue di bilang kutu sih? Bang Reza, cubitin nih pacar lu,"


Gue natap Reza, dia cuma senyum lihat kelakuan ajaib gue, Vino sama Tya.


"Gue berhasil lagi Nay. Berhasil bikin Reza ngakuin kalo die suka sama lu. Gue emang Mak Comblang keren :uhuk "
"Ape? Gue ngga salah denger?"
"Oh iya, surat lu udah tak kasih ke bang Reza? Gue bacain aja ya? Masih di kantongin tuh,"

Gue coba nyegah Vino, tapi gagal. Die pun berdiri kaya Sang Proklamator saat bacain Teks Proklamasi.

Assalamu'alaikum

Hai Vin, gue Nay. Lu tau kan siape gue? To the poin aje yeh. Gue tuh mau ngajakin lu ke prom di malem Valentine, lu mau ngga? Eh tapi, kayaknye ngga usah deh soalnye gue ngga punya gaun pesta. Tapi ye Vin, abang lu si Reza tuh kenape ya? Marah sama gue? Gue bingung deh. Emang tipe cewek abang lu kaya siape sih?

Wassalam

Nay Manis

Wah~ Gue malu gile :shy . Mana si Reza cuma senyum-senyum doang lagi.

"Nay, aku suka sama kamu. Ini valentine buat kamu dan juga selamat ulang tahun yah, semoga hari-harimu semakin indah terlebih sekarang aku ada disampingmu :luph " ucap Reza sambil megangin tangan gue

Ya Allah, rasanye gue meleleh denger ucapan Reza itu. Makasih Reza, Tya and Vino yang berhasil buat gue berbunge-bunge. Bagi gue ini adalah valentine sama ulang tahun terindah. Cinte, kadang dateng ngga pernah terduge. Cinta dateng seiring berjalannye waktu. Rasanye bintang malam pun iri sama keadaan gue ini. Terimakasih cinte :luph

The End~

Notes :
Alhamdulillah akhirnya selesai juga. Ngga nyangka ceritanya bakal sepanjang rel kereta api antara Jakarta dan Jepara :uhuk . Itu sudah mirip Betawi-Betawian belum yah? :smile . Maaf kalau ada kata-kata yang kurang mengena dengan bahasa Betawinya. Ampun deh buat nulis Betawi. Tapi aku tetep nekat aja buat pakai bahasa Betawi :uhuk . 


Selamat ulang tahun buat Adikku Nay Belo [Biar dia merasa lebih mudah :uhuk lagian tanggal lahirku juga sebelum si mbak satu ini :wek] yang ke 17 + :smile . Semoga usianya tambah barokah dan sukses selalu dalam menggapai apa yang Mbak Nay impikan. Biar kata kita belum pernah kopdar semoga itu ngga akan menjadi masalah yang berarti. Di tunggu novelnya yah? :uhuk

212



Kata seseorang, aku ini Gendeng gara-gara nulis FF ini :uhuk. Kalo di pikir-pikir ternyata ada benarnya juga :uhuk . Mungkin aku memang masih cucu cicitnya mbahnya saudaranya tetangganya kakak iparnya anak laki-lakinya Sinto Gendeng gurunya Wiro Sableng 212. Tapi, aku sama sekali tidak punya kapak 212 meskipun hari ini memang hari 212 :smile . 







Oh iya, saking sablengnya, aku juga ngirim e-mail yang ku tulis pada tanggal 8 Desember 2012 dan ku terima hari ini. Kata-kata di dalam surat itu, wakaka bikin ngakak. Ceritanya sih ingin nyontek kapsul waktunya Mbak Maya. Sayang belum ada orang yang mau diajak main begituan :uhuk . Jadilah aku main sendiri :smile







Thanks to My Bue, Bapak, Kakak, Mbakku, Mbak Mufa dan Mbak Nay yang besok ultah, Mbak Noorma, buat yang tadi sms juga buat semua orang yang koment di blognya Mimi dan buat Mimi yang udah rela nglembur bikin postingan ini. Untung tidak jadi Trio Aquarius Lupa Ultah :uhuk . Terimakasih untuk semua doanya. Doa yang indah dan selalu terselip ucapan semoga apa yang aku inginkan tercapai :hepi







Hah, rasanya baru kemarin tapi ternyata sudah lewat angka 20 :uhuk . Aku masih ingat saat berumur 4 tahun ketika adikki lahir. Masih ingat waktu TK waktu dapat sebatang kapur. Masih ingat waktu masuk SD dan lulus SD. Masuk MtsN terus nangis tiap hari sampai sesenggukan karena jauh dari rumah. Masih ingat masuk MAN dan betapa susahnya naik turun angkot, belajar naik motor. Masih ingat saat pertama kali pacaran sampai putus dan memutuskan untuk tidak pacaran :uhuk . Aku masih ingat saat pertama kali kerja, resign dan kembali kerja. Aku masih ingat...... Lalu apa yang tidak aku ingat??? Aku lupa rasanya jatuh cinta :luph







Ini bukan penambahan melainkan pengurangan. Pengurangan nafas untukku hidup. Entah sampai kapan aku masih bisa bernafas dan terus menulis seperti ini. Kita tak pernah tahu kapan kita mati. Yang ada, untuk detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini, tahun yang telah lalu dan tahun yang akan datang kita harus bersyukur dan terus menambah rasa syukur serta menambah ibadah.







Sendiri memang bukan hal yang mudah. Aku akan terus berjuang dan menunggu dia. Dia bukan seseorang yang sempurna melaikan seseorang yang berbeda yang membuat semuanya menjadi indah. Terimakasih teman-teman semua :smile

[BeraniCerita #2] Surat Merah Jambu

Hanya ingin berdiam di keheningan malam
Membayangkanmu di depanku, aura dirimu mempesonaku
Dan ku terdiam di keheningan malam
Ku ingin memastikan diri apakah ku telah jatuh hati

Kali ini aku akan menulis Surat Merah Jambu untuk pujaanku Dara. Dia pencuri hatiku. Aku menggoreskan kata demi kata untuknya. Dalam kertas berwarna merah jambu ku ungkapkan seluruh hatiku untuknya.


***

Aku melihatnya, ah dia duduk di bangku paling depan. Hatiku bergetar, dag dig dug, omg :omg . Aku melihatnya, dia tersenyum ke arahku. Suaranya, ah selalu terngiang di otakku. Sampai pelajaran selesai, aku pun masih tak mengerti. Yang tadi dibahas itu apa?

Jam sekolah telah usai. Aku duduk di bawah pohon beringin taman sekolah. Di pohon beringin inilah cintaku bersemi. Beringin ini saksi bisu ketika aku dan Dara sering duduk berdua disini. Sama-sama bercerita sama-sama berbagi. Seperti dugaanku dan memang biasa, dia datang. Ah uh auh uh, please Dara. Jangan mendekat. Kau buat hatiku melompat.


Kepadamu pencuri hati 
Yang tak ku sangka kan datang secepat ini
Padamu pencuri hati
Biarkan ini menjadi melodi cinta berdua


"Asep, ngapain disini?"
"Anuh, saya ..."
"Saya kenapa? Hayo kamu nunggu siapa?"
"Nuggu jemputan, heh,"
"Oh begitu,"
"Oh iya, ini..."


Aku mengulurkan surat itu. Dara menerimanya dengan malu-malu. Perlahan dia membuka dan membacanya dengan lirih.


Oh Bu Dara. Ibu adalah guru yang sangat mempesona. Ibu guru baik sekali. Seperti sebuah jambu merah yang sangat manis. Jambu merah di kebun belakang rumah Asep banyak banget lho Bu. Ibu mau tidak? Satu kilonya cuma 15 ribu Bu. Suer manis banget kaya Ibu Guru

Salam Manis Jambu Merah

Asep


"Hem, boleh deh Sep. Besok satu kilo ya,"
"Hah, beneran Bu? Asik.... Kalau begitu Asep langsung pulang mau manjat jambunya. Makasih ya Bu Guru,"

Aku berlari senang bukan kepalang. Pelangganku nambah satu :uhuk . Besok aku mau buat surat Merah Jambu lagi ah. Hem, targetnya siapa yah? :uhuk


"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma"

Thanks to : Pencuri Hati - Gissel