Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Jendela Rumah Jiah Pindah Alamat

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Judulnya kok nggak banget ya? Ho iya, kepanjangan, hehehe. Pernah lihat Jendela Rumah Jiah yang lama? Susah komen? Template pasaran? Itu dulu. Sekarang mah cantik, kaya yang punya, hehehe.
Jadi, blog buku saya sekarang pindah ke blogspot. Dulu di Mywapblog dan yang di sana sudah saya non aktifkan. Kenapa pindah? Alasannya supaya yang mau komen gampang dan saya sendiri tidak keteteran kalau mau blog walking. Saya baru sadar, punya blog banyak, beda tempat pembuatan itu makan hati. Lari ke blogspot lah, Wordpress, Mywapblog, cantik guling-guling. Sekarang mah enak. Walaupun ngereview masih jarang, tapi kan dikenal orang, ehehe.

Dari kecil, saya memang sudah suka buku. Punya buku sendiri? Nggak juga. Bapak nggak pernah beliin buku cerita. Seringnya dulu pinjam di Perpustakaan sekolah. Jujur, paling suka buku cerita daripada buku pelajaran. Pinjam pun kalau betulan kepepet karena ada tugas, hahahay.
Waktu MTsN, saya mulai rajin ke Perpus itu kelas VIII. Secara letaknya di depan kelas. Bacanya? Tetep buku cerita. Waktu itu yang paling banyak sastra lama, model Siti Nurbaya, seangkatan HAMKA gitu deh. Novel terbaru? Nggak ada!!! Itu novel sastra saja kalau kovernya masih bagus, baru, disimpan di Multimedia. Padahal, nongkrong di Multimedia itu harom. Kita hanya bisa ke sana kalau pelajaran. Alhamdulillah selama MTsN, saya berhasil menghabiskan beberapa kartu perpus dan dikenal penjaga perpus. Bangga? Tidak!!! Wong sayanya lupa buku apa yang pernah dibaca.
Masuk MAN, saya masih doyan nongkrong di perpus. Bacanya? Waktu itu agak meningkat. Saya sudah mau baca nonfiksi, buku motivasi gitu. Baca ceritanya? Tetep masih jadi prioritas, haha. Kalau lagi bosan dengerin pelajaran, ya diem-diem baca novel yang ditaruh di laci. Ketahuan? Alhamdulillah sekarang ini baru saya bongkar #SungkemPakBuGuru. Walaupun perpustakaan lumayan jauh dari kelas, saya rela jalan ke sana. Enaknya kalau telat masuk, nggak dapat omelan karena di tangan ada buku pinjaman. Selama di MAN ini, dua kali penghargaan diadakan, dua kali juga saya menyabet sebagai salah satu peminjam terbanyak. Hapat hadiah? Ho oh, buku juga.
Setelah lulus, saya kerja. Karena punya buku cuma 1-2 biji, sayanya jarang sekali baca. Sampai akhirnya saya ngeblog, ikutan GA dan dapat hadiah buku. Seneng? Banget!!! Waktu itu tahun 2011. Pertama kali ikut GA, kenal orang, pertama kali nerima paketan, hahaha. Yang ngasih namanya Mas Amri, blognya Man and The Moon. Sayang beliaunya hiatus lamaaaa.
Gara-gara ngeblog inilah buku saya jadi banyak. Hasil mengais dari GA tentunya. Bukunya macem-macem. Novel, fiksi, nonfiksi, cerita anak, motivasi, komik, banyak lah jenisnya. Mau nggak mau saya jadi tergerak untuk membaca lagi. Sayangnya, sampai hari ini belum kelar-kelar habisin semua buku. Gilanya, kalau ada pameran buku, diskonan, saya kepincut, beli satu dua biji. Untuk e-book, kadang saya baca juga. Tapi porsinya sangat sedikit. Saya lebih nyaman baca buku di tangan sih. Natap layar untuk baca itu kadang cape.
Dulu waktu saya masih suka ke perpus daerah, saya juga pinjam buku di sana. Kadang suka kalap mau pinjam banyak. Sayang, pinjaman dibatasi 2 picis untuk dua minggu. Sekarang karena kerja, saya tidak bisa ke sana. Padahal kartu anggotanya baru diperbarui beberapa bulan yang lalu.
Ji, ngapain kamu koar-koar di sini? Kenapa nggak langsung di Jendela Rumah Jiah?
Jendela Rumah Jiah tuh khusus bahas buku. Kalau curhat kaya gini, bisa kena semprit saya. Tuuu di pojokan blog saya anggota apa, BBI!!! #Gaya. Jadi, kalau mau tahu buku apa saja yang saya baca, silakan tengok ke sana. Syukur-syukur ninggalin komentar. Kalau mau, follow blognya, hihihi.
Baca buku itu habisin waktu. Nggak ada kerjaan yang lain, Ji?
Baca emang habisin banyak waktu sih. Halah! Situ baca status facebook, twitter, kan juga habisin waktu. Lha kok tiap saat masih dilakuin? Manfaatnya apa coba?
Kalau saya baca dan review karena nambah pengetahuan. Wujud terima kasih karena dikasih buku sama orang. Pengingat karya orang. Dan yang terakhir untuk catatan pribadi saat saya punya perpustakaan nanti.
Waktu dulu saya nulis Jendela Rumah Jiah lama, saya bilang ingin punya perpustakaan pribadi. Dan di tulisan ini, Jendela Rumah Jiah PindahAlamat, saya ingin punya Taman Baca, bukan untuk saya, tapi untuk orang lain. Mau tahu latar belakang dari cita-cita saya punya Taman Baca? Tunggu di post saya selanjutnya.

Sampai jumpa!!!


SanWa Comeback Giveaway

Kacamata

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Saya bukan pengguna kacamata, tapi saya suka orang berkacamata. Saya masih menganggap bahwa mereka yang pakai kacamata itu terlihat pintar. Saya ingin sekali berkacamata, tapi mata saya alhamdulillah normal. Kalau saya pakai kacamata, hidung saya yang mancung ke dalam ini nggak kelihatan. Soalnya muka saya mini banget.

Ngomongin kacamata, saya punya cerita absurd dengan teman sekamar jaman sekolah. Mereka cerita tentang kacamata yang berharga murah. Asyik banget pokoknya. Sayanya yang baru datang kepo dong dengan rumpian mereka. Sok tahu saya nyambungin bahwa Kakak laki-laki saya baru beli kacamata. Kacamata plastik, tanpa lensa yang murah.

Mereka kemudian syok. Nanyain betulan si Kakak beli kacamata?

Saya angguk-angguk betulin. Mereka ketawa. Sayanya bego sendiri. Ternyata kacamata yang mereka bicarakan itu kacamata buat dada wanita. Yaelah. Sesama wanita saja bicara pake kode. Eh, apa waktu itu sayanya yang terlalu serius ya? Entahlah!

Kemarin juga ada tetangga yang nyari si Bos. Dia pakai kacamata dan nanya apa saya ini istrinya si Bos? Saya nanya balik dia, "Kamu nggak tahu saya, Mbak?" Bukan sok, tapi dia itu Kakak kelas saya. Sampai pulang, dia masih pakai bahasa halus sama saya. Saya sedih. Punya mata, tapi kenapa tak melihat?

Padahal, ada lho downline jualan pulsa di konter yang tunanetra. Sepasang suami istri tunanetra jualan pulsa, pakai HP biasa. Serius, saya nggak bohong!!! Kalau pagi-sore mereka jalan sendiri, tidak pakai tongkat. Nyebrang jalan saja sendiri. Saya sampai bengong lihat mereka. Mereka usaha sendiri, tanpa meminta pada orang lain. Terus kita yang punya segalanya, kenapa masih saja meminta?

Saya kurang tahu bagaimana mereka bisa melayani pembeli tanpa melihat. Dan itulah kuasa Tuhan. Memberi kekurangan dan ditutup dengan kelebihan yang lain. Oh ya, mereka punya anak yang semuanya normal. Si anak gadis yang sering bantu jalan ke konter kalau malam.

Harusnya saya lebih bersyukur karena punya mata normal, bisa melihat. Harusnya saya menjaganya, bukan mendukung untuk melihat hal-hal yang tidak pantas. Tapi, sayanya masih susah ninggalin baca sambil tiduran. Ini berat!!!

Ya sudahlah! Happy Blogging!!!