Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Dukamu, Duka Kita Bersama

Bismillaahirrahmaanrrahiim....

Indonesia berduka. Dukamu, duka kita bersama!

Beberapa waktu lalu Lombok dan sekitarnya diguncang gempa. Dan pada 28 September, gempa 7,4 dan tsunami mengguncang Palu, Sigi dan Donggala. Saya tak habis pikir, kenapa bencana dikaitkan dengan politik atau laknat Tuhan? Kalian sehat sehingga menyebar berita meresahkan?

Saya teringat pelajaran Geografi, ilmu tentang bumi, mempelajari bumi. Kalau tidak lupa, letak Indonesia memang ada di ring of fire, jalur yang melewati lempengan-lempengan bumi. Ada gunung api di dasar laut, palung, dan banyak hal di laut kita, Indonesia. Gunung-gunung berapi yang masih aktif yang justru baik jika mereka erupsi tiap tahun daripada berdiam lalu sekali erupsi dengan ledakan yang begitu besar. Itulah makanya di Indonesia sering terjadi gempa vulkanik maupun tektonik.


Saya tidak tahu apa sekarang di sekolah anak-anak masih mempelajari geografi. Ya karena kita harus tahu di mana kita berada dan bagaimana harus bersiap menghadapi segala situasi.

Di Jepang sendiri keadaan alamnya tidak jauh dari Indonesia. Gempa terjadi di beberapa daerah kita seperti Malang, Sidoarjo, Banten, sesekali bahkan di Jepara juga pernah. Di Jepang sana mungkin bisa setiap bulan ada. Lalu apa mereka berbondong untuk mengungsi?

Tidak, mereka tak bisa melawan alam, tapi mereka mengusahakan untuk berdamai dengan alam seperti membuat bangunan yang tahan gempa dan bahkan membuat jalur evakuasi. Jepang dikatakan negara yang paling siap menghadapi gempa dan tsunami. Saya harap kita bisa belajar dari ini. Bukan sibuk mengoreksi tanpa ada aksi.

Dukamu, Duka Kita Bersama. Selayaknya kita berempati, mengirim doa, mengirim apa yang kita punya untuk membantu mereka saudara-saudara kita.

Dari Jepara kita bisa lewat PMI Jepara. Untuk membantu penyintas bencana di Sulawesi Tengah, Warung Blogger juga bekerja sama dengan Komunitas TwiVers buka wadah donasi yang hasilnya akan disalurkan ke Kabupaten Sigi & sekitarnya.


Nantinya dana yang terkumpul akan dikelola oleh Mbak Nurlaela, Mas Neni Muhidin dan kawan-kawan dari Posko Relawan Data dan Informasi. Posko ini terdiri dari para relawan gabungan dari organisasi Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) Sulawesi Tengah dan Komunitas NemuBuku (komunitas pegiat literasi di Palu).

Donasi dapat Webers transferkan ke rekening BCA 1761407584 A.n Evi Sri Rezeki. Bagi warga WB yang telah mentransfer bantuannya, silakan konfirmasi dengan format:

Nama:
Jumlah bantuan:
Nomor rekening:
Nama pemilik rekening:

Ke nomor WA 0895343517374

Semangat untuk Palu, Sigi dan Donggala!


Cerita dari mereka membuat saya merinding sekaligus terharu. Betapa lapang hati dan jiwa mereka bahkan saat dekat dengan kematian.


Anthonius Gunawan Agung, pengatur lalu lintas udara (ATC) Airnav meninggal setelah melompat dari menara yang ambruk. Dia memastikan pesawat Batik Air tinggal landas dengan sempurna saat gempa. Almarhum mengorbankan diri dan menyelamatkan ratusan orang.

Izrael, anak laki-laki berusia 6 tahun selamat dan dia tetap memberikan semangat kita untuk terus belajar setelah bertemu Pak Jokowi. Saya ingat Ayahnya sempat diwawancarai saat live Hitam Putih sebelum kemunculan Izrael. Beliau bercerita bahwa mereka sekeluarga ada di Pantai Talise. Setelah gempa, tak berselang lama tsunami datang. Ayahnya memeluk anak kembarnya, Izrael dan Kim dan tergulung ombak. Sayangnya, Ibu Izrael tidak bisa selamat.


"Tadi mamaku sudah mati, jadi saya tidak boleh nangis. Jadi naik pesawat sudah tidak bisa lagi liat mama, mama sudah ada di atas gunung sekali. Mama sudah ada di sorga, tapi saya tidak boleh nangis. Saya harus berani. Saya harus belajar, membaca karena mamaku suka sekali. Kalau saya menangis, nanti mamaku nangis juga." Izrael 6 tahun

Masih banyak kisah keajaiban mereka yang selamat dari gempa. Tuhan memberi mereka keselamatan dan kesempatan untuk hidup lebih baik. Kita juga harus belajar dari mereka.

Informasi tentang persiapan dan siaga bencana sudah banyak bermunculan. Selain perbekalan, kita juga harus menyiapkan mental dan keagamaan. Dan saya pun juga menyampaikan itu kepada Sinta, keponakan saya yang berusia 6 tahun.


"Nduk, kita harus siap jika ada gempa. Jepara juga pernah terjadi gempa." 

Aslinya ini untuk menguatkan diri sendiri karena Jepara juga dekat dengan pantai.

"Kapan gempanya?"

"Tidak tahu, makanya kita harus bersiap. Mereka datang kapan saja, bisa pagi, sore bahkan malam. Terserah Allah."

"Lombok gempanya pagi,"

"Iya," (Waktu itu habis ada berita gempa lagi di Lombok)

"Nanti kalau ada gempa, jika bisa lari ke luar ya kita keluar. Jika tidak bisa karena kita ada di ketinggian atau lantai tinggi, kita cari perlindungan, misalnya di bawah meja,"

"Mbak lari juga?"

"Iya,"

"Tunggu aku, kita lari sama-sama."

"Kalau Mbak enggak ada, kamu harus siap lari sendiri. Tenang kan diri!"

"Mbak ke mana? Tidur? Jangan tidur terus! Kerjaanmu tidur. Nanti kalau ada gempa, Mbak kubangunin dan kita lari,"

Anak ini mulai ngedrama.

"Ah iya, nanti kalau ada tsunami jangan panik. Tenang dan gapai benda yang bisa terapung,"

"Balon bisa terbang!

"Enggak ada balon, Sayang!" (Kebanyakan nonton Up, Rumah Terbang)

"Kita bisa nyimpen, lalu ditiup dan terbang!"

Ya saya nyerah dengan khayalannya! Saya berharap pemerintah akan mengadakan simulasi gempa di tiap daerah bahkan desa. Mari kita berdoa untuk kebaikan bersama, amin!

31 comments

bundayati.com said...

First visitor, Jiah. Bunda speechless tulisan Jiah berbobot banget, bagus. Bunda salut.


lianny hendrawati said...

Simulasi gempa memang perlu diadakan ya, di daerah2, di sekolah2 juga.
Duh jadi mewek baca kata2 Izrael. Semoga saudara2 kita korban gempa selalu diberi kekuatan dan cepat pulih kembali.

Ainhy Edelweiss said...

Bener tuh mba gak seharusnya gempa di Palu dikait-kaitkan dgn ama ibadah seseorang sama saja memberi luka di atas luka. Btw sy dr Sulawesi trimakasih mba sudah melakukan penggalangan dana :)

Rani Yulianty said...

Aku suka sedih kalau ada musibah dikaitkan dengan politik, pemerintah, bahkan kemaksiatan, seringkali kotbah di masjid mencontohkan musibah karena katanya masyarakatnya maksiat, ya Allah, sedh banget dengarnya

Ira Hamid said...

semoga kita semua selalu dilindungi olehNya yaa, Ji. jujur aja gempa dan tsunami di Palu ini membuat saya parno karena rumah mertua itu dekat banget sama laut, huhuhu :(

Inda Chakim said...

Semoga lombok, dan sulteng bs segera pulih. Aamiin. Dan kita semakin sadar dan belajar bgmna tinggal di negeri cincin api.

Zilqiah Angraini said...

aku sedih banget liat video satelit itu terenyuh banget aku sampe susah senyum dalam 3 hari saat bencana itu datang,, belum lagi mewek pas dengar cerita teman2 berusaha menyelamatkan diri dan kesaksian teman yang kehilangan anggota keluarganya.
tp aku terhibur sama dialognya mbak hehehe ,, baloon untuk terbangin rumah hihi

Rizka Edmanda said...

membaca tulisan ini saya jadi flashback kembali ke hari dimana gempa palu donggala sigi terjadi rasanya hati saya ikutan hancur walaupun saya tinggal jauh dari sulawesi

Yoanna Fayza said...

Indonesia memang sudah darurat simulasi bencana, terutama di sekolah2. Masih jarang banget ada pelatihan yg serius, biasanya cuma sekedar dinasehati guru :(

Mechta said...

Semoga Allah melindungi kita semua.. Aamiin..
Pernah merasakan gempa kecil..duh, rasanya sudah tak karuan..tak bisa bayangkan kejadian yg menimpa saudara2 kita di sana.. Semoga Allah kuatkan mereka. Aamiin..

Echi Mustika said...

Sayangnya anak SD sekarang tidak belajar ips atau ipa, aku suka buka-buka google kalo Jakarta mempunyai potensi gempa yang lebih besar, semoga Indonesia dengan ini akan selalu bersatu bahu membahu

Rach Alida Bahaweres said...

Saat tahu kejadian ini. Aku sedih banget, mba, Terguncang. Apalagi lima temanku yang bertugas di Palu sempat hilang kabar lebih dari 3 hari. Satu sisi kami harus tetap suplay berita gempa. Sedih lihat korban jiwa semakin bertambah ya mba

Jiah Al Jafara said...

Makasih Bunda

Jiah Al Jafara said...

Ini bantu nyebar aja Mbak. Teman2 yg galang

Rosanna Simanjuntak said...

Setuju.

Chile dan Jepang termasuk salah satu negara yang berhasil melakukan mitigasi.
Sudah selayaknya kita, Indonesia banyak belajar dari kedua negara terutama untuk menekan jumlah korban jiwa.

Gencara melakukan simulasi gempa dan tsunami adalah salah satu di antaranya plus, sistem peringatan dini dan kontruksi yang kuat.

Gempa dan tsunami Illapel 2015 di Chile menjadi bukti bahwa besaran skala gempa tidak selalu berbading lurus dengan besaran jumlah korban.

Masyarakat yang terlatih, siaga, mampu melakukan evakuasi, kuatnya konstruksi bangunan dan mumpuninya sistem peringatan dini bisa mengurangi resiko bencana.


Indah Nuria Savitri said...

Memang perlu lebih banyak upaya peningkatan kesadaran dan kesiapan bencana ya mba. Ini penting untuk kurangi jumlah korban

Juli said...

Aku mau nangis kalo inget ini, apalagi Izrael. Kebayang anakku... :(

Eni Martini said...

Sulit membayangkan duka mereka, bahkan jika dihayati...kita pun sulit terpejam. Perih pasti..Ya Allah ringankan derita mereka, aamiin

lendyagasshi said...

Lalu warga Bandung pada ketakutan setelah gempa Palu, Jia...
Karena berita yang disebar berikutnya yang mengalami gempa adalah Jawa Barat, terutama Bandung bagian Timur.

Sesungguhnya,
hanya Allah sebaik-baik tempat berlindung.

Diah Alsa said...

Waah, benar tuh Ji, harusnya sekarang Pemerintah menyiapkan warganya utk segala kemungkinan besar yah, gempa salah satunya, makanya harus ada simulasi bencana. Biar orang semua tahu dan bertindak seperti apa ketika bencana itu datang. Tidak panik.

Siti hairul said...

Anak2ku tak ajarin nih simulasi gempa, oia di taman pintar jogja ada jg lo simulasi gempa

Rahmah said...

Ponakanku ada yang trauma sejak gempa Palu. Sekarang lagi berobat/terapi di Makassar.

Ima Satrianto | www.tamasyaku.com said...

Semoga mereka yg terdampak bencana segera bisa pulih dan kembali membangun kotanya. Aamiinn.

Dewi Sulistiawaty said...

Semoga Palu dan Donggala kembali pulih ya. Dan semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Amiin

Eka Mustika Sari said...

Aku cuma diceritain tentang Anthonius Gunawan Agung, pengatur lalu lintas udara (ATC). Baru ini liat orangnya.
Iyah kita nemang butuh banget edukasi gempa dan bencana ya mba karena negara kita banyak titik gempanya

Lidya said...

Anak-anak harusnya di sekolah memang diberikan simulasi gempa ya buat jaga2 aja

Heni Puspita said...

Pasca gempa Lombok ada gempa & tsunami di Palu. Luar biasanya org2 dari Lombok ada yang ikut jadi relawan meski daerah mrkpun msh pemulihan. Sy jg sedang buat photo project, insyaa Allah hasilnya ada yang disalurkan untuk korban gempa n tsunami

Leyla Hana said...

Mau ngungsi jg bingung ya ke mana. Kalau Allah sudah berkehendak, di tempat tidur pun bisa mati.

Tuty Queen said...

Semoga saudara-saudara kita di Palu dan Donggala diberi kekuatan dan semoga kota Palu Donggala segera pulih.

Dian farida ismyama said...

Hiks sedih ngeliat Izrael. Kayak simulasi gempa dan tsunami harus terus diadakan biar pada ga bingung ketika terjadi

Samaranji said...

Ya Allah... Semoga cepat pulih.