Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label Sahabat. Show all posts
Showing posts with label Sahabat. Show all posts

Di Mana Sahabatku?

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Rasanya kehilangan itu, pasti sedih. Tapi, saya selalu percaya ketika kita kehilangan sesuatu, Allah pasti menggantinya dengan yang lebih baik.
Bertahun-tahun yang lalu, saya kehilangan seorang sahabat. Dia teman semasa kecil. Kami lahir di bulan dan tahun yang sama dan hanya selisih satu hari. Ya, saya lebih tua darinya. Kami satu sekolah, sama-sama main dan kami rival. Dia juara, dan saya berada dibelakangnya. kami berkejaran dalam banyak hal. Entah mengapa, kami seolah dituntut untuk jadi bintang. Tapi, kami ini sahabat.

Jaga Lilin

Malam 12 September 2013, aku sempat berubah ketika menjaga lilin :uhuk . Sebelumnya, si Phi, junior sekaligus teman tidurku, ku ajak muter-muter desa sambil beli sesuatu yang dia suka. Dari jam sembilan malam sudah siap-siap buat tidur dulu baru bangun jam 00.00 . Nyatanya apa yang terjadi? Aku sibuk #Ngok balesin mentionan para peserta HeartChime: GIVEAWAY DIBUKA!!! Dung tak dung tak jes!. SMS an juga sama yang punya hajat laporin tuh peserta. Sambil belajar jarimatika sama dengerin cerita si Phi. Lengkap sudah sampai jam sebelas malam lebih. Masang alarm dan tidur :smile .


Pukul 23.55 aku bangun gara-gara alarm. Tengok sebelah, ternyata dia masih tidur. Wes, ambil lilin siap berubah :etc . Aku berjalan ke dapur untuk ngidupin lilin. Maklum, ngga punya korek api :uhuk . Lilin menyala, horeee :hepi . Balik ke kamar, bangunin si Phi. 


Phi, bangun lu. Giliran jaga, hahaha :uhuk

Benarkah aku beruba? :smile


Yap. Aku bangunin si Phi sekitar jam dua belas malam. Nih tiup lilinnya, dan berubah!!! :uhuk . Phi masih setengah sadar, bangun, duduk dan make a wish baru tiup lilik :uhuk . Setelah prosesi selesai, dia bilang aku so sweet :luph . Phi, salah satu korban gombal gembelku senyam senyum ngga jelas :uhuk .


Yaaa, beberapa waktu ini aku berubah menjadi sosok yang romantis, hobi ngegombal gembel. Tapi ini hanya berlaku untuk perempuan saja :uhuk . Maaf bagi yang mendadak pingsan karena gombalanku hahah :uhuk .

Romantis itu ketika kita tidak sejalan, berbeda arah, berdebat hebat, tapi akhirnya menemukan satu titik yang disebut Cinta :uhuk

Siapa Sahabatku?

Sahabat? Siapa sahabatku? Kata orang, sahabat adalah seseorang yang bisa diajak berbagi suka dan duka. Ketika definisi itu yang menjadi patokan, aku fikir sepertinya aku tidak punya sahabat. Mengerikan sekali bukan? Ya, rasanya tak pantas saja jika aku membagi dukaku pada orang lain. Yang aku mau, mereka selalu melihat senyum dalam diriku. Bukankah rasa itu menular? Dan jika aku bahagia, maka setiap yang melihatku juga ikut bahagia.


Saat kecil, aku punya seseorang yang ku anggap sebagai sahabat  Meskipun kami adalah rival, tapi kami tetap bermain bersama. Sampai suatu ketika, aku mau saja saat dia menyuruhku untuk menjatuhkan sepeda seseorang yang terparkir disamping sekolah. Akhirnya, si pemilik sepeda menegurku. Dengan jujur, aku bilang temanku yang menyuruhku. Aku kira masalah akan selesai jika kami bisa menghadapinya bersama. Tapi nyatanya, dia meninggalkanku, dia tak mau mengaku. Aku tersedu, mengangis, aku benci. Cerita pahit kelas 3 SD masih saja membekas dalam rongga fikiranku. Inikah yang disebut sahabat?


Waktu kian berlalu. Aku masih tak menemukan sosok sahabat baru. Rasanya tak percaya saja menumpahkan masalahku pada orang lain. Banyak yang datang silih berganti. Tapi toh semuanya tak pernah tahan bersamaku. Mungkin aku sendiri yang terlalu sulit membuka pagar di hati.


Sebenarnya banyak juga juga yang mau menumpahkan masalahnya padaku. Aku hanya berusaha menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Aku berusaha memberi masukan yang baik untuk mereka. Mungkin mereka menganggapku sahabat, lalu aku? Ya, aku juga ingin mendapat pengakuan yang sama.


Aku bukanlah sosok sahabat idaman. Harusnya mungkin aku bisa mendukung sahabatku saat ada masalah. tapi yang terjadi justru sebaliknya, aku menolaknya mentah-mentah. Aku tidak sering patah hati, tapi aku tau gelagat orang jatuh cinta. Ketika sahabatku terbuai akan cinta dan hampir saja kehilangan bibirnya, reaksiku adalah ilfeel berat dengan pacarnya. Sebagai orang desa yang beradap, pacarnya itu sudah terlewat batas. Baru juga pacar, kok sudah berani bergerilya kemana-mana? Tapi tetap saja sahabatku itu kekeuh tidak memutuskan pacarnya. Aku sadar, itu haknya bukan hakku.


Ah sahabat, siapa sebenarnya dirimu?


Setelah bergelut di dunia maya, aku baru mengerti. Ada kalanya kita punya sahabat yang dekat tapi jauh. Yah, mereka sahabat dunia mayaku. Tak perlu aku berbagi duka pada mereka, yang aku ingin hanya tertawa bahagia. Kita saling berdiskusi tentang banyak hal dalam kehidupan dunia nyata. Tapi toh bukan berarti sahabat nyata itu tidak penting.


Jika pun ada yang bertanya tentang siapa sahabatku yang lebih real. Mungkin aku akan menjawab buku dan rasa sepiku yang selalu menemaniku kapan pun aku mau.

Khairul Ashabi Man Yadulluka 'Alal Khair - Teman yang baik adalah yang menunjukkan kepada kebaikan.

Source
 “Tulisan ini diikut sertakan dalam GA 'Siapa Sahabatmu?'”

Happy to Marry, My Bestfriend

Kamu kok nikah sih? Emang sudah bisa masak enak? Terakhir masak denganku saja rasanya masih kacau. Sekarang kamu sudah rajin bersolek? Dulu kan kamu males setengah mati untuk bedakan. Emang ngajimu sudah hatam? Sudah tahu adab di dalam pernikahan? Buku apa yang kamu baca? Bukuku tentang panduan untuk suami istri saja baru beberapa halaman yang kubaca. Kok kamu duluin aku sih?


Aduh Sob, maafin aku yah. Sudah nulis bagian ngaco diatas. Jujur setelah nerima SMS tentang kabar pernikahanmu aku jadi banyak mikir. Kemarin baru saja aku ijin pulang, sedangkan hari H mu bukan hari libur. Lalu, bisakah aku hadir di pernikahanmu? Walau bagaimana pun kamu itu salah satu sahabat terbaikku. What should i do?


Ingat pertama kali kita bertemu? Ah tentu saja aku lupa, maafkan. Dulu aku pikir kamu sama Rika itu kembar, habis muka kalian mirip banget. Sampai akhirnya aku tahu bahwa Rika itu keponakanmu. Aku hanya berfikir, kok bisa tante sama keponakan seusia? Hah hari gini, apa sih yang ngga bisa? Mungkin kita lebih intens bertemu saat ECC - English Conversation Club - salah satu ekskul baru di MAN. yah, aku dan kamu bertemu disana.


Asal kamu tahu ya Sob, Bu Umaroh pernah ngirain aku itu kamu. Emang muka kita mirip yah? Aku rasa iya sih. Kalau kamu pengen tahu kejadian itu. Hem, posisiku di kantor guru sedang ngafalin sejarah manusia purba pas kelas X. Itu lho yang Pitecantropus erectus dan kawanannya. Aneh juga, but whatever lah.


Tiga tahun kita ngga pernah satu kelas. Kok akhirnya kita bisa jadi sahabat ya? Kalau saja aku masuk kelas Bahasa, apa kamu ngga mau masuk kelas IPA? Takut saingan denganku? Ampunnn. Tapi aku ingat betul, dulu kamu penasaran denganku kan? Ingat ngga kamu pernah bilang itu? Iya, kamu penasaran dengan seseorang yang namanya terpampang di papan pengumuman sekolah. Mungkin aku salah satu murid yang kena garis merah.


Kita berbeda, tapi kita sama. meskipun diending MAN aku tertinggal jauh. Kamu ranking 1 di progam kelas Bahasa. Aku? Apa kamu lihat aku sepenggung denganmu? Tentu saja ngga. Ranking hanya sebuah penjara. Bukankah aku terus buta dengan keadaannya? Diending, aku belajar bahwa ranking bukanlah segalanya. Yang penting adalah bagaimana kita mengaplikasikan semua pelajaran dikehidupan nyata.


Hei, kita lulus kan? Iya. Selanjutnya persahabatan itu muncul. Kita yang senasib karena sama-sama belum melanjutkan kuliyah. Intensitas SMS mau pun telfon menjadikan kita semakin dekat. Aku fikir, kamu adalah satu-satunya orang yang ngga pernah marah padaku atau sebaliknya. Ngga ada rasa iri yang muncul ketika salah satu diantara kita mendapat sesuatu yang baru. Kamu, satu-satunya teman diskusi yang sepadan dengan fikiranku. Tak pernah ngotot untuk memperdebatkan perbedaan. Justru perbedaan itulah yang menjadikan kita saling mengerti satu sama lain.


Ah, kamu! Harus bagaimana lagi aku mengingat tentangmu?


Sob, aku ingin menangis. Bukan menangis sedih tapi menangis bahagia. Satu tahun terakhir ini kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Aku pindah kerja, jarang main ke rumahmu. SMS pun satu dua kali karena pada malam hari kita terlalu letih untuk bercerita. Lebaran kemarin saja aku gagal bertemu dengamu. Lalu SMS pernikahanmu datang mengagetkanku. Itu kejam Sob. Harusnya aku ikut menjadi seseorang yang mendapat cerita ketika kamu memilih pria itu. Lalu kemana saja aku?


Kita sering berdiskusi tentang arti sebuah pernikahan. Kita sering  berbagi tentang siapa laki-laki yang menjadi sejarah kecil dalam kehidupan kita. Ah pernikahan itu, cepat sekali kamu menemukan pemilik tulang rusukmu? Bagaimana denganku? Dia masih menyembunyikan jati dirinya. Mungkin dia akan datang menjadi seseorang yang membantu perealisasian 'Taman Bacaku' nanti. Semoga saja.

Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan Illahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah

Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang
Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini


*Edcoustic - Sebiru Hari Ini


Selamat jalan untuk menempuh hari baru sahabatku. Hari baru dengan kekasih halalmu. Maaf aku ngga bisa ngasih apa-apa untukmu. Bagaimana pun kita harus berterimakasih kepada Ibu Sofiyah dan Roudhotul Muta'allimin. Bukankah kita juga lebih dekat karena keberadaannya? Aku turut berbahagia untukmu, sahabatku. Happy to marry, my bestfriend.


Gambar editan sendiri dari
ini & ini

Source
 “Tulisan ini diikut sertakan dalam GA 'Siapa Sahabatmu?'”