![]() |
Credit |
"Kereta kuda hanya untuk para ratu dan penyihir."
"Memangnya apa yang akan kamu lakukan jika aku menginginkannya?" kata Shioban sambil mendelik ke arah jin penjaga.
"Kamu bukan ratu, apalagi penyihir."
"Tapi, sekarang ini aku ratumu, jadi kamu harus menuruti semua perintahku."
"Aladin tidak pernah meminta kereta kuda. Dia senang sekali saat menggunakan karpet terbang.”
“Turuti perintahku atau,”
“Atau apa?”
“Aku akan memasukkanmu ke dalam kendi lagi, lalu menguburkannya di dalam lubang yang sangat dalam!”
“Hah! Jangan Ratu Shioban.”
Shioban tertawa. Akhirnya dia bisa menakhlukkan jin kendi yang baru ditemukan dekat sumur tua yang ada di belakang rumahnya.
***
“Ayo jalan!”
“Kemana Ratu?”
“Kepesta kerajaan dong Jin. Malam ini aku akan jadi Shioban si Ciderella dengan kereta kuda!”
“Ingat, jam dua belas malam Ratu harus pulang!”
“Hei, kenapa? Bukankah Ciderella bisa pulang pagi?”
“Ingat janjimu Ratu!”
***
Shioban duduk sendiri di kereta kudanya. Dia masih mengingat pesta dansa semalam bersama pangeran. Seperti cerita yang sudah-sudah, saat jam dua belas malam, Cinderella berlari dari pangeran. Sayang, sepatu kaca yang dia kenakan lupa untuk dilepaskan.
“Hai Shioban, melamun saja! Tumben benar hari minggu ini mau ikut, biasanya juga memilih tidur dan malas-malasan di rumah,” goda Shiomay kakaknya.
Ayah yang melihat kedua anak gadisnya hanya tersenyum penuh rahasia.
“Sudahlah, Ayah ayo let’s go!” seru Shioban sambil melirik kendi disampinya.
Pada hari minggu ku turut ayah ke kota
Naik delman istimewa ku duduk di muka
Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk
Tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak suara s’patu kuda
Monday Flashfiction