Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Untuk Nama yang [Tak] Kusebut dalam Doa

Bismillaahirrahmaanirrahiim....


Dear Zaujy


Hai kau di sana, apa kabar? Aku di sini baik-baik saja. Ada yang berbeda? Kau tahu, ini memang sedikit berbeda Zaujy. Kau masih ingat surat awal tahun 2014 yang kutulis untukmu di diaryku? Tentang keinginanku menuliskan surat untukmu di blogku. Kalau boleh jujur, sebenarnya sudah lama aku ingin menulis khusus tentangmu. Tapi, rasanya lebih baik aku menulis suratku untukmu di diaryku :smile .


Dan kenapa kali ini aku menulis di sini? Aku pikir, tidak ada salahnya sekali lagi aku menulis ini secara publik. Siapa tahu kau membacanya sehingga dengan segera bisa menemuiku.


Kau ingat kapan aku mulai memanggilmu Zaujy? Awal tahun 2011, aku menyebutmu Zaujy yang artinya suamiku. Aku memulai semuanya, memulai untuk mencintaimu, hanya membuka hati untukmu. Entah sudah berapa surat yang kutulis untuk mendekatkan diri denganmu. Dan walaupun sampai sekarang kita belum bertemu, aku tetap akan menulis surat untukmu sampai kapan pun.


Kemarin aku berhayal tentangmu. Ah! Aku memang terlalu sering berhayal bertemu denganmu. Tapi aku percaya, pertemuan kita nanti akan jauh lebih indah dan tak terduga. 


Aku berhayal tentang pernikahan kita. Setelah kau mengijabqobulku, malam pertama kita menjadi suami istri kau memberiku sebuah kado buku. Kau bilang, salah satu tulisan didalamnya membuatmu terkesan. Aku membukanya dan menemukan buku berjudul Benang Merah. Dengan polosnya aku bertanya, tulisan mana yang kamu suka? Kau menunjuk tulisan berjudul Dear Zauji. Aku tertawa, tapi kau tak mengerti. Hei! Itu suratku untukumu. Lalu kita sama-sama tertawa karena kau memang tak tahu nama penaku.


Kau tahu, Allah memang mentakdirkan setiap sesuatu secara berpasang-pasang. Lalu kenapa sampai hari ini kita belum bertemu juga? Apa ada yang salah? Tentu saja tidak ada. Ini bukan tentang jodoh di tangan Tuhan, tapi jodoh itu di tangan kita. Kita yang lebih tahu kapan kita akan bertemu.


Allah akan mempertemukan kita kalau kita sudah siap. Bukan hanya siap lahir, tapi batin juga. Bagaimana kita menjadi lebih dewasa dari biasanya. Bagaimana kesiapan kita untuk berkomitmen dengan janji pernikahan yang bukan sekedar perjanjian biasa. Perjanjian dunia akhirat.


Dan saat ini, aku tahu dan kita sama-sama tahu bahwa kita sedang mempersiapkan diri kita menjadi yang terbaik. Aku tahu kau hebat, kau kuat lebih dariku yang mungkin kata orang aku begitu keras seperti baja. Yang perlu kamu tahu, aku tidak mau menjadi besi atau baja. Aku mau jadi magnet dengan segala yang aku punya untuk menarik magnet yang ada didirimu.


Ketika kita bertemu nanti, kau tak perlu menjadi sempurna karena aku pun sama tak sempurnanya. Cukup menjadi kau yang biasa, kau yang sederhana karena aku mencintaimu dengan sederhana. Ini bukan surat merayu, ya kau tahu bahwa aku tak pandai merayu sama sepertimu.


Ini suratku untukmu, untuk nama yang tak kusebut dalam doa. Jangan salahkan aku Zaujy jika aku tak pernah menyebut namamu. Ini bukan karena aku tak mencintaimu atau hatiku berpaling. Ini karena aku memang tak tahu namamu. Apalah arti sebuah nama? Toh setiap aku berdoa selalu memantapkan hati untukmu, Zaujy. Yang terpenting, saat ijab qobul nanti, kau menyebutkan namaku dengan benar. Dan jika kau masih ngeyel minta disebut dalam doaku, untuk kesekian kalinya aku bertanya, siapa namamu?


Istrimu
Jiah~

http://jarilentikyangmenari.blogspot.com/2013/12/ga-kusebut-namamu-dalam-ijab-dan-qabul.html
GA Kusebut Namamu dalam Ijab dan Qobul

Bukan Sekedar Perjanjian

Bismillaahirrahmaanirrahim....


Sampai aku menulis ini, aku belum pernah membayangkan bisa sampai sejauh ini. Yah, sejauh usia yang hampir menginjak 22 tahun dan aku masih sendiri. Dulu aku fikir setelah MAN aku akan menikah muda karena dua kakak perempuanku menikah muda, kurang dari dua puluh tahun. Jadi ibu rumah tangga, mengurusi anak dan menyempatkan diri untuk kuliah. Nyatanya, aku belum mengalaminya sama sekali. Aku masih sendiri.


Apa aku sedih? Buat apa sedih? Aku percaya, setiap makhluk diciptakan berpasang-pasangan :smile .


Setiap kali pulang ke rumah, Bu e selalu bertanya. Jangan lama-lama untuk segera menikah, katanya. Mungkin ada rasa hawatir melihatku yang tidak pernah dikunjungi lelaki sekedar untuk dolan. Mungkin ada kehawatiran dan mengira aku trauma atas kegagalan masa lalu. Tapi sungguh bukan karena itu aku masih sendiri.


Dulu ketika temanku bertanya aku mencari lelaki seperti apa, aku menjawab hanya laki-laki yang bisa membuatku 'Klik'. Klik dalam artian banyak hal. Apa sampai sekarang masih sama? Tentu saja tidak. Setiap orang pasti punya kriteria apa tentang calon yang dicari, begitu juga denganku.


Aku menuliskan kriteriaku dalam buku diaryku dan aku sering membacanya seperti sebuah doa dan mantra. Aku tidak peduli bagaimana pendapat orang jika mereka tahu kriteria seperti apa yang aku tulis. Itu hakku, dan aku yakin Allah masih mau menerima doaku :smile .


Aku selalu meyakinkan Bu e dan ya diriku sendiri karena menikah bukan hanya sekedar menikah, mengganti status tapi lebih makanya aku masih mencari yang terbaik. Menikah bukan hanya sekedar perjanjian aku dan kamu tapi lebih pada perjanjian dunia akhirat, perjanjian yang kuat.


Dan ya karena bagiku menikah itu seperti berbisnis membangun sebuah usaha. Ada visi misi, ada kontrak sehidup semati, ada komitmen dan yang jelas ada patner hidup yang saling menguatkan, saling percaya, saling menerima, dan terbuka untuk memajukan usaha bersama dunia dan akhirat.


Untuk hasil terbaik, aku tidak bisa menurunkan kriteria apapun tentang pasangan hidupku nanti. Dan karena aku mau yang terbaik, maka aku juga berusaha menjadi yang terbaik dengan menempa banyak hal sebelum akhirnya membangun mahligai bersama.

Kemarin aku bisa berlibur ke Bali dengan kerja kerasku sendiri. Aku masih punya banyak mimpi untuk singgah di luar negeri. Dan jika aku menikah denganmu nanti, kau bisa membawaku ke mana?

Untuk saat ini, aku ingin sebuah jawaban itu dari seorang lelaki. Terserah dia mau menjawab apa dan bagaimana. Bagiku, jawaban ini adalah sebuah tiket menuju interview selanjutnya, ke mana kita akan melangkah.




"Tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian yang Kuat"

Sandal Malang

Bismillaahirrahmaanirrahim....


Aku ingin bercerita tentang sandal malang. Ini bukan sandal asli Kota Malang, bukan sama sekali. Ini hanya sebuah sandal, sandal jepit yang malang :uhuk .

Sandalku, ada bintang lautnya :uhuk
Jadi waktu itu aku sempat merasa emosi tingkat jiwa raga pada seseorang. Dia cantik, polos kelihatannya, tapi entah mengapa saat ber-SMS-an dengannya perihal masalah kerja, dia jadi lemot luar biasa. Nggak nyambung, serius deh :peace .


Behubung dia nggak nyambung, aku emosi, gigit-gigit sandal. Setelah meluapkan emosi, ternyata itu sandal malang bukan punyaku. Ya wes aku lempar saja. Ternyata lemparanku tepat sasaran, sandal masuk got. Sandal malang!!!


Malam hari aku bermimpi tentang sandal malang itu. Dia memanggil namaku, menghantuiku. Dia merasa ternoda karena kelakuanku. Dia menuntut pertanggungjawabanku :omg . Ternyata marah itu membawa dampak buruk bagiku. The end :uhuk .


Cerita ini hanya fiktif belaka :smile . Tapi soal marah memang benar adanya, hanya saja tidak sampai gigit sandal :uhuk . Kalau dipikir, buat apa aku marah pada dia? Buang waktu, buang tenaga. Ujung-ujungnya malah merusak pikiranku sendiri.


Tak apalah dia lemot menurut versiku, paling nggak dia masih punya sisi positif, dia cantik dan mungkin ada lelaki yang tertarik :uhuk . Sepertinya aku perlu menghatamkan bacaanku tentang The Art of Dealing With People supaya aku bisa lebih mengerti orang lain :smile .