Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label Menikah. Show all posts
Showing posts with label Menikah. Show all posts

Nikah Muda?

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Nikah Muda? Emang ada masalah? Yang nikah siapa? Yang biayai hidup nanti siapa? Kok situ yang sewot?

Terus terang waktu dengar berita pernikahan anak Ustad Arifin yang bernama Alvin, saya lumayan telat. Dia nikah Minggu, saya tahunya Senin dan buka FB pada hari Selasa, pada heboh. Maklum waktu itu saya lagi mbolang. Mana nggak ada sinyal, hihihi. Saya acungi jempol deh buat Alvin yang serius dengan nikah mudanya di usia 17 tahun.

Balapan Nikah

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Gara-gara nulis Nikah Siri Bikin Hepi, ada yang ngajakin Balapan Nikah! Bayangkan!!! Stasiun Balapan, Rossi balapan senggolan, masa nikah juga balapan?


Entah. Terus terang, sekarang ini saya belum nyiapin target usia untuk nikah. Nikah kan bukan hanya tentang akad sah, tapi lebih. Saya masih memperbaiki diri. Saya mau dapat orang spesial, makanya saya juga harus jadi spesial. Prinsipnya kan gitu. Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen.

Dari segi fisik dan usia, saya memang sudah pantas. Malah kalau orang kampung tahu usia saya yang 17+ enam, mereka akan nyirnyir karena saya lumayan terlambat nikah. Biasalah, kebanyakan orang kampung kan nikah di bawah usia 20 tahun. Soal menjaga anak, dari bayi baru lahir sampai balita saya bisa. Ganti popok, bisa. Nyusuin, bisa. Pakai botol, hehehe.

Masak?

Tenang! Masakan anak kampung, saya bisa. Kalau model Restoran dan Chef terkenal, ya belum bisa sih, hihi. Tapi kan saya bisa bedain palawija. Mana Kunci, Kencur, Kunyit, saya tahu kok.

Terus kenapa belum nikah?

Belum ada yang ngelamar, hihi.

Toh kalaupun ada yang ngelamar, saya nggak langsung iyain. Saya merasa, kesiapan batin dan mental masih kurang. Kadang, saya belum bisa sabar menghadapi anak-anak. Balita-Batita mah gampang. Kalau anak-anak kan beda.

Bagaimana kalau calon suami punya buntut? Bisa nggak saya jadi Ibu yang baik untuk buntutnya? Meneruskan rasa kasih dari Ibu kandungnya? Bagaimana kalau dia single tapi punya tanggungan adik-adik serta Ibu yang Janda? Jangan-jangan nanti saya suka adu mulut sama mertua. Bagaimana dan bagaimana, pertanyaan itu selalu muncul.

Saya nggak takut, trauma, atau apa pun. Cuma saya butuh kesiapan mental untuk menghadapi semua yang terjadi pasca nikah. Itu saja. Ketika sudah menikah, kita perlu kesiapan untuk memiliki dan kesiapan untuk ditinggalkan. Kita tak pernah tahu, kapan ajal/cobaan datang. Bisa jadi mereka datang saat kita sedang bahagia-bahagianya. Semacam klimaks suatu cerita.

Setelah cobaan, bukankah kita harus survive?

Itulah kenapa saya mulai belajar survive dari sekarang. Saya tak ingin membebani laki-laki. Bukan berarti Ibu Rumah Tangga itu tidak baik. Setidaknya, saya nanti jadi Ibu Rumah Tangga yang mandiri, beli peralatan rumah tangga kaya Panci Shabu-Shabu sendiri, nggak ribut minta dibeliin kuota untuk ngeblog (Orang Kampung saya sering ribut kalau pasangannya online, blogger aja nggak ada), atau beli buku sampai nggak kebaca, atau beli baju diskonan tanpa habisin uang tabungan. Kalau suaminya mau beliin sih, ya ho oh aja, hehehe.

Perlu diingat. Suami yang bertugas mencari nafkah. Uang suami adalah uang istri. Tapi uang istri, hasil kerja adalah miliknya sendiri.


Tapi, bukan berarti ketika si wanita penghasilannya lebih besar dia malah menginjak-injak suami. Namanya berumah tangga kan bukan suami saja. Tapi kerjasama suami istri.

Jangan dulu bilang cinta
Jangan dulu bilang suka
Mungkin kau akan menyerah
Pada pada ayahku
~Yuki Kato

Sebelum ngajakin nikah, yuk cek diri sendiri. Ngomong depan saya berani membelah bumi. Tapi di depan Bapakku, kau bersembunyi. Mau jadi iman  macam apa kau ini? Coba dipikir, masih mau ngajakin saya balapan nikah???

#FFRabu: Kapan Nikah?

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***
Sumber

Kondangan pernikahan lagi? Siapa takut! Jangan panggil Vino kalau tak punya seribu satu cara untuk menjawab pertanyaan, kapan nikah.

“Hei, Vin! Mana gandengannya?” tanya Reza, si  tukang pamer pasangan.

 “Ada! Kenapa emangnya?” 

Keyakinan itu perlu. Kan setiap makhluk diciptakan berpasangan.

“Kapan nikah?”

“Segera!”

Dia tertawa.

“Kamu nggak percaya?” Aku melirik sekitar, “Kenalin, dia calon istriku!”

Perempuan yang baru lewat di sampingku bingung. Aku mengedip-ngedip.

“Betul, Nay?” tanya si Reza.

Perempuan itu mengangguk canggung.

“Selamat ya Be! Akhirnya Babe Harun punya mantu juga. Saya permisi dulu, Be!”

Reza kabur, sementara aku merinding waktu nengok ke belakang.

“Jadi, kapan kamu ngelamar Nay?”

***

#FFRabu @MondayFF #Pernikahan #JanganTanyaKapanSayaNikah

badge

Pacaran Sehat Betulan

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Beberapa waktu yang lalu saya posting Pacaran Sehat dan Alami. Pada baper ya? Ada yang sudah mikir yang iya-iya? Saya juga sih, hehehe. Komennya pada curhat pas pacaran waktu kecil. Saya mengalami itu juga, hehew.

Kali ini saya nulis Pacaran Sehat Betulan. Iya ini nggak PHP kok.

Menurut saya, pacaran yang sehat itu pacaran setelah menikah. Tahu kan Nikah Siri Bikin Hepi? Tapi sayanya nyaranin nikah betulan saja, nikah resmi, bikin jiwa sehat. Mau diapa-apain kan oke-oke saja. Di tempat umum pegangan tangan, kan sudah halalan toyyiban. Tapi ya jangan keseringan umbar kemesraan. Sayanya dan orang-orang di luar yang belum punya pasangan kan iri!!!

Ini sih pendapat saya saja ya. Kalau ada yang berbeda pendapat, yaelah namanya hidup kan penuh perbedaan. Yang penting kita berpikir cerdas, toh akhirnya kita sendiri yang menjalankan. Iya kan???

Happy Blogging

Nikah Siri Bikin Hepi

Bismillaahirrahmaanirrahiim....



Kenapa judulnya provokatif banget ya? Apakah saya korban nikah siri dari pejabat kaya raya? Oh tidak! Saya belum nikah, masih ting-ting lho! #Promosi.

Jadi begini, nikah itu akad menghalalkan seorang perempuan untuk dimiki. Nah, untuk nikah siri adalah nikah yang sembunyi-sembunyi. Sembunyi di kolong meja? Yaelah, nggak gitu juga kali! Maksudnya sembunyi dari khalayak ramai. Nikah siri ini sah menurut agama. Jadi kalau mau iya-iya, hayuk ah! Hahahay.

Rukun nikah:
1. Dua mempelai
2. Wali
3. Dua orang saksi
4. Akad Ijab qobul

Jadi kalau mau nikah siri, empat orang yang hadir saja udah menuhi syarat lho! Gimana? Asik kan nikah siri itu?

Kok empat, dua mempelai nggak dihitung?

Mempelai perempuan itu nggak wajib hadir dalam akad dan mempelai laki-laki juga boleh diwakilkan jika ada halangan. Gimana? Nikah ini enak banget rukunnya, lha kok pada kumpul sapi!!!

Eh itu, maharnya nggak wajib kelihatan?

Nggak juga. Dicicil juga boleh, asal si mempelai perempuan ridho.

Lho Ji, penghulunya mana?

Penghulu mah kalau situ nikah secara resmi, negara. Kalau nikah siri, ijab qobul antara wali dan mempelai pria/wakilnya, sudah sah. Asik banget nggak sih?

Masih ada pertanyaan? Helo? Saya nggak lagi ngajar ilmu fiqih. Tanya Pak/Bu ustad sono!

Bicara nikah siri, tahun 2003 Mbak pertama saya, Mbak Santi jadi korban nikah siri. Sampai hari ini, dia masih hepi tuh pernah nikah siri. Berhubung waktu itu saya masih SD, jadi urusan orang dewasa macam itu saya tidak dikasih tahu, apalagi tempe. Saya tahunya setelah beberapa tahun Mbak saya nikah.

Mbakmu dinikahi laki-laki beristri, Ji?

Heh! Sembarangan! Dia nikah sama guru ngajinya di pesantren, masih single. Padahal, katanya kakak ipar saya ini kalau ngajar nyeremin, ahahah!!!

Menurut almarhum Kyai kami, KH. M. Dalhar, foto berdua sebelum nikah itu nggak boleh. Waktu itu jadwal akad nikah negara pagi sedang acara lamarannya sore di hari sebelumnya.

Kok nggak sekalian, Ji?

Nggak tahu juga sayanya. Saya kan waktu itu masih kecil #Alasan.

Acara lamaran itu bersamaan acara Gawe, ngundang banyak orang, tetangga, sodara, banyaklah. Resepsi kalau orang kota. Di acara ini, Mbak saya juga dirias, jadi pengantin gitu. Kalau sudah nyewa Padi-padi atau perias kan ada foto-fotonya. Nah disinilah maksud daripada larangan foto sebelum sah jadi suami istri.

Terus acara nikah sirinya gimana?

Kata Mbak saya, Mbak bersama Bapak pergi ke ponpes. Nah mereka nikahnya di sana. Maharnya sepuluh ribu perak. Nggak sabar dong nunggu malam pertama?!!!

Jadi setelah sah, Mbak saya salim sama suaminya. Setelah ituuuu...., tulit-tulit, pulang ke rumah masing-masing!!! Asik kan??? Ahahaha!!!

Mereka akhirnya bertemu pas lamaran seserahan. Foto-foto lalu keluarga dan kakak ipar pulang. Pagi hari datang lagi untuk akad resmi negara. Acaranya lebih panjang, lebih khusu’ dan pastinya terang-terangan karena banyak yang menyaksikan. Nikah dua kali bok. Gimana nggak asik?

Meskipun begitu, para perempuan jangan mau diajak nikah siri. Kalau nikah sirinya kaya Mbak saya mah silakan, toh akhirnya nikah resmi juga. Tapi kalau asal-asalan nikah siri, say big no!!! Bagaimana pun, nikah siri itu merugikan perempuan. Statusnya kurang jelas. Habis nikah, enak-enakan terus ditinggal, situnya jadi gadis bukan, janda bukan. Mau nikah lagi tapi secara agama istri orang. Harus ada ucapan talak dulu. Jadi ribet deh urusannya.

Nikah ya nikah saja. Nggak punya uang? Sabar, puasa sambil usaha. Mau nikah tapi uang pas-pasan? Ya ke KUA. Kalau punya uang lebih ya resepsi, atau sederhananya walimatul ursy. Mau buat kenangan, foto kamera, nyewa Foto Wedding Bandung, atau kamera HP juga bisa. Gaya dikit karena uang lebih bisa ngasih Souvenir Photobooth atau apalah buat rame-rame. Nggak pun nggak masalah. Mau hubungan halal itu nggak susah kok. Sudah cukup hubungan nggak jelas dan bikin dosa. Mending nikah #KasihKode.

Ya sekian dulu pelajaran Fiqih kita #Eh. Habis ini saya mau cerita pernikahan Mbak kedua saya, hahaha. Ada yang mau tahu??? Nati saja lah! Hahahay! 
Sampai jumpa!!

Diikutkan dalam Giveaway Pernikahan dan Souvenir Pernikahan



Hadiah, foto pernikahan yang burem dan dua anak mereka yang unyu pas kecil :D





Dear Mbak Nay

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Hai Mbak Nay. Bagaimana harimu? Deg-degan kah? Aku rasa iya. Aku sengaja tidak memberi gangguan karena aku ingin kau menikmati masa singlemu bersama keluarga.

Masih ingatkah saat pertama kita bertemu di dunia maya?

Dulu saat pertama kali aku memutuskan menulis di blog, kau adalah orang pertama yang memfollow Sisi Lain. Padahal kita tidak saling kenal. Tapi gara-gara nama Naya Belo/Naya El Betawi, jujur membuatku penasaran.

Di blogmu kau selalu menulis dengan bahasa Betawi karena kamu memang dari sana. Ada saja cerita yang membuat pembacamu tersenyum apalagi kalau menyangkut Vino G Bastian.

Sayang, entah karena hal apa kau menutup blogmu. Aku sempat kehilanganmu. Beruntung karena Mbak Tya, aku bisa mendapat nomormu dan akhirnya kita bisa saling berkabar.

Dan karenamu, di Sisi Lain aku membuat label All About Nay. Cerita fiksi tak seberapa tentang seorang Nay. Sayang sekarang aku belum membuatnya lagi.

Kini waktu berlalu, kita sudah berbeda. Aku harap walaupun kita sampai hari ini belum bertemu, semoga kita masih tetap berteman baik. Dan ya, semoga Allah meridhoi kita bertemu.

Dan hari ini, apa masih deg-degan juga? Bagaimana akad nikahnya? Kau bahagia kan?

Selamat menempuh hidup baru. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dikaruniai anak-anak yang soleh-solehah.

Maaf karena tidak bisa menghadiri pernikahanmu. Dan ya hanya ini yang bisa kuberikan. Semoga kau selalu bahagia, begitu juga kita semua.

:hepi :hai

Bukan Sekedar Perjanjian

Bismillaahirrahmaanirrahim....


Sampai aku menulis ini, aku belum pernah membayangkan bisa sampai sejauh ini. Yah, sejauh usia yang hampir menginjak 22 tahun dan aku masih sendiri. Dulu aku fikir setelah MAN aku akan menikah muda karena dua kakak perempuanku menikah muda, kurang dari dua puluh tahun. Jadi ibu rumah tangga, mengurusi anak dan menyempatkan diri untuk kuliah. Nyatanya, aku belum mengalaminya sama sekali. Aku masih sendiri.


Apa aku sedih? Buat apa sedih? Aku percaya, setiap makhluk diciptakan berpasang-pasangan :smile .


Setiap kali pulang ke rumah, Bu e selalu bertanya. Jangan lama-lama untuk segera menikah, katanya. Mungkin ada rasa hawatir melihatku yang tidak pernah dikunjungi lelaki sekedar untuk dolan. Mungkin ada kehawatiran dan mengira aku trauma atas kegagalan masa lalu. Tapi sungguh bukan karena itu aku masih sendiri.


Dulu ketika temanku bertanya aku mencari lelaki seperti apa, aku menjawab hanya laki-laki yang bisa membuatku 'Klik'. Klik dalam artian banyak hal. Apa sampai sekarang masih sama? Tentu saja tidak. Setiap orang pasti punya kriteria apa tentang calon yang dicari, begitu juga denganku.


Aku menuliskan kriteriaku dalam buku diaryku dan aku sering membacanya seperti sebuah doa dan mantra. Aku tidak peduli bagaimana pendapat orang jika mereka tahu kriteria seperti apa yang aku tulis. Itu hakku, dan aku yakin Allah masih mau menerima doaku :smile .


Aku selalu meyakinkan Bu e dan ya diriku sendiri karena menikah bukan hanya sekedar menikah, mengganti status tapi lebih makanya aku masih mencari yang terbaik. Menikah bukan hanya sekedar perjanjian aku dan kamu tapi lebih pada perjanjian dunia akhirat, perjanjian yang kuat.


Dan ya karena bagiku menikah itu seperti berbisnis membangun sebuah usaha. Ada visi misi, ada kontrak sehidup semati, ada komitmen dan yang jelas ada patner hidup yang saling menguatkan, saling percaya, saling menerima, dan terbuka untuk memajukan usaha bersama dunia dan akhirat.


Untuk hasil terbaik, aku tidak bisa menurunkan kriteria apapun tentang pasangan hidupku nanti. Dan karena aku mau yang terbaik, maka aku juga berusaha menjadi yang terbaik dengan menempa banyak hal sebelum akhirnya membangun mahligai bersama.

Kemarin aku bisa berlibur ke Bali dengan kerja kerasku sendiri. Aku masih punya banyak mimpi untuk singgah di luar negeri. Dan jika aku menikah denganmu nanti, kau bisa membawaku ke mana?

Untuk saat ini, aku ingin sebuah jawaban itu dari seorang lelaki. Terserah dia mau menjawab apa dan bagaimana. Bagiku, jawaban ini adalah sebuah tiket menuju interview selanjutnya, ke mana kita akan melangkah.




"Tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian yang Kuat"