Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

#8MingguNgeblog 6 : Senior

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam


Pernah jadi kakak yang menindas adiknya? Senior junior itu memang sesuatu. Aku pun mengalaminya. Ini bukan karena penindasan yang dilakukan kakak-kakakku tapi justru aku yang tertindas oleh adikku, dulu.


Menjadi senior itu ada enak dan tidaknya. Kalau sebagai seorang kakak, aku harus mengaku bahwa aku bukanlah kakak yang baik. Dulu aku sering sekali masa bodo dengan kehidupan adikku. Hingga akhirnya, aku baru sadar, teman sepergaulannya justru yang membawanya untuk merokok. Aku sudah sering kali menegur agar menghentikan kebiasaannya itu. Sampai saat ini masih belum ada hasil. Jujur, aku lelah.


Menjadi senior pun tidak harus berusia tua dari juniornya. Beberapa kali aku dapat junior yang jauh lebih tua dari usiaku. Nah, yang jadi masalah disini, dimana aku harus tetap sopan karena usia mereka. Hey, apa mereka baik-baik saja? Tentu saja tidak. Tidak semua junior bersikap baik dengan seniornya. Ada kalanya mereka terlalu sotoy, atau malah merasa lebih tua dan tidak perlu bimbingan seniornya. Dua sisi yang berbeda bukan?


Dulu pernah juga aku mati-matian untuk menghindari yang namanya jadi senior. Aku ingin menikmati hidup sebagai junior. Tapi tahu endingnya? Ya, aku tetap junior disana, tapi usiaku jau lebih senior dibanding mereka. Hingga yang terjadi adalah aku yang sering mengayomi mereka. Apa hal ini mengenakkan? Tentu saja tidak. Banyak yang aku pelajari dan harus menyesuaikan mereka.


Kini aku menjadi senior lagi. Kalau dulu lingkupnya sekolah, kini berubah menjadi lingkungan kerja dan itu cukup melelahkan. Aku ingat dulu saat pertama kerja di tempat kerjaku sekarang, seniorku jarang sekali membimbingku. Kebanyakan justru bosku yang tanpa lelah ngomel sana sini karena aku yang terlalu lemot.


Hampir setiap hari pekerjaan baru, pelajaran baru, omelan terbaru tak lelah dan tak henti menghampiri. Sempat juga ingin menangis tapi entah kenapa air mata pun enggan keluar. Mungkin aku tidak boleh cengeng, harus kuat dan hebat. Aku sadar, ini pilihanku dan aku harus menjalaninya. Yah, ketika senjata Srikandi dilesatkan, saat itulah keputusan telah diambil.


Kini semua berjalan apa adanya. Aku semakin mengerti dan belajar tentang kegagalan, tentang apa yang telah terjadi sebelumnya. Aku tetap berusaha memberikan yang terbaik dan tetap berlaku baik. Bukan hanya untuk diriku tapi untuk orang lain.

Menjadi senior itu, sekarang aku harus lebih sabar untuk membimbing juniorku. Hey, bukan hanya aku yang harus sabar, tapi mereka juga. Jujur, aku bukanlah orang yang telaten mengajari orang lain.


Menjadi senior juga membuatu takut, bisakah aku memberikan contoh yang baik untuk mereka? Aku juga tidak tega kalau mereka terkena bentak-bentak seperti aku dulu. Aku hanya berfikir, cukup aku yang merasakannya, jangan yang lain. Jika mereka ku bimbing dan tidak langsung dibimbing bosku, rasanya aku senang sekali. Hey, kenapa begitu? Entahlah. Paling tidak, aku tidak akan mendengar suara keras omelan di sana sini.


Harus diakui, mau tidak mau kita tetap akan merasakan yang nanya jadi senior. Tapi aku perlu jujur, menjadi senior bukan persoalan gampang. Aku harus lebih bijak dengan juniorku, membimbing mereka dan memberikan contoh yang baik bagi mereka. Aku tidak mau menjadi otoriter, jumawa karena merasa senior. Aku tidak mau menginjak-injak mereka di atas kepentinganku sendiri. Pertanyaannya, sudahkah aku berlaku seperti itu? Jangan-jangan ini hanya pencitraan diri :uhuk .

QUIZ MONDAY FLASHFICTION #3 - On The Street

Credit

Sial! Kenapa harus macet? Desahku.
"Driver! Apa masih lama?"
"Iya Mister Black. Di depan ada truk yang terguling. Semua jalan macet total."
"Apa Red Caffe masih jauh? Aku harus segera sampai disana!"
"Satu 500 meter lagi Mister. Mister bisa pakai ojek."
"Ojek? Shit!"

Ku banting pintu mobil. Aku berlari menembus hujan. Noura pasti lelah menungguku.

Aku berdiri terpaku di sebuah emperan toko. Jalanan depan masih basah dengan air hujan. Red Caffe diseberang jalan.

Aku melihatnya, gadis berpayung hijau itu. Seulas senyum tersungging dari bibirku. Kuraba celana panjangku. Sebuah kotak merah manis berisi cincin dengan berlian ditengahnya. Noura….

Gadis berpayung hijau itu tersenyum padaku. Sejenak kuingin memanggilnya, tapi ada ragu dalam hatiku. Dia berlari, menari di bawah air hujan. Dia mengulurkan payung hijaunya untukku. Dia masih menunggu jawabanku hingga akhirnya aku menggeleng sambil meraba semua sakuku. Hanya ada kotak merah itu.

"Aku tidak punya uang." ucapku

"Huh! Ngomong dari tadi napa Mister. Ditungguin kirain punya duit buat ngojek payung!"


Yuk, ikutan QUIZ MONDAY FLASHFICTION #3 - On The Street"

Cerita Tentang Wayang

Bunda Enny Mamito bukan penggemar wayang kulit, tapi bukan berarti tidak tahu nama-nama si wayang. Aku pun sebenrnya begitu. Dulu jaman kelas tiga SD pas kakakku khitan, kayanya aku sama sekali tidak lihat tuh wayang. Waktu penataan panggung dan lainnya sih masih lihat, tapi pas main, entahlah aku lupa.


Kadang kalau ada tetangga yang 'nanggap' wayang, sesekali aku melihatnya. Ternyata benar, banyak kisah yang tidak aku tahu dan pantas saja orang tua menikmati jalannya pertunjukkan wayang. Aku sendiri hafal beberapa nama lakon wayang, tapi sungguh lupa bagaimana ciri mereka. Paling yang dihafal itu empat punokawan, Petruk, Bagong, Gareng dan Semar. Satu lagi yang bentuknya paling aku hafal, si Anoman Kera Putih. 


Sebenarnya kalau boleh jujur aku lebih suka wayang golek dan wayang orang. Meskipun aku tidak pernah main sebagai wayang orang, tapi aku selalu melihat adik-adik teaterku memainkan drama pewayangan. Rasanya seru sekali bisa melihat mereka berakting dengan ciamik meski pun standarnya tidak selincah dalang Sujiwo Tejo.


Satu lagi tokoh wayang yang paling aku suka, Arjuna penengah Pandawa. Penggambaran tokoh Arjuna yang ganteng, menawan, de el el membuatku tergoda sampai-sampai membuat wujudnya dalam bentuk tulisan dan nama yang manis.


Kemarin sempat kaget dan rada syok :shock waktu ada tantangan Mengungkap Misteri di Balik Layar. Iya aku sengaja baca profil pelakunya, si Cakil yang konon adalah anak Arjuna :mabok . Arjuna yang katanya ganteng kok punya anak Cakil? Tapi bagaimana pun aku harus menerima Mas Arjuna apa adanya. Tapi, masa aku harus saingan sama Srikandi? Hey, aku tidak punya senjata Srikandi. Eh, postingannya kok jadi banyak gini ya?


Bagaimana pun kita harus tetap melestarikan budaya Wayang Kulit. Jangan sampai kalah sama orang bule yang getol belajar dalang. Jujur, aku tidak sanggup kalau harus jadi sinden :uhuk . Jangan sampai ya, kita ngamuk-ngamuk gara-gara Wayang Kulit di klaim oleh bangsa lain gara-gara orang yang punya tidak mau merawatnya.


Buat blog Bunda Enny 'Pelangiku', tuh background blog tidak gambarin pelangi deh. Malah terkesan sedikit kaya gambar anak-anak. Headernya juga kurang keren. Mungkin headernya bisa dikasih gambar pelangi yang warna-warni. Buat pages Berandanya, kenapa pula ditaruh disamping itu Bun? Enakan ditaruh di atas, ehem kaya blogku :uhuk . Eh, tapi selera masing-masing orang beda ya, I know. Ngomong-ngomong, aku juga suka Raisa lho. Yuk nyanyi bareng Bun lagunya Raisa :smile .


Yuuk ikutan 2nd Giveaway Enny Mamito