Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Rokok, Cerita Akhir Kunjungan Saat Lebaran Hari Pertama

Siapa yang suka merokok? Atau punya orang yang udut di rumah, lingkungannya?

    Selamat Idul Fitri. Mohon maaf lahir batin buat semua! Masih bulan Syawal. Enggak telat kan kalau mau cerita soal lebaran kemarin? Hehehe.

    Jadi sebenarnya Ramadan dan Lebaran kemarin itu biasa saja buat saya. Ada sih cerita, tapi nanti kapan-kapan kalau saya mau, akan saya posting di sini. Salah satu kisah, ada di saat lebaran hari pertama dan itu tentang Rokok.

cerita lebaran 2024

    Dari dulu, saya termasuk orang yang tidak suka melihat orang merokok, pun tidak merokok secara aktif. Namun, mungkin saya adalah perokok pasif di zaman dulu. Kenapa? Soalnya Bapak saya Perokok dan Mantan Bos serta teman kerja saya dulu juga merokok. Alhamdulillahnya itu enggak lama.

    Bapak saya berhenti merokok di akhir tahun 2010. Di tahun itu juga, saya punya Bos Perokok berat, tapi beliau merokoknya di kantor, lantai atas sementara saya berada di lantai bawah. Paling sesekali teman kerja yang cowok ngerokok. Setelah itu, alhamdulillah saya jarang bertemu perokok di lingkungan kerja. Di rumah, masih ada Adik dan Keponakan saya, duh!

    Di Lebaran Hari Pertama, pagi hari saya berangkat solat ied bersama 2 Keponakan Cewek. Kami berada di lantai atas masjid dan duduk paling depan. Alhamdulillah jadi bisa tahu tata cara khutbah. Soalnya saya selalu penasaran bagaimana urutan dan lainnya. Di sekolah saya belajar, tapi dalam praktiknya, tidak pernah lihat langsung. Soalnya sering dapat barisan belakang.


    Setelah salat, seperti biasa. Pulang lalu bermaaf-maafan. Dari mulai orang tua, lalu saya ke rumah Mbak, baru ke Tetangga. Lanjut ke rumah Adik-adik Mbah yang masih hidup dan juga saudara-saudara yang masih satu desa. Kebanyakan bertemu di jalan, atau rumah saudara lain. Jadi tidak semua rumah dikunjungi.

    Sekitar setengah 10 pagi, lanjut ke rumah Mbah dan saudara dari pihak Ibu. Soalnya saya tinggal di keluarga pihak Bapak. Masih di Jepara juga, cuma beda desa dan itu pun tetangga. Jadi tinggal nyebrang sungai, jalan agak lama, baru deh sampai. Muter-muter ke rumah Mertua Kakak dan Adik, lalu pulang.

    Karena saya enggak bawa motor sendiri, tapi diboncengin Keponakan Cowok, tentu saya ikut supir. Kebetulan, Kakak saya berhenti di rumah Tetangga yang dekat sungai yang kami lewati. Beliau ini bisa dibilang punya nama. Keponakan pun ngikut Bapaknya. Orang tua saya sendiri sudah pulang lebih dulu.

Berkunjung, Ditawari Rokok


rokok

    Kami pun dipersilakan masuk ke rumah, duduk dan maaf-maafan. Karena beliau merokok, tentu saja kami ditawari rokok. Sebenarnya lebih khusus ke Keponakan atau Kakak Ipar saya yang laki-laki. Perempuan mah kue-kuean dan lainnya.

    Dari rokok ini, beliau cerita kalau tidak mau melarang anak laki-lakinya merokok. Anak cowoknya cuma satu btw, dan itu paling bungsu. Jadi agak dimanja gitu deh. Saya yang dengar pun hanya senyam senyum.

    Beliau dan istrinya seolah minta kami untuk setuju, memaklumi soal rokok ini, bahkan membiayai. Katanya kalau dilarang-larang, khawatir menyesal. Saya dalam hati sih ngucap, kayanya bakal lebih menyesal kalau anaknya yang masih muda, laki-laki satu-satunya kena penyakit akibat merokok. Masih belasan tahun soalnya.

    Beliau juga cerita soal almarhum anak tetangga yang meninggal beberapa bulan lalu. Katanya, itu anak sering ke rumahnya untuk merokok, dan memang diizinkan. Setelah merokok, anak itu sikat gigi dan lainnya agar tidak ketahuan orang tuanya.

    Keluarga si anak ini bisa dibilang enggak neko-neko dan pun banyak anggota laki-laki serta kemungkinan tidak merokok. Mungkin kalau anak itu merokok, jadi semacam aib. Makanya sampai diam-diam bahkan ke rumah orang lain. Eh si Tetangga yang adalah Bapak itu malah mendukung.

    Si anak meninggal setelah beberapa waktu dirawat di rumah sakit. Saya tidak tahu pasti sakitnya apa, tapi ada yang bilang liver. Si anak tipe pendiam. Mungkin merasa sakit, tapi tidak bilang ke orang tuanya. Makanya jadi terlambat untuk ditangani.

Makan Permen, daripada Rokok

    Meski saat ini saya tidak lagi melarang orang buat merokok, tapi saya tetap tidak suka Perokok. Saya selalu berdoa agar punya pasangan bukan Perokok aktif maupun pasif. Saya mau hidup lebih sehat, tidak tahan juga dengan asap atau bebauan.

    Setelah itu, kami pun berpamitan, pulang ke rumah. Lanjut salat Dzuhur dan tidur. Tidak ke mana-mana, menunggu saja siapa tahu ada tamu ke rumah. Ya begitulah sekelumit cerita akhir kunjungan saat lebaran hari pertama. Sampai jumpa. Happy blogging!

24 comments

nurul rahma said...

Yahhh begitulah.
Rokok ini memang udah jadi mengurat mengakar di kehidupan masyarakat

bahkan bbrp kali aku datang nikkahan, goodies nag nya berisinrokok! 🤣😴

Keke Naima said...

Saya pribadi agak kurang sepakat kalau merokok dianggap aib hingga ada anak yang sampai merokok diam-diam. Bukan berarti saya dukung perokok, ya. Tapi, mungkin ada alasan anak tersebut memilih melakukannya secara sembunyi. Mungkin takut dimarahi? Padahal kalau bisa lebih terbuka, orangtua bisa pelan-pelan menasehatinya supaya berhenti merokok.

Lidya Fitrian said...

Kalau di rumahku ga ada yang merokok Jiah. Oh ya maaf lahir batin ya kita belum saling sapa lagi :)
Aku doakan JIah punya pasangan yang bukan perokok sesuai dengan keinginannya Aamiin

Linasophy said...

Saya punya bapak perokok berat, sudah berkali-kali janji mau berhenti kalau pas lagi sakit batuk tapi nanti lupa lagi kalau pas udah sehat

Untung saya punya suami yang nggak merokok

Sash said...

Salah satu privillege yang saya alami dan juga saya teruskan ke anak saya adalah tumbuh di keluarga inti dan keluarga besar yang bukan perokok. Dulu mikirnya itu hal yang biasa, tapi makin ke sini baru yadar termasuk privillege juga hehehe. Sekarang kalau berada di sekitaran orang yang merokok pasti langsung migrain.

Susi Susilawati said...

Dulu, cita - cita banget punya suami yang nggak merokok. Alhamdulillah, sekarang punya suami nggak merokok. Pas awal nikah, suami masih merokok satu dua batang, kalay sekarang udah lepas.

Lala said...

Jujurly aku pun sangat tidak suka sama rokok. Bahkan dirumah, bapak dan adi laki-laki tidak merokok. Sayangnya sempat punya rekan kerja perokok aktif, merokok dalam ruangan AC seruangan pula, duh kesel.
Baca cerita anak tetangga bapak tersebut, saya sedih sekali coba si bapak bijak kasih tau kalau anak tetangga suka ngerokok dirumahnya pas si anak sakit bisa ditangani lebih baik. Semoga saja kita selaku orangtua dan orang dewasa bisa bijak kasih arahan kepada anak supaya jauhi rokok. Bener enakan makan permen dari pada ngerokok.

Lintang said...

Masalah rokok ini juga masih jadi ajang berdebat antara aku dan suami siii mbaa. Soalnya di keluargaku ngga ada yang ngerokok, bapak sama adek cowoku juga ngga, bahkan suamiku pun ngga. Tapi keluarga suamiku ya perokok banget, ayah mertuaku hingga paklikku. Kalau aku masih memegang prinsip big nono biarpun cow. Kalau suamiku masih memberikan pilihan, gimana anak2 ntarnya kalau udah gede dan bisa mengambil keputusan sendiri mana yang terbaik buat mereka sendiri. Heuheuu.

Firsty Ukhti Molyndi (Molzania) said...

perokok itu membuat kita yang disampingnya jadi ikutan kena penyakit. Nyebelin banget deh, malah ada bapak2 yg tidak mau melarang anaknya merokok. gak sayang anak dong.

Rani R Tyas said...

Duluuuu sekali sebelum bertemu jodoh yang jadi anaknya bapak-bapak, saya juga perokok pasif karena beberapa namchin suka merokok. Ternyata, setelah menikah, saya menyadari bahwa menikah dengan suami adalah pilihan yang tepat.

Arinta Adiningtyas said...

Bapakku dulu perokok. Tapi Alhamdulillah, sejak ibu meninggal, bapak berhenti merokok. Paling sesekali doang, saat ada kumpulan RT atau pengajian.

Alhamdulillah, suamiku bukan perokok. Kakak laki-lakiku dan kakak ipar ku juga bukan perokok. Jadi, Alhamdulillah di keluargaku ngga ada yang merokok.

Aku baru tau harga rokok itu mahal pas mantu adikku Desember kemarin. Ternyata uang rokok buat yang bantu-bantu, gede juga. Kami belanja rokok sampai 1 juta lebih. Habis belanja, aku sama adikku bersyukur, untungnya suami kita bukan perokok yaa.. Kebayang berapa pengeluarannya buat rokok doang. Mending buat beli makanan deh.

nchie hanie said...

Miris ya kalo liat anak merokok apalagi sampe merenggut nyawanya . Ga bisa dipungkiri sekitar aku pun perokok semua, jadi perokok pasif deh.
Yang penting sudah mengingatkan, selanjutnya terserah, harus menghargai pilihannya , mau hidup sehat atau menunggu mati perlahan2 😅🤣
Btw, maaf lahir batin jiaaha

Rach Alida Bahaweres said...

Papaku perokok aktif. Udah dilarang dokter agak berkurang tapi ya tetap saja sudah sekali berhentinya. Tapi merokok nggak di dalam rumah makanya rumahku bersih asap rokok

Suciarti Wahyuningtyas (Chichie) said...

Alhamdulillah suamiku tidak merokok, semoga kelak anakku juga mengikuti ayahnya. Tapi keluargaku yang laki-laki kebanyakan merokok, bahkan papaku juga perokok aktif. Biasanya dimoment hari raya apalagi mereka akan menerima tamu biasanya mereka menahan untuk tidak merokok sih.

Okti Li said...

Saya tidak anti rokok. Tapi saya juga menolak pada rokok dan menghindari perokok. Alhamdulillah dapat jodoh tidak merokok. Hehehe

Mpo Ratne said...

Papa mpo juga perokok jadi kalau mau bicara sama mpo meski matiin rokoknya dulu. Minal aidin wal faidzim

Utie adnu said...

Kadang anh ya kalau ada yng ngerokok itu.harus dimaklumi ambil pelajaran aja mba y kita mau ngomong juga bingung ya...

Btw selamat hari raya seneng bisa kumpul2 bareng keluarga

Ruli retno said...

Aku juga gak suka perokok kok mba, wajar kan ya kita pengen paru sehat bukan jd perokok pasif. Kalo aku liat yg merokok di depanku pasti kusuruh pergi terutama kalo ada anak2

Damar Nur Aisah said...

Aamiin, ikut mengaminkan ya, Mbak. Semoga Allah kirimkan pasangan yang bebas dari rokok. Kalau kata ibu saya, laki-laki yang gak ngerokok duitnya aman di dompet, hehe. Jadi bisa nambahi jatah istri dong.

Nurul Fitri Fatkhani said...

Lihat anak-anak muda jadi perokok memang memprihatikan yaa..
Padahal sekarang zamannya anak muda tanpa rokok karena alasan unuk menjaga kesehatan mereka.

Tian said...

Rokok itu merenggut banyak nyawa namun kenapa masih laku keras yah? suka sedih banget deh,

Umimami said...

Dulu alm ayah perokok, pas mau nikah sama alm mamah saratnya berhenti merokok
Dan saya termasukntim yang gak kuat asap rokok, paling gemes kalau lagi di jalan, ada pengendara yang sambil merokok, pernah kena abu nyalanya itu

Nathalia DP said...

Kenapa takut menyesal ya kalau melarang anak merokok? Jelas-jelas merusak kesehatan, hiks...

Hikmah Khaerunnisa said...

Memang sangat tidak nyaman ya mbak..pengalaman lebaran kemarin juga kumpul dengan. Keluarga dari suami yang rata2 merokok duh kasian anak-anak. Alhamdulillah cuma 1 hari aja disana..