Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Kembali ke Pawon

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Tahun baru, kabar baru datang silih berganti. Tahun lalu info kenaikan BPJS. Sekarang ada kabar subsidi Gas Melon akan dihilangkan sehingga kemungkinan harganya menjadi 35 ribu. Wagelasih banget ya! Memang tuh Pemerintah tidak pro rakyat! Semua orang kan suka diskonan dan harga murah meriah untuk kebutuhan sehari-hari. Kalau untuk urusan hedonisme, mau bayar berapun hayuk! #EhBagaimana hahaha.

Banyak banget keluhan soal harga-harga yang naik. Kalau saya sekarang ini malah lebih santai. Kenapa? Soalnya masih ada pilihan untuk Kembali ke Pawon.


Pawon kalau menurut orang Jawa bisa menunjukkan tempat memasak. Lebih ke dapur kotor kalau orang kota mah. Tapi saya di sini menyebut Pawon sebagai tungku buat masak. Biasanya terbuat dari tumpukan batu bata lalu dilapisi tanah liat. Bahan bakarnya pakai kayu. Asap, itu biasa. Saya sendiri sebelum beralih ke gas, pakainya juga pawon. Yang jadi pekerjaan rumah itu kalau musim hujan seperti ini dan kayu bakarnya basah. Mau hidupin api itu susahnya minta ampun! Memang sih kalau masak di Pawon kudu punya effort yang banyak.

Hasil masak di pawon dan pakai kayu bakar itu rasanya beda. Lebih sedap. Mungkin karena bau kayu. Tapi kalau salah masak, bisa kena bau sangit. Ngontrol apinya juga kudu telaten, antara maju mundur atau nambah kayu bakarnya. Selain kayu dan tungku batu bata, Bapak saya juga pernah membuat tungku pawon dari bekas kaleng biskuit yang diisi serbuk gergaji yang ditekan sampai penuh. Tapi ya memang enggak bisa dipakai lama karena sengnya akan rapuh dan menipis. 

Oh iya. Meski saya baru benar-benar belajar masak saat SMA, tapi untuk urusan perpawonan, saya sudah main-main dari kecil. Dulu tuh sering banget main masak-masakan mulai dari bahan daun-daunan enggak jelas, sampai bahan yang bisa dimakan kaya singkong. Kalau ada niat masak singkong, kudu nyiapin bekas kaleng susu yang dilubangi salah satu sisinya. Lalu biasanya saya ambil singkong di belakang rumah yang ditanam almarhum Mbah. Kadang kalau punya uang, beli gula merah buat campuran singkong. Ya begitu chef amatiran mulai masak.

Sekarang ini saya memang jarang pakai pawon buat masak. Paling Ibu saya sih kalau mau masak air atau merebus sesuatu yang memakan waktu lama. Mau masak pakai gas atau pawon, harus banget menikmatinya. Kalaupun nanti gas 3 kg naik, doa saya semoga diberikan rizki lebih. Jadi bisa beli dan enggak pakai ngeluh ini itu. Bukan begitu?

Jadi kalau gas naik, kalian mau kembali ke pawon juga? Atau beli makanan jadi saja biar enggak ribut masak? Share pendapat kalian ya! Sampai jumpa. Happy blogging!

2 comments

HM Zwan said...

Ibu mertuaku masaknya masih pake pawon mbk sehari hari. Meskipun lama tapi kalo pas pulkam bareng2 nggak berasa lama haha.

Jiah Al Jafara said...

Masaknya sambil ngrumpi pasti nih, hehehe