Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label Monday Flashfiction. Show all posts
Showing posts with label Monday Flashfiction. Show all posts

#FFRabu - Gadis Korek Api

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***

Gadis menggenggam tangannya kuat-kuat. Dia memasang wajah datar seolah apa yang didengarnya bukanlah sesuatu yang penting. Ratna berkoar tentang pesta ulang tahun ke-17 nya. Penyanyi terkenal diundang. Dia juga membangun rumah lilin untuk menyempurnakan pestanya.


"Ini untukmu. Maaf baru ngasih. Jangan lupa nanti malam jam 7 ya!"


Gadis menatap undangan Ratna sambil meraba saku seragamnya. Korek api lusuh miliknya tinggal satu batang.


Tepat jam 7 malam Gadis berdiri di depan rumah Lilin Ratna. Dia sudah meminta banyak hal untuk menyamai Ratna. Sambil memejamkan mata, Gadis menyalakan korek terakhirnya.


Gadis meninggalkan rumah itu dengan senyum lega. Di belakangnya asap mengepul lalu api menyala.

Dunia di Balik Pintu Kayu

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Dunia di Balik Pintu Kayu merupakan buku kumpulan flashfiction karya peserta MFF Idol Seasion 1 tahun 2013 dan beredar pada Agustus 2014.

Saya ada di sana? Iyes benar. Saya pernah menulis perjuangan saya di MFF Idol. Rasanya setelah berjuang dan kini hadir dalam bentuk buku itu sesuatu.

Di buku ini kita akan dimanjakan dengan berbagai jenis FF dalam berbagai genre. Walaupun di MFF Idol saya tidak juara, saya bangga bisa ada di sana. Kalau boleh saya bilang, bukalah pintu dan temukan duniamu.

Sampai jumpa :hai.

Review: Ketika Cinta Bertasbih

Bismillaahirrahmaanirrahiim....


Mengikuti Reading Challenge MFF 2015 Edisi Februari, saya akan mereview Ketika Cinta Bertasbih versi saya. Kenapa saya pilih novel ini? Karena butuh waktu dan tangisan untuk bisa menuntaskan novel ini #DuhBahasanya.


KCB mulai booming ketika Habiburrohman penulisnya mengadakan audisi pemain untuk film tersebut. Seperti ayat-ayat cinta, saya juga kepo ingin sekali membaca novel itu. Ketika novel itu muncul di perpus sekolah, saya sudah daftar sebagai peminjam. Sayang, novelnya bergilir dari tangan ke tangan :hiks :hwa.


Akhirnya, kenaikan kelas XII saya bisa baca novel seri 1. Seri 2 nya minjam teman itu juga sudah akhir semester 1 di kelas XII. Ngenes banget nggak sih? Kalau film, nunggu gratisan hehe. Jepara mana ada bioskop?


Gambar dari diary jaman MAN :uhuk
KCB menceritakan tentang perjuangan mahasiswa-mahasiswi Indonesia yang melanjutkan studynya di Al Azhar. Yang menjadi sorotan jelas Khoirul Azzam, mahasiswa yang 9 tahun di Al Azhar, belum S1 dan berjualan tempe untuk kehidupannya dan keluarga. Selain berjualan tempe, Azzam juga pernah menjadi juru masak saat ulang Tahun Eliana anak Pak Dubes.

Azzam ini anak yang baik hati, rajin ngaji. Terbukti si Azzam ini rela menolong Ana dan temannya mahasiswi Indonesia yang waktu itu mengalami insiden di jalan. Kalau azzam baik hati, beda dengan Furqon. Furqon baik, anak orang kaya dan sedang mengerjakan tesis. Sayang, dia ini boros. Walaupun bersahabat, sifat mereka beda.


Hal inilah yang menjadi sorotan besar ketika Azzam ingin menghitbah Ana yang bahkan belum pernah dia lihat. Berbeda dengan Furqon yang karena pendidikannya dianggap lebih mumpuni untuk Ana yang juga sedang mengerjakan tesisnya.


Azzam akhirnya ihlas sekaligus memperbaiki diri. Dia pun lulus S1 dan pulang ke Indonesia. Apa semuanya selesai? Tentu saja tidak. Justru konflik yang sebenarnya baru dimulai. Azzam yang sopir, pengangguran setelah tamat dari Al Azhar sampai pertanyaan, kapan menikah pun ada.

Alurnya novel ini maju, gampang dicerna. Untuk film versus novel, walaupun butuh waktu lama, saya lebih suka novelnya. Puisinya saya suka. Ketika membaca, saya selalu penasaran dan ingin segera menuntaskan novelnya.

Filnya, hem..., saya sadar bahwa bahasa dalam novel beda dengan bahasa visual. Dalam akting kan harus berekspresi supaya kelihatan sesuai dengan apa yang ingin disampaikan. Tidak ada yang sempurna begitu juga dengan film ini. Menurut saya, ekspresi Husna, adik Azzam ketika bertemu di bandara itu lucu, kurang gimana gitu. Waktu membaca puisi juga. Adegan di mesir, adegan Furqon di hotel itu yang saya kurang suka. Oh iya. Di situ juga ada Sarah adiknya Azzam yang dari awal akting tidak pernah ngomong sama sekali. Kaya patung saja hehe :Uhuk.

Dalam film, jelas kita dimanjakan dengan pemandang kota mesir, lebih real beda ketika bengong baca di novel. Bakso cintanya juga lucu. Pertanyaannya, beneran ada yang jual?

Endingnya, akhirnya Azzam nikah :hepi di novelnya. Kalau film ada tambahan di mana Azzam jalan-jalan sama istri dan adik-adiknya. Menurut saya sudah oke, mau ditambahin apa lagi coba?

Novel dan filmnya mengajarkan perjuangan hidup dan semangat menuntut ilmu. Semangat entrepreneurnya si Azzam dengan bakso cintanya. Kata Bu e-nya Azzam, walaupun sibuk kerja, ngajinya jangan lupa. Pun saat kita mencari pasangan hidup, kita harus bisa jadi yang terbaik maka kita akan dapat yang terbaik juga.

Kalau boleh rating 1-5, novelnya dan filmnya 4 lah. Bagaimana menurut kalian?


Sekian review dari saya. See you again :hai

Source
Source
Novel:
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Repubilka-Basmala
Tahun Pertama terbit: 2007
Jumlah Halaman: 477

Film:
Sutradara Chaerul Umam
Produser Mitzy Christina Cindy Christina
Penulis Cerita:
Habiburrahman El Shirazy
Tanggal rilis 1 Jumat, 19 Juni 2009
Tanggal rilis 2 Jumat, 18 September 2009

Quiz Monday FlashFiction Prompt #4: Ayunan Si Kunyit

Credit
Bismillaahirrahmaanirrahiim....
  ***

Kutendang kerikil yang berada di tengah jalan agar jauh ke pinggir rerumputan. Hari pertama masuk sekolah membuatku sedikit lelah. Aku terlambat bangun pagi sehingga gagal mendapat bangku paling depan. 


Kuhentakkan kaki sebal sementara rok merahku sedikit diterbangkan angin. Kulihat si Kunyit Mimi dengan rambut singanya melamun sedih di ayunan favoritnya di bawah pohon sawo. Liburan sekolahku berakhir membuat Mimi sedih. Tak ada yang mengajaknya bermain lagi.


"Kunyit! Bengong mulu! Nanti dimakan hantu pohon sawo lho!" godaku sambil mengayun-ayunkan Mimi.

"Hore! Kak Dea udah pulang! Bisa main ayunan lagi. Dorong keras Kak!" kata Mimi kegirangan.


Kuayunkan Mimi tinggi, lebih tinggi dan dia menjerit.


"Nyit, mainnya di dalam aja yuk! Pohon sawonya kan banyak ulet. Nanti kamu gatel-gatel."

"Gak mau Kakak!"


Mimi cemberut, aku tak akan tega melihatnya begini.


"Ayunkan yang tinggi, Kakak!"


Kudorong ayunan Kunyit lebih jauh, lebih tinggi. Dia menjerit lagi.


Kunyit melepaskan pegangan dari ayunan. Dia menggaruk-garuk tubuhnya. Ayunan masih melambung tinggi. Kunyit hilang kendali dan jatuh tersungkur. Kepalanya berdarah.


Seminggu berlalu sejak insiden Kunyit jatuh dari ayunan. Aku menatap bekas pohon sawo yang ada di depan rumah. Dulu kunyit selalu bernyanyi riang di sana. Setiap pulang sekolah dia selalu di sana, tapi kini tak ada.


Aku melangkah gontai menuju pintu. Di pojok teras ayunan Kunyit teronggok. Tak ada lagi ayunan si Kunyit di pohon sawo.


"Hore Kakak Pulang! Kak ayo main!"

"Mau main apa, Nyit? Gak ada ayunan lagi. Emang kamu udah sembuh?"

"Udah dong! Alergi gatel gara-gara uletnya ilang, pohon sawonya juga. Sekarang kita masak-masakan aja!"


Mimi menyodorkan kaleng bekas susu dan tanah liat di dalamnya. Aku tertawa mengelus rambut berkuncir kudanya.


"Untuk QUIZ MONDAY FLASHFICTION #4 - Sketch Prompt"


Notes:
Mari Curhat!!! :uhuk
Aku pernah main ayunan sama kedua Mbakku. Ayunannya tinggi digantung di pohon sawo. Aku dan Mbakku jarang main bareng soalnya mereka dari pagi sampai sore sekolah. Kalau bisa main bareng itu namanya amazing :uhuk . Tapi aku nggak pernah jatuh dari ayunan :uhuk . Seingatku, dulu aku nggak pernah main masak-masakan sama Mbakku. Kalau sama Kakak sih pernah :uhuk . Kalau pun aku ngayal buat masak-masakan tanah liat, itu nggak akan jadi kenyataan :smile . Nyatanya aku pernah masak beneran masak makanan yang enak di makan, huahhahah :uhuk . Oh iya, Kunyit itu nama panggilan yang dikasih Mbakku. Kenapa Kunyit? Halah wong aku juga nggak tau, hihihi :wek .

Prompt #47: Toki Ni Kesareta

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
***

Kereta berhenti, tapi Una Chan belum terlihat. Aku berjalan dengan frustasi. Mendengar dia pergi dengan Yuki Kun membuat kepalaku pusing. Apalagi Una Chan sengaja kabur sehingga aku sama sekali tidak tahu tempat mana yang akan dia kunjungi. Sial! Una Chan, di mana kau?


Tak pernah seperti ini sebelum Una Chan datang dalam hidupku. Dia, alasan kenapa aku harus bertahan, harus melindunginya. Aku memberikan apapun untuknya. Tak perlu balasan karena aku hanya ingin melihat senyumnya, kebahagiaannya. Itu saja.


Hujan turun digelapnya malam. Una Chan mungkin sudah pulang. Tapi bagaimana jika belum? Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padanya? Bagaimana jika....


"Usui Kun!!!"


Kutatap tubuh mungil yang berdiri beberapa meter dariku. Dia berlari, memeluk tubuhku sehingga payung merah yang dipegangnya terjatuh. Aku masih tak percaya, Una Chan baik-baik saja. Tapi dia menangis. Kenapa?


"Aku takut, kau tidak pulang-pulang." katanya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8BTHMeVGKt-3PQ3M9ptvwohGmeA1ZeBmzixFXpYsj6vLsqO30F1_dZcnKrjDlPBaEADMhntAloznRHuZncym68GFBvApkb6cEuYxwUGjbyRmCKxf5w7WZOCc_EhYZGlPat-bPKayIyU4/s1600/th.jpg
Credit
"Gomen (Maaf). Aku harus menyelesaikan pekerjaan tadi. Kau tahu kan...,"

"Aku tahu." 

 
Kau tak pernah tahu, air matamu menyakitiku. Tapi memelukmu seperti ini membuat semuanya menjadi lebih baik. Seperti oksigen, aku begitu membutuhkanmu. Aku tak tahu bagaimana hidupku tanpa kamu, Una Chan.


Anata o aishiteru koto wa kami mo sude ni shitteiru
Toki ni kesareta
Shinde shimattemo
(Tuhan pun tahu, jikalau aku mencintai dirimu
Tak musnah oleh waktu
Hingga maut datang menjemputku)


"Usui Kun! Mari pulang!"

"Aku tidak suka panggilan itu. Ini bukan kantor."

"Oniichan!" (Kakak)

Kutetap menunggu kamu di lain waktu

Mungkin di kehidupan yang lain, aku bisa menjadi kekasihmu, Una Chan.


***

MFF

Notes:
Woaaa!!! Akhirnya bisa ikut nulis FF nan absurd ini :uhuk . Thanks buat Una Chan yang mau bersusah payah listening lagu Immortal Lovenya Mahadewa versi Yuka TamadaThanks buat Mbak Orin yang mau nerjemahin hasil listeningnya Mbak Una. Maksudnya ngecek artinya sih :uhuk . Aku lagi tergila-gila sama lagu ini :smile .

Prompt #43: Detak Cinta

Bismillaahirrahmaanirrahiim....


***

Aku memandang Fahri yang mulai berjalan menjauh meninggalkanku. Aku meratap, menangis, kecewa. Dia bilang, dia mencintaiku, memujaku. Tapi kini mengapa dia tega meninggalkanku? Terlebih dengan seorang lelaki yang tersenyum lebar, memelukku dengan erat dan sama sekali tidak aku kenali. Dasar manusia tidak berperasaan!


Aku masih ingat saat pertama kali Fahri menemukanku. Dia terpesona dan langsung mengambilku. Dia memberi perhatian lebih daripada yang lain. Aku terbuai dengan caranya mempertahankanku, menjagaku di kotak kaca. Tapi kini apa? Semua tak ada lagi. Fahri membuangku.


***


Pesta meriah, lampu benderang, rumah ini masih sama meski sudah dua tahun aku terbuang. Aku melihat Fahri berdiri tegak dengan seorang perempuan manis menggamit lengannya. Dia terlihat bahagia, sangat bahagia. Setelah sekian lama, kukira aku merindukannya. Merindu caranya mencintaiku, memujaku. Tapi aku sadar, laki-laki yang tangannya sedang kulingkari ini, dia memberikan cinta yang berbeda.


"Ramon! Long time no see, kau kelihatan lebih bersinar!" goda Fahri

"Kau tahu apa yang membuatku lebih bersinar." balas Ramon sambil melirikku. Aku tersipu malu.

"Ramon, ini Diana istriku. Terakhir kita bertemu, aku belum sempat memperkenalkamu padanya."

Ramon dan Diana saling berjabat tangan dan tersenyum. Sekilas Diana sedikit kaget saat melihatku.

Ramon berpamitan untuk menikmati pesta sekaligus bertemu teman-teman lamanya. Tidak terlalu jauh dari Fahri dan Diana, secara samar aku mendengar percakapan mereka.

"Kau meberikan Moody pada Ramon?" tanya Diana.

"Iya. Dia terlihat lebih bersinar dan Ramon sangat cocok mengenakannya."

"Tapi bukannya itu favoritmu? Sesuatu yang sangat kamu sukai?"

"Ya tentu saja. Sampai saat ini aku masih menyukainya. Tapi Ramon kelihatan begitu terpesona dengan Moody, aku bisa melihat itu. Kau pernah bilang, jika ada seseorang yang begitu menginginkan kepunyaanmu, maka berikanlah. Yakinlah dia akan jauh lebih sayang dan akan merawatnya dengan lebih baik. Aku melihat itu pada Ramon. Dia merawat Moody dengan baik."

"Kalau ada seseorang yang menginginkanku juga, apa kau akan memberikanku pada orang itu?"

"Oh tidak bisa! Kau istriku sekarang. Aku tidak akan pernah membaginya dengan orang lain."

Diana dan Fahri tertawa. Aku tahu, mereka sedang berbahagia.

Apa yang Fahri katakan tentu saja benar. Sekarang aku lebih bahagia bersama Ramon. Ramon mengajakku ke mana pun dia pergi. Tak peduli apa pun yang terjadi, kita selalu bersama. Tidak seperti Fahri yang memujaku tapi justru memenjarakanku dalam kotak kaca. Tubuhku berdetak bersama nadi Ramon. Kami sama-sama berdetak, saling mencintai.


"Hai Ramon! Wow! Jam tanganmu bagus!" seru seseorang.

Ramon melirikku, tersenyum malu.


MFF



Notes:
Saya baru ingat, bertahun-tahun tidak memiliki jam tangan :uhuk . Biasanya lihat jam d HP :smile .

Prompt 42: Bunga Kertas

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Credit

Aku menatap bunga kertas dari Romeo dengan miris. Perayaan tiga tahun pacaran dan dia hanya memberiku sebuah bunga kertas. Okey tak usah barang mahal, setangkai bunga mawar mungkin itu sudah cukup. Tapi ini bunga mati. Mungkinkah dia ingin berpisah?


Bintang tak bersinar, hujan terlalu kuat, dingin, sedingin perasaanku.


Oh baby I'll take you to the sky
Forever you and I, you and I


Lagu Petra dari HPku sedikit membuyarkan kesedihanku. Romeo....


"Karin..., kamu di mana?"

"Di rumah. Kenapa?"

"Kamu belum baca pesanku?"

"Pesan apa? Seharian kamu nggak ada kabar, sekarang nelfon nanyain pesan. Tiga tahun Rom, dan kamu cuma ngasih bunga kertas. Mungkin aku terlalu berharap kita bisa terus bersama. Aku tahu kamu cuek, tapi ini sudah keterlaluan. Romeo, kamu dengar aku?"


Hening, tak ada jawaban. Kutatap HPku. Good!!! Telfon terputus. Kuremas bunga kertas dari Romeo. Air mataku menetes, bodohnya. Kurobek kertas itu dengan kasar menjadi beberapa bagian. Aku menatapnya dengan sedih. Mungkin ini sudah berakhir.


Robekan kertas itu terasa aneh. Kuambil dan kutata bagian demi bagian menjadi kertas utuh. Great!!! Ada gambar logo Kafe Elang, cafe terbuka seperti taman tempat pertama kali aku dan Romeo bertemu.


Kutembus hujan menuju Kafe Elang. Aku terengah, kafe terlihat sepi.


Aku masuk ke dalam kafe. Kuhampiri Romeo yang menunduk dengan pakaian yang sudah basah.


"Maaf."

"Karin. Aku pikir kamu tidak datang."

"Itu salahmu. Kenapa nulis pesannya di bunga kertas, aku pikir...,"

Romeo memelukku sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

"Maaf, aku pikir itu romantis. Tapi ternyata aku bodoh. Happy anniversary." katannya.

Aku menatap Romeo dengan senyum malu-malu. Wajah kami berdekatan kemudian bersin bersamaan.


MFF


Notes:
Nggak ngetwist lalala :uhuk . Sudah semenggu lebih aku bersin-bersin *CurCol :uhuk .