Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

BeraniCerita #08 : Cangkir Rolie

Credit

Aku membuka bajuku kemudian menggantikannya dengan seragam dinasku. Ku lirik benda yang sejak sebulan yang lalu tersimpan di lokerku. Sebuah cangkir kopi dengan bekas lipsik merah Angelina Rolie. Darimana aku tahu namanya? Tentu saja aku tahu bahkan semua orang pun tahu. Dia artis terkenal itu. Semua filmnya masuk Box Office. Ketika melihat Cangkir itu, aku enggan sekali mencucinya. Bekas lipstik bibir Rolie sungguh mempesona.


Nah, hari ini aku melihatnya lagi. Dia datang dengan gaun ungu yang manis. Tentu saja masih dengan bbir merahnya yang sexi. Dia, tersenyum padaku kemudian mengangkat telunjuk kanannya.


Aku mendekatinya dengan secangkir kopi ditanganku.

"Aku hamil!"

Deg! Bagaimana mungkin? Kakiku tiba-tiba lemas.

"Kamu lupa? Haruskah aku mengingatkanmu tentang malam itu? Bukankah kita sering bercumbu mesra?"

Ha? Rolie? benarkah? Sepertinya baru kemarin aku menyapamu disini. Kenapa secepat ini?

"Mas, kopi saya!" Rulie mengagetkanku.

"Ah iya, ini silakan,"

"Makasih. Sayang, cepat kesini ya, aku tunggu."

Tap. Rulis menutup telfonnya.

"Pelayan!"

Seseorang memanggilku, aku harus kembali bekerja.

#8MingguNgeblog 3 : Tak Pandang Usia

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga


Hei, hari ini masih bertema wanita, perempuan, gadis, girl ya ya ya. Jangan bosan ya :smile . Inspirasi nomor satuku Bu e, tidak perlu meragukan itu. Wanita memang unik, jadi yah tidak kaget kalau banyak orang yang menuliskan tentang sesosok wanita sebagai inspirasi kehidupannya.


Bu e memang sosok yang keren. Aku sudah sering menuliskan beliau disini, di Demam Korea misalnya. Tapi kan, aku tidak hidup dengan Bu e seorang. Disekelilingku masih banyak wanita-wanita super inspiratif yang patut diacungi jempol. Thanks buat kalian semua. Kalian semua istimewa, kalianlah the next Kartini.


Pertengahan Juli 2012 saat ada pameran buku di Gedung Wanita Jepara aku mendapat tugas untuk menjual sebuah produk disana. Meskipun namanya pameran buku, tapi disana bukan hanya buku yang dijual. Aku menawarkan ke semua orang. Dari anak sekolah, mahasiswa/siswi, bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-nenek semua aku tawari. Kebetulan produk yang aku jual memang bisa dikonsumsi segala usia, jadi aman.


Dalam suasana yang ramai, kebetulan stand yang ku tempati itu disamping pintu masuk, posisi yang pas. Biasanya jika yang datang usia sepuh [Tua], beliau-beliau itu datang bersama keluarga. Rombongan besar begitu. Tapi, hari itu aku melihat sesosok nenek, tidak tinggi, berjilbab, berlajan santai dengan seorang anak laki-laki. Kemungkinan besar itu adalah cucunya. Nenek itu pun tak luput dari penawaranku. Setelah mengobrol sebentar, kata Beliau anaknya itu sudah jadi agen produkku. Yah wes, tak perlu waktu lama aku pun mempersilakan Beliau masuk ke arena pameran.


Selang beberapa waktu, Beliau keluar menuju sekretariat untuk menukarkan kertas undian. Sejenak aku terpesona dengan beliau. Usia beliau mungkin setara dengan Mbahku. Mbahku sendiri kalau mau pergi pasti aku atau kakak yang antar. Lha ini? Seorang nenek diantar cucunya yang masih usia SD. Ah, mungkin saja rumahnya dekat. Jadi, apa yang perlu ditakutkan?


Waktu pun berlalu, 16 Juli 2012 hari terakhir pameran. Hari terakhir aku bertugas. Semua tentu saja masih sibuk dengan aktifitasnya. Yang jelas, beberapa hari yang telah berlalu meninggalkan kenangan-kenangan manis diantara kami para penjaga Stand. Tapi , hei! Aku melihat nenek itu lagi masih dengan cucu laki-lakinya yang seumuran SD. Aku tersenyum padanya. 


Ingatanku menghayalkan tentang beliau. Siapa dia? Dimana rumahnya? Kemana anak-anaknya? Kenapa Beliau hanya dengan cucunya? Pertanyaan-pertanyaan itu membombardir pikiranku. Aku harus menyelesaikannya, titik. Tidak ada waktu lagi. hari semakin sore dan mungkin ini kesempatan terakhirku untuk bertemu beliau.


Dengan hati yang mantap, aku menghampiri beliau yang sudah keluar dari arena pameran buku. beliau duduk manis di depan Stand Perpustakaan Jepara. Sekedar dudukkah?


Aku memulai aksiku. Basa-basi aku berkenalan dan bertanya nama beliau. Taslinah, alamat Lebuawu Pecangaan. Hei, Pecangaan itu jauh dari pusat kota Jepara. Untuk kesana, harus naik Bus dan jika sudah sore, penumpang mungkin saja penuh. Sedangkan Beliau hanya bersama cucu kecilnya, tanpa sepeda motor atau pun mobil. Apa yang beliau tunggu? Hari sudah sore, kenapa tidak pulang? Itu yang keluar dari bibirku. 


Aku, sedikit tercengang dengan jawaban beliau. Katanya, Beliau akan menunggu pengundian hadiah. Ya Rabb, bukankah itu ba'da isya'? Dan saat itu baru ashar. Lalu bagaimana dengan kepulangan Beliau nanti? Beliau pun memberitahukan bahwa Beliau punya saudara di dekat Gedung Wanita Jepara. Alhamdulillah, tenang hatiku.


Pertanyaan lain muncul, kenapa beliau duduk di stand Perpustakaan? Hanya sekedar duduk? Ternyata aku salah. Beliau akan mendaftar untuk mendadapatkan kartu anggota agar bisa meminjam buku di Perpus. Jleb! Skakmat untukku. Aku yang sudah sejak MAN ingin punya kartu itu sama sekali belum mengurusnya. Lalu beliau yang sudah sepuh ini? Ya Allah, aku malu.


Betapa terkejutnya aku waktu beliau ngengeluarkan hampir semua persyaratannya. Ada fotocopy KTP, pas foto warna, semua sudah Beliau persiapkan. Makin malu saja aku ini. Beliau juga menuliskan namanya. Ya Allah, tulisan tangan beliau bagus. Dengan usianya yang tidak muda, Beliau berhasil membuatku meraba dada, malu. Beliau suka sekali dengan buku. Beliau masih membaca tak pandang usia. Sungguh aku malu. 


Dalam keluargaku sendiri, hanya aku yang punya banyak buku. Bapak, ada beberapa yang masih Beliau baca. Mbahku, Beliau buta huruf. Lalu dia, Bu Taslinah semangatnya itu sungguh luar biasa. Secara personal memang aku sama sekali tidak mengenalnya. Tapi dari pertemuanku yang singkat itu, beliau menyisakan kenangan manis. Aku merinding, jika tua nanti, masihkah aku seperti Beliau? Mencintai buku, mencintai baca. Masihkah mataku setajam Beliau, membaca tanpa kacamata? Lalu, tulisan tanganku, masih bisakah aku produktif, menginspirasi orang lain? Saat posisi kami di desa, tak banyak toko buku mewah, bisakah?


Semua berkecamuk dalam dada. Yang pasti, aku berterimakasih kepada-Nya yang telah mempertemukanku dengan sosok hebat seperti Bu Taslinah. Aku belajar untuk mencintai buku, tak pandang usia. Setelah itu sampai hari ini, aku tidak lagi bertemu Beliau. Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan oleh-Nya. Lalu jika Beliau sudah tidak ada, semoga Beliau mendapat tempat terbaik disisi-Nya.


Yah, Beliau adalah Perempuan Hebat. Perempuan Inspiratifku. Bukan lewat tulisan, bukan lewat kata. Tapi semangat dan cintanya terus mengakar di dada.





Foto dokumen pribadi. Aku memotret Beliau tanpa sepengetahuannya. Saat itu aku malu untuk meminta foto bersama :smile

Kalian The Next Kartini

Wanita adalah tiang negara. Bila wanita itu rusak, maka rusaklah negara itu.

Hari ini, sepertinya banyak sekali aksi menulis inspirasi, apresiasi untuk kaum wanita. Setidaknya, hari ini aku juga ikut berbangga karena aku wanita, calon istri dan Insya Allah calon ibu.


Wanita dulu dibanding sekarang jelas sudah sangat berbeda. Dulu wanita tidak diakui, dibuang, dibunuh. Tapi kini jendela sudah terbuka. Semua bebas sesuai aturannya.


Wanita diciptakan dengan segala keunikannya. Aku masih ingat saat guru matematikaku yang juga seorang wanita mengatakan bahwa wanita itu diciptakan dengan 1% otak dan 99% perasaan. Dengan kekuatan otak yang 1% itu, wanita mampu mengubah ladang tandus menjadi padang rumput nan mempesona. Yah, semua itu karena perasaannya, karena ketulusannya.


Numero uno for me, Bu e. Bukan hanya Bu e  tapi kalianlah wanita paling menginspirasi dalam kehidupanku. Bu e yang selalu bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan untuk kami. Bu e  wanita yang tidak berpendidikan tinggi tapi memberikan segala arti tentang hidup. Bu e, love you forever.


Menjadi wanita dengan segala peranannya bukanlah hal yang mudah. Ketika menjadi istri, menyiapkan segala kepeluan suami. Lalu berubah menjadi ibu, mengurus anak, mendidik mereka. Tidak lupa mengatur membersihkan istana mungil yang menjadi surga untuk keluarganya. Lalu wanita, tidak lepas dengan peranannya di masyarakat, sosial. Wanita seolah berubah wujud menjadi gurita dengan tangan-tangannya mengerjakan dan menyelesaikan semua tugas-tugasnya. Yah, seperti itulah sosok Kalian. Kalian wanita-wanita hebat yang ada disekelilingku.


Kalian itu Ibuku, Kakakku, Sahabatku, teman-temanku, guruku yang menginspirasi sepanjang hidupku. Aku hidup bukan hanya dengan keluargaku. Aku juga hidup dengan kalian. Lewat suara kalian, tulisan tentang kehidupan kalian, semuanya membuatku belajar bagaimana hidup ini. Aku hanya sebagian kecil wanita yang terhipnotis segala sifat positif kalian.


Pernahkah kalian bertanya, kenapa Kartini? Kartini terkenal karena suratnya, Habis Gelap Terbitlah Terang. Wanita lain juga berhak mendapatkan posisi yang sama. Ada Hadijah istri Nabi Muhammad, Cut Nyak Dien, Cut Meutia bahkan Ratu Shima. Mereka punya peranan masing-masing yang mengispiratif dalam hidup kita.


Hai Wanita, kalian semua motivasiku untuk menjadi lebih baik. Aku ingin seperti kalian, Mama Gurita. Aku ingin menjadi wanita yang dirindukan dia, dan wanita yang dicemburui bidadari surga serta wanita yang menginspirasi orang lain.


Kalian, The Next Kartini yang menginsirasi semua orang. Kalianlah sumber segala kehebatan. Wanita, karena kalian istimewa.


Lomba Blog ZALORA Wanita Terinspiratif

Wanita Terinspiratifku diikutkan pada ZALORA Indonesia dan Blog ZALORA Indonesia