Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Rumahku, Itu Kamu

Ini lanjutannya, Ruang Hati

"Aku mencintaimu," Ucapku

Seharusnya itu yang ku katakan sejak dua tahun yang lalu. Tapi apa daya, saat itu aku belum mampu mengucapkannya. Dan detik ini ketika aku mengatakannya, kau malah tidak bereaksi apa-apa.

"Aku ngantuk dan ingin tidur. Jangan membangunkanku sebelum sampai di Jogja," Ucapmu

Bodoh!!! Aku memang bodoh. Kenapa aku tidak melihat situasi yang ada? Ini bukan hal romantis yang selalu kau inginkan. Aku memang suami yang payah. Dinda, maafkan aku. Lalu sekarang, apa yang harus ku lakukan? Aku bertahan karena wasiat ayahmu dan rasa ini, cinta sederhana untukmu. Dinda, aku mencintaimu, tapi untuk mengucapkan itu bibirku terasa kelu.

Aku melajukan mobil dan kau tertidur manis dipundakku. Aku yakin, jika kau sadar pasti akan marah dan menjauh dariku. Ku ambil kertas usang yang ada disaku kemejaku. Ku baca satu demi satu, kata yang tertulis di kertas merah muda itu.

Cinta sederhana
Seperti kata yang tak pernah dijabarkan oleh para pujangga
Aku Mencintaimu Dengan Sederhana
Seperti ombak pada lautan yang menggulungnya entah kemana
....

Ku baca sampai kata terakhir dan kulipat lagi kertas itu. Rangkaian kata yang ku buat sehari setelah kita sah menikah. Saat itu, aku yakin rumahku, itu kamu.

Kini setelah setahun kita menikah, seharusnya aku selalu mengucapkan kata cinta untukmu bukan menggantungkan perasaanmu. Maaf karena pernah mempermalukanmu. Itu dulu, bisakah kau melupakannya? Inilah pengakuanku, saat ini aku selalu yakin. Aku akan mengantarmu pulang ke rumah kita.  Karena yang ku tahu rumahku, itu kamu tidak ada yang lain.

****

"Dinda, jangan menangis ..." Bisikku

"Kau gila? Mana mungkin aku tidak menangis? Apa yang telah kau lakukan? Apa kau tidak lihat keadaanmu sekarang?" Ucap Dinda keras dan masih terisak

"Sudahlah.... Aku tak pantas kau tangisi. Yang harus kau tahu, aku senang melihatmu baik-baik saja. Maafkan aku karena sering membuatku marah. Sabarlah... rumahkku, itu kamu. Aku akan kembali...."

Aku mulai lelah. Ku pejamkan mata sejenak, menahan kesakitan yang ada. Sepertinya darah mengalir dari otakku. Aku masih mendengar suara Dinda yang memanggil dan mencoba membangunkanku. Dinda, mataku berat jadi biarkan aku tidur sejenak.

Dinda masih menggoyangkan badanku disamping mobil yang ringsek akibat tabrakan itu. Ya Tuhan, sabarkanlah istriku. Aku akan kembali membawa kata cinta untuknya. Tentunya itu atas kehendak Mu, bukan kehendakku.

"Yudha, tunggu dulu. Cepat buka matamu, aku mohon...." Pinta Dinda

Aku mengiba, Tuhan berikan aku kesempatan sekali ini. Aku ingin mendengar kata-katanya. Mungkin saja itu kata terakhir untukku. Tuhan, aku mohon ....

Perlahan, aku mulai bisa membuka mataku. Pelan-pelan wajah Dinda terlihat jelas, dia masih saja cantik. Ah apa-apan aku ini.

"Dinda, apa yang ingin kau katakan?" Ucapku lirih

"Jangan mati sekarang,"

"Kenapa kau tak ingin aku mati? Apa ini berarti aku masih punya kesempatan lagi? Apa kau telah memaafkanku? Apa kau juga mencintaiku?"

"Kau bicara apa? Cinta? Kau masih berhutang banyak padaku, jadi jangan mati sekarang. Skripsiku belum selesai, nanti siapa yang akan menjadi pembimbingku? Aku tidak mau berdiri sendiri saat wisuda. Kau pikir jadi janda kembang enak?"

"Dinda, aku mencintaimu"

Ya Tuhan, akhirnya aku bisa mengucapkannya. Kami berpelukan erat, aku tak mau melepaskannya.





NB : Masih ada yang ganjel??? hehehe 

Cuma fiktif, jangan percaya :D

Ruang Hati

Aku benci Yudha suamiku. Dia seseorang yang telah mempermalukanku dua tahun yang lalu. Aku benci dia, tapi kini dia malah jadi suamiku. Ayah, apa yang telah kau lakukan padaku? Kenapa wasiatmu sebelum tutup usia adalah sebuah perjodohan? Ini tak adil untukku.

"Dinda, mau ku antar pulang?" Ucap Yudha suamiku
"Ngga usah, aku bisa pulang sendiri," Jawabku ketus

Dia diam lalu berjalan masuk rumah Ibu untuk mengambilkan barangku. Aku benci saat-saat ini dimana kita (aku-Yudha) bersama di rumah Ibu di Semarang. Ibu tak tahu apa yang terjadi antara aku dan Yudha saat di Yogjakarta. Yang Ibu tahu, kami melanjutkan study disana, tinggal serumah dan rukun sejahtera. Itu semua bohong, aku dan Yuda hanya berakting saja dihadapannya.

Kami tidak tinggal satu rumah. Aku yang menyuruh Yudha kos ditempat lain dan membiarkanku sendiri di rumah impian yang dirancang ayah untuk kami. Aku sengaja membiarkan semuanya seperti mauku. Menyuruh Yudha membisu agar tidak ada orang yang tahu bahwa kami sudah menikah. Yudha tak pernah menyentuhku, kecuali saat kami berakting didepan Ibu.

Aku benci suamiku, entahlah hanya itu yang ada difikiranku. Perjodohan ini seperti sebuah bencana dalam kehidupannku. Yudha, kenapa kau tak menceraikanku saja? Sudah satu tahun kita terikat tanpa arti apa-apa. Lalu kenapa kau masih bertahan dengan semua perilakuku? Aku membencimu berbalik arah seperti dua tahun yang lalu.

Yudha memegang erat tanganku dihadapan Ibu dan aku tak bisa menolaknya. Kami berpamitan untuk kembali ke Yogjakarta. Mobil pun melaju meninggalkan Ibu jauh menyusuri langit biru. Didalam mobil, Yudha terlihat santai seperti tak pernah terjadi apa-apa. Mungkin dia memang sudah terbiasa dengan sikap egoisku. Yudha aku membencimu.

Ruang hatiku gelap, aku terpaku membisu. Aku mulai lelah dengan semuanya. Lalu kenapa aku tak menceraikannya saja? Kenapa aku yang harus menunggu dia menceraikanku. Mataku berat, aku ingin terlelap. Aku masih memegangi cincin yang melingkar dijariku, cincin yang Yudha berikan sesaat setelah akad nikah. Kenapa aku tak bisa membuangnya?

"Aku mencintaimu,"

Aku terpaku sejenak. Apa yang dia katakan? Ah mungkin aku salah dengar.

"Aku ngantuk dan ingin tidur. Jangan membangunkanku sebelum sampai di Jogja," Ucapku

Aku menutup mata, aku lelah. Pasti aku memang salah. Ruang hati Yudha kan beku,mana mungkin dia mengucapkan kata cinta? Itu mustahil. Dalamnya laut bisa diukur, tapi ruang hati, berapa lebarnya? Siapa juga yang tahu isi hatimu?

*****
NB : Hanya fiksi,jangan dipercaya :D

Love Is You - Cherry Belle






baby i love you, love you love you so much
since i found out love is you

cinta satu kata penuh makna
cinta bawa hati bahagia
dari sekian juta keindahan dunia
di mata hatiku kaulah keindahan hidupku


baby i love you, love you, love you so much
and i miss you, miss you when you’re gone
baby i need you, need you, need you so much
since i found out love is you


cinta temani suka dan duka (huuu)
cinta bawaku bahagia (bahagia)
dari sekian juta keindahan dunia
di mata hatiku (mata hatiku)
hanya kaulah yang aku cinta


baby i love you, love you, love you so much
and i miss you, miss you when you’re gone
baby i need you, need you, need you so much
since i found out love is you


baby i miss you, baby i need you
baby i miss you, baby i need you
baby i miss you, baby i need you
baby i miss you, baby i need you


baby i love you, love you, love you so much
and i miss you, miss you when you’re gone
baby i need you, need you, need you so much
since i found out love is you


baby i love you, love you, love you so much
and i miss you, miss you when you’re gone
baby i need you, need you, need you so much
since i found out love is you, since i found out love is you


baby i miss you, baby i need you
baby i miss you, baby i need you

Episode Baru

Ini bukan sinetron, ini hanya sebuah tulisan bukan cerpen bukan pula cerbung. Kapan lagi coba buat episode baru??? Emang ini episode apa yah???

Dulu, aku pernah nulis ajang BGBI SCTV audisi untuk masuk delapan besar. Aku nulisnya dari episode satu sampai empat, capek kan??? Ngga juga sih. Wong dulu nulis sinopsis Bulan Di Atas Mentari aja bisa rampung sampai episode terakhir.

Lalu yang episode baru itu apa? Hidupku, eh hidupnya Sunni ding.
Girl band yang aku tunggu-tunggu dari awal sampai akhir dan masuk Grand Final BGBI. Yah jelas girl band ini menuai banyak kontroversi karena mereka memakai jilbab, Whateverlah terserah orang-orang mau bilang apa. Yang jelas mereka cantik, hehehe.

Menurutku peserta yang masuk grand final adalah peserta yang keren-keren. Ada Raise, SugarFree dan Sunni. Nah kalau boy bandnya aku udah pernah nulis biodatanya (sebelum ada audisi BGBI), pr sekarang adalah nulis biodata sunni. Kenapa Sunni? Yah soalnya mereka adalah pemenang pertama BGBI dan setelah ajang itu mereka jelas akan memasuki episode baru.


Lalu kapan nulisnya???
Ntar yah, mau cari-cari di gugel dulu, huehehehhe

Oh iya, yang udah baca FF Ketika Ada Rasa kemarin, thanks buat semua komentarnya. Semua komentar merupakan semangat buatku untuk semakin berkarya. Oh ya, kalo soal Dio yang ada dicerita, itu bukan anak buahnya detektif ujang. Tapi aku juga ngga tau sih Dio itu siapa, huahahah, maklum aja cuma piktif belaka. Bagi yang bernama Dio, maap yah :D

Tik tok tik tok, ada award ....
Buat yang ngasih award, thanks bangettttt .... kalian emang kerennnnn......
Maaf ngga posting satu-satu, tapi langsung aku masukin gudang award aja yah. Ini dia yang baruuuu dari Susu Segar
Dan dari Si Raja Upil, kata mb' Nay
Huah......
Selesai juga bikin postingannya. Oh ya, besok valentine mosting apa yah???
Bye bye ......

Ketika Ada Rasa

"Tru, aku mencintaimu," bisiknya lirih

Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya. Suaranya lembut, benar-benar menggoda.

"Tru, kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak mencintaiku lagi?"

Mata tajamnya memandangiku lebih. Mata yang memancarkan pelangi saat aku mulai takut akan hujan. Mata itu milik Shina, mata yang selalu membuatku tenang.

"Shina, kenapa kamu memandangiku seperti itu? Kamu membuatku takut,"

"Itu salahmu, kenapa kamu diam saja tak menjawabku? Apakah ada wanita lain selain diriku? Ataukah kamu mulai mencintai ..."

Aku menyentuh bibir Shina dengan telunjuk kananku. Aku menghentikannya, aku tak ingin mendengar ucapannya lagi. Aku tak mau dia mengandai-andai sesuatu yang memang benar adanya.

"Apa laki-laki itu Dio?" Tanya Shina

"Sudahlah... Lupakan hubungan antara kita dan Dio. Kita sudah berjanji untuk mengikat cinta abadi berdua, apa kamu lupa itu?"

"Tentu saja tidak. Cinta kita akan kekal, hanya saja aku hawatir Dio atau perempuan lain akan merebutmu,"

"Shina, hanya kau perempuanku,"

"Trueliana, hanya kau perempuan terkasihku,"

Kami berpelukan dan tertawa bersama. Saling berdekapan membuatku merasakan kehangatan cinta yang tak pernah ku peroleh waktu kecil. Shina begitu hangat, tapi itu dulu bukan sekarang. Tak lama kemudian, aku mengambilkannya gelas yang sudah kuisi beberapa menit yang lalu.

"Ini minuman apa? Dari baunya, ini bukan anggur,"

"Yah, ini memang bukan anggur ini minuman spesial untuk cinta kita. Apa kamu tau ambrosia dan amerta?"

"Tentu saja aku tahu, keduanya adalah makanan dewa-dewi yang bisa memberikan kehidupan yang abadi. Lalu apa ada hubungannya dengan minuman ini?"

"Tidak ada, hanya saja aku berharap dengan minuman ini cinta kita akan kekal sampai nanti. Jika di dunia ini kita terhalang oleh kesamaan raga, mungkin nanti setelah reinkarnasi kita akan menjadi sepasangan kekasih selamanya. Nanti di surga, kita harus makan khuldi lebih dulu agar selalu kekal. Dulu Tuhan Marah karena Adam dan Hawa berbeda jenis. Tapi kita ini sama, mungkin saja Tuhan tidak akan marah,"

"Apa kamu yakin Tru? Tuhan tidak akan marah?"

"Mungkin saja, maka dari itu minumlah air ini. Ini tidak memabukkan,"

"Kita harus sama-sama saat meminumnya,"

Aku mulai meneguk air yang ada di gelasku dan Shina pun begitu. Aku ingin segera melihat reaksi ramuan yang ku racik khusus untuk Shina. Aku berdoa semoga nanti Shina akan abadi bersama cinta kita bukan denganku. Jujur saat ini aku ingin bersama Dio, merasakan dekapan hangatnya. Apa aku salah? Aku hanya wanita dan ketika ada rasa untuk Dio, aku tidak bisa menolak untuk kesekian kalinya.

Tenggorokanku tiba-tiba panas, ototku terasa kencang, nafasku sesak. Kepalaku pusing, mataku kabur dan sepertinya aku mulai berhalusinasi. Ah ... Apa-apaan ini? Bisikku dalam hati. Gelas ditanganku jatuh bebas, aku tersungkur ke lantai. Mataku berat dan mulutku seperti mengeluarkan busa. Samar-samar terdengar suasa Shina.

"Tru maafkan aku. Aku ingin kau abadi bersama cinta kita bukan bersamaku,"

Aku seperti terbang jauh. Kini aku melihat Shina berjalan keluar kosku menuju gerbang depan. Mereka bergandengan mesra, Shina dan Dio dengan senyum indah seolah dunia hanya milik mereka berdua.

***
Cerita diatas hanya sekedar fiksi belaka, ditulis dalam rangka meramaikan Kontes Flashfiction Ambrosia yang diselenggarakan  Oleh Dunia Pagi dan Lulabi Penghitam Langit