Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Prompt #9: Parfum

Credit
"Parfum-parfum wangi. Ada banyak rasa, jeruk, apel, mangga, pokoknya wangi punya. Ayo beli dibeli harga murah, mahal semua ada. Ibu, Bapak, Mbak, Mas, Om, Tante, Adik-adik ayo beli. Monggo dilihat-lihat, dijamin tokcer. Buat para suami atau istri ada parfum yang bisa bikin lengket pasangan. Ayo-ayo dibeli,"

"Mas, tadi ada parfum yang bisa bikin lengket ya?" tanyaku sembari jongkok di depan lapak lesehannya.

"Iya Mbak ada. Ini parfum bagus lho asli dari tetesan minyak wangi Nyi Roro Kidul. Mbak tahu sendirikan, Ratu Pantai Selatan itu pandai sekali memikat lelaki? Lha, ini tetesannya lho Mbak!"

"Tetesan? Kenapa cuma setetes? Kenapa ngga satu galon sekalian?"

"Ah Mbak ini. Parfum ini tidak dijual oleh sembarang orang Mbak. Ini warisan turun temurun dari Kakek Buyut saya,"

"Emang Kakek Buyut Anda pernah jadi pacaranya Ratu Pantai Selatan?"

"Sttt, jangan keras-keras Mbak. Ini rahasia, percayalah! Kalau Mbak mau, saya bisa kasih diskon buat parfum ini,"

"Parfumnya kaya apa sih? Harganya berapa?"

"Harganya 500 ribu Mbak, diskon 50% jadi Mbak bayar 200 ribu saja,"

"He? Dari mana pula itu perhitungannya?"

"Itu rumus diskon dari Kakek saya Mbak. Jadi gimana?"

"Lihat dulu deh parfummnya,"

Pedagang itu dengan hati-hati mengambil bungkusan kain putih dari tas besarnya. Perlahan-lahan dia membukanya, cling! Botol parfum itu begitu menyilaukan mataku. Botol parfum dengan pita merah jambu itu....

"Yakin nih Mas harganya 200 ribu?"

"Yakin Mbak. Mbak boleh pegang sebentar, tapi sebentar ya!"

Ku amati botol itu dengan seksama. Ku pegang, ku raba.

"Mas, ini kan botol parfum saya yang sebulan lalu hilang di bus. Nih ada ukiran huruf J di bawah pantat botolnya. Harganya juga cuma 50 ribu"

Pedagang itu melotot, tutup lapak. Pulang Ah....

Monday Flashfiction

#8MingguNgeblog : Sekitar Rumah, Seram?

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama.


Aku lahir di sebuah desa di daerah Jepara Jawa Tengah. Hidup di desa itu, yah menyenangkan. Apa-apa serba ada dan lagi, kita dekat dengan keluarga lain, tetangga. Rumahku menghadap jalan yang biasa dilewati angkot. Jadi kalau hujan deras dan aku posisi di dalam angkot, maka tinggal bilang kiri angkot berhenti dan lari menuju teras rumah.


Disebelah barat rumahku itu kebun kosong sekitar dua petak rumah. Satu petak milik Bapak yang sekarang ditanami kacang tanah. Yang satu petak milik Mbah Siti, kosong. Baru setelah itu ada rumah milik Mbah Kani. Tetangga yang masakannya enak baget. Setelah lulus MAN, aku pernah bantu Mbah Kani masak di rumahnya untuk di jual besok harinya. Bumbunya sama seperti yang Bu e buat. Tapi kok ya hasilnya enak begitu. Oh iya, almarhum suami Mbah Kani itu Polisi. Waktu meninggal aku masih kecil, jadi ya lupa wajahnya seperti apa.


Disebelah timur rumahku, rumah milik Mbah Ikah adiknya Mbahku. Rumahnya tingkat satu, besar. Dibanding rumahku sih beda dikit. Rumahku tidak tingkat, cuma Bapak memang membangunnya lumayan Tinggi. Oh iya, suami Mbah Ikah, Mbah Parman itu punya mebel. Kadang-kadang setiap hari lembur dan itu sangat berisik. Suara mesin, amplas, pokonya alat-alat itu buat kuping panas. Waktu aku belum kerja, setiap Idul Fitri pasti ada dispensasi karena keberisikan tuh mesin. Sekarang, tidak ada amplop nongol, hehehe.


Diseberang jalan, ada rumahnya Lek Yadun dan Mbah Murah. Dulu sebelum rumah Mbah Murah dibangun, rumah yang di tempati Lek Yadun itu yang Mbah Murah tinggali. Rumahnya Joglo, khas Jawa banget. Pokoknya dulu bisa jadi ancer-ancer atau patokan kalau ada yang tanya rumahku dimana. Sekarang patokan rumahku sudah beda karena rumah Joglonya itu sudah tidak ada.


Belakang rumah? Kandang sapi :smile . Bukan sapi Bapak sih, tapi sapinya Mbah Parman. Kalau belakang bagian barat, ada rumah Mbakku ibunya Sinta. Dibelakangnya rumah Mbakku ada bagian kebun milik Kakak sama milikku. Belakangnya lagi kebun yang dulu katanya bekas kuburan. Waktu kecil kalau main disitu agak takut. Bagaimana kalau ada tulang yang tertinggal lalu bangkit? Hiii seram!!! Biar pun di kebun belakang agak horor, tapi disana juga banyak pohon yang bisa bermanfaat. Ada pohon pepaya, srikaya, rambutan, pisang, kelapa, matoa, mangga pokoknya asik deh. Apalagi waktu berbuah, yummi :smile .


Oh iya, dibagian depan rumah sebenarnya ada bagian kosong yang memang dibagi sedemikian hingga untuk usaha anak-anaknya Bapak yang ada lima biji. Memang tidak luas, intinya bisa buat sepetak usaha. Satu petaknya sudah ada bangunan bekas rumah Mbakku. Isinya dua ruangan. Yang bagian depan untuk toko jahit Lek Sri yang belakang untuk tidur Kakak dan Adikku. Ini nih hasil jahitan Lekku.

Dibagian depan yang lain, ada dua pohon matoa yang gede. Kalau pas berbuah itu, bikin tetangga ngiler, hehehe. Ada juga pohon rambutan tapi kecil. Ada juga bunga Kaca Piring yang agak mirip dengan Mawar. Ada juga bungan Melati yang kadang kalau berbunga dan baunya menyeruak, aku kira ada makhluk halus yang lewat. Yang tidak kalah penting di depan rumah itu ada Tambal Ban milik Bapak. Ini sekarang yang menjadi patokan ketika ada yang tanya alamat, terutama Mas JNE, hehehe.

“Mbak rumahnya sebelah mana?”
“Dari pasar Kopen ke arah timur. Tanya tambal ban nomor dua milik Bapak .... Nah itu rumah saya Mas.”

Done!

Hem, kangen juga sama suasana rumah dan sekelilingnya.  Sudah setahun ini aku memilih menginap di tempat kerja karena jarakknya lumayan. Kondisi tempat kerja juga di desa kecil yang dikelilingi hutan. Jadi dalam rangka penghematan dan keamanan bekerja, aku tidur disana. Rumahku memang desa, tapi rumah yang sekarang jauh lebih desa. Ke warnet/fotocopy saja harus naik motor yang jauhnya jauh. Lumayan ribet juga, tapi inilah pilihanku. Yang paling keren, depan rumah kerjaku ini kuburan. Apa itu menyeramkan? Hiii.... Menurutku tidak :smile . Aku sering keluar malam-malam lewat kuburan ini dan sampai sekarang belum ada makhluk-makhluk yang mengajak berkenalan :uhuk .

Hutan di Desa tempatku kerja
Depan Rumah kerja

Bagaimana dengan sekitar rumahmu?

Galau?

Sepuluh hari ku nanti
Jawabanmu oh kasih
Setiap saat ku harap
Ada keajaiban dalam dirimu

Wiwiwiwi

Aku galau! Hello? Hari gini masih jaman galau-galauan? Alihkan perhatian dengan mengikuti banyak kegiatan :smile


Sebenarnya kalau boleh jujur, aku menggalau sudah sejak akhir Maret kemarin. Why? Padahal sore tanggal 31 Maret sudah Kopdar sama Mbak Noorma dan Mas Fauzul suaminya terus sama si kecil Noofa, lha kok masih galau? Gara-gara ngga ketemu Mbak Susi? Ngga juga sih :uhuk . Selama Mbak Susi masih bermukim di Jepara, Insya Allah diusahain buat dolan :smile . Lalu aku kenapa?


Malam itu 31 Maret, niatku mau ikutan GAnya Bundha Yati sekalian jadwalin postingan Review buku Rahasia Menjadi Manusia Kaya Arti karya Pak Dhe Cholik, novel Selingan Semusimya Mbak Al trus Review draf novel Atran : When You're Away milik Mbak Annesya yang ku tulis dari jam 11 malam sampai setengah tiga pagi ditanggal yang sama. Kaburlah aku ke warnet kan ya naik sepeda mini. Kata-katanya, Om ku yang usianya dibawahku dua-tiga tahun itu buka warnet. Itung-itung dekat gitu kan ya :smile .


Sampai disana, udah buka komputer, eh internet ngga nyala :hwa . Udah tak tunggu beberapa menit ngga ada perubahan. Akhirnya cuma mindah data dari flashdisk pinjeman ke memori HP ku, done. Pulang, ngrunekan nih hati. Nyari si Kakak buat nemenin ke warnet.


Skip.


Sampai di warnet desa tetangga, langsung ambil posisi. Hidupin komputer nyolokin HP, ngecek data dan foto yang akan di pajang. Jreng-jreng! Data is corrupt, kurang lebih gitu tulisannya. Mendadak pingsan! Ngga ding, cuma syok :shock dan lemes, bingung. What happen? Foto-foto yang baru ku ambil hilang, data buat review, e-book, lagu-laguku, foto yang dulu banget, semua ngga ada. Mulailah aku mencari kambing piaraan. Pasti ini Virus, siapa lagi coba? Kakaku sendiri ikut lemes lihat aku yang ngomel, galau bin bingung. Yah wes, back to home ngga mau lama-lama gara-gara depresi.


Balik ke rumah tengkurep, sedih :hiks . Aku laporan sama Bu e, Bapak . Eh Bu e malah bilang gini, "Jadi aku ya tak tangisi," . Untungnya kewarasanku masih mendominan dan ku jawab, "Iya kalo habis nangis balik, kalo ngga? Percuma dong," .


Akhirnya aku milih kabur tidur di rumah Mbakku sambil ngabisin buku yang kemarin ku baca. Paginya, aku benar-benar malas bangun. Aku harap semua itu cuma mimpi. Kenyataannya, itu memang nyata dan aku harus balik kerja :hwa .


Kemarin sih sebenarnya sudah browsing tentang itu. Katanya tuh virus cuma ngehidden data kita dan mengubahnya menjadi sesuatu hingga ngga bisa terbaca [Virusnya canggih beuh]. Aku juga sudah scan tuh memori, sudah download software recovery, trus pakai juga software yang back data gitu. Sampai sekarang belum ada hasilnya. Iya data yang ke hapus jaman dulu muncul, tapi data yang ku cari ngga ada. Kemarin di player musiknya masih bisa di denger meskipun di buka di memori ngga bisa. Kalau sekarang malah ngga bisa sama sekali. Yang masih selamat itu lagu ost Rooftop Prince sama ost Flower Boy Next Door yang memang aku simpan di folder berbeda dengan folder musik yang hilang itu.


Mungkin ini teguran dari-Nya. Aku positif thinking aja, ngga mau galau berkepanjangan dan mengalihkan perhatian dengan buat lagi tulisan trus baca buku yang ku bawa dari rumah. Kalau dipikir-pikir, kehilangan segitu aja kok repot banget ya? Coba bayangin kalau kita kehilangan memory otak? Amnesia? Wah. 


Harusnya ya aku bersyukur atas semua yang terjadi. Nyatanya, aku jadi tahu kalau ada software yang bisa balikin data, aku jadi tau tentang recovery. Toh aku masih punya tangan untuk menulis. Aku masih punya review novel dan buku yang akan aku posting meskipun memang masih tulisan tangan. Memori otakku masih berfungsi, aku sehat dan aku bisa mengulang apa saja yang hilang.


Percayalah, semua pasti ada hikmahnya. Tak perlu galau sampai nangis bombay :uhuk . Sampai hari ini pun, aku belum memformat memori HPku. Aku masih berusaha mencari jawaban atas nyempilnya file-fileku. Kalau pun nanti akhirnya harus memformat. Ya sudah. Toh aku masih punya back up foto di picasa, masih punya back up e-book di e-mail. Aku yakin, semua akan baik-baik saja :smile