Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Mimpi Yang [Tak] Sempurna


My Dream
Hidup berawal dari mimpi
Kamu adalah mimpiku, dan aku
akan membawamu masuk ke dunia nyataku
~catatan diary

Dulu jaman kecil saat orang bertanya, kamu ingin jadi apa? Dengan polos kujawab, "Aku ingin jadi dokter."


Menurutku, menjadi dokter itu sangat mulia. Kita bisa mengobati orang yang sakit. Kita bisa mensosialisasikan tentang kesehatan. Aku pikir, jadi dokter akan sangat menyenangkan. Sampai lulus MTsN pun cita-cita dokterku masih belum tergeser dengan yang lain. Difikir, jadi dokter itu gampang :smile .


Sampai akhirnya aku masuk MAN, aku ingin merealisasikan cita-citaku itu. Yah, nilai pelajaran IPAku tidak terlalu buruk. Bukankah itu bisa menjadi modal awal? Aku ingin masuk PMR sebagai batu loncatan untuk belajar tentang pengobatan. 


Setelah melihat kondisi dan budged yang harus dikeluarkan, mendadak nyaliku ciut. Biaya untuk ikut kegiatan PMR lumayan menguras kantong dan aku tidak mempunyai uang untuk itu. Aku bukan berasal dari keluarga kaya. Aku juga bukan anak yang dengan mudah minta uang untuk ini itu. Aku sering berpura-pura mengatakan uang sakuku masih padahal uangku menipis. Akhirnya aku memilih untuk mengikuti ekskul Teater. Kenapa teater? Entahlah, aku juga tidak tahu. Yang jelas, saat aku disana aku merasa menemukan duniaku. Dunia yang kucari.


Menjadi dokter memang tidak mudah. Banyak hal yang harus kulakukan dan jelas biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Saat kutahu realita yang nyata terjadi, keinginan untuk menjadi dokter mulai terkikis. Aku tetap masuk IPA tapi nilai IPAku standar dan lagi-lagi uang menjadi kendala. Tak usah dibicarakan betapa sulitnya aku menerima, memacu diri untuk berfikir positif.


Sebenarnya, ada juga sedikit keinginanku untuk menjadi seorang guru. Alasannya karena guru itu bisa mengamalkan ilmu pada orang lain. Tapi pada prakteknya saat aku menjadi guru ngaji atau memberikan les untuk anak SD, mereka bilang aku ini galak :uhuk #BerasaJadiMakLampir.


Ah sudahlah. Sepertinya cita-cita yang kuinginkan dulu belum bisa terealisasi dengan baik :smile .


Beberapa waktu yang lalu, bosku pernah menyuruhku untuk menuliskan 100 mimpi yang ingin kucapai. Apa aku menuliskannya? Yah, aku menulisnya walaupun saat ini masih menginjak diangka 20-an. Memang mimpi yang [tak] sempurna. Tapi aku yakin, apa yang kutulis akan menemukan jalannya jika aku mau berusaha. 


Ini sebagian mimpiku :

Menikah sebelum usia 23 tahun
Memiliki usaha sendiri
Membuatkan usaha orang tua
Membantu dan mencarikan donatur Perpustakaan desaku
Menyelesaikan beberapa draft tulisan dan membukukannya
dan masih banyak hal yang mungkin nanti akan terekan di blog ini.


Mungkin 100 keinginan yang kuimpikan terkesan terlalu naif. Tapi tidak ada salahnyakan jika aku bermimpi? Bukankah bermimpi itu gratis dan tidak perlu membayar? Yah, aku akan mewujudkan apa yang aku mau. Bisa saja satu tahun yang akan datang aku menuliskan rincian mimpi-mimpiku di blog ini saat semuanya bisa terealisasi. Semoga saja, sebelum akhirnya aku mati.


Saat ini, walaupun bukan dokter, aku masih bisa mengobati tangan temanku yang luka. Aku masih browsing tentang penyakit-penyakit yang sering terjadi dimasyarakat. Kadang aku juga ikut mengajar les membaca anak kecil. Yah, tanpa predikat sarjana, aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Aku bisa berjualan, aku bisa mengurus anak kecil, aku bisa menulis, aku bisa melakukan banyak hal untuk mewujudkan mimpiku, keinginanku.


Aku kan menghilang
Dalam pekat malam
Lepas ku melayang
Biarlah ku bertanya
Pada bintang-bintang
Tentang arti kita
Dalam mimpi yang sempurna
~Peterpan


Hanya Tuhan Yang Maha Sempurna. Tak ada yang sempurna di dunia ini termasuk mimpi. Mungkin bukan hari ini mimpi kita terealisasi, mungkin nanti saat kita berulang kali terjatuh dan kembali berdiri dengan percaya diri. Mungkin bukan di dunia, tapi percayalah mungkin saja doamu sudah menanti diakhirat sana.


“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(Ghafir: 60)


kamu memang bukan yang sempurna, aku pun begitu
Aku kamu masing-masing punya kekurangan
Kita punya cita-cita sendiri dan berhak untuk mewujudkannya
Kamu punya mimpi aku juga
Dalam keterbatasan, kelemahan dan kekuatan kita bersatu
Untuk mimpi kita
Mimpi yang sempurna
Karena kekuatan cinta


"Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Tuppy, Buku dan Bipang di www.argalitha.blogspot.com"

Prompt #18: Ada Apa dengan Lissa?

Aku terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit. Aku berlari keluar dari kamar. Aku bersembunyi di kolong meja dapur berharap Lissa tidak akan menemukanku.

"Mama! Maskerku rusak! Kutekku juga! Gimana ini? Aku ngga mau terlihat jelek diacara prom nanti. Mama! Tinggal satu jam!"

Mama Lissa hanya berdiri memaku di depan pintu melihat Lissa. Selalu saja begitu. Setahun bersama Lissa, dia ternyata tidak juga berubah.

"Frans! Kemana kau? Ini pasti kerjaanmu kan? Sudah aku bilang, jangan lagi tidur denganku!" omel Lissa.

Aku tak mengidahkan omelannya. Aku hafal betul saat Lissa mulai marah. Aku pasti mati dihajarnya.

"Frans! Dimana kau?"
"Lissa. Sudahlah. Jangan mencari kambing hitam atas posisi tidurmu yang sering jungkir balik. Bukannya dulu kamu yang menginginkan Frans?"
"Iya Ma. Dulu Lissa memang menginginkannya sebelum Lissa tahu kalau Frans sering mencakar tangan Lissa."


Bukannya dulu kamu sangat menyukainya? Aku masih ingat betul, Lissa selalu bilang cakaranku itu nikmat seperti saat bibir saling bertemu. Semua gara-gara lelaki itu. Yah, lelaki yang kini menjadi pacarmu, yang selalu menuntutmu tampil sempurna.


"Frans! Dimana kau?"

Aku semakin mendelik mendengar suara Lissa tepat di depan meja.

"Meong!"

Mati aku! Lissa menginjak ekorku.


MFF

Diam

Aku melewatimu. Berusaha tetap diam menjaga fikiran untuk terus berfikir positif. Tapi yang ada, ternyata waktu membuktikan semua kebenarannya. Sebagai wanita yang bukan apa-apamu, aku sendiri malu. Entah karena apa aku tidak tahu. Mungkin karena gender kita yang memang sama. Kau yang katanya bisa berperilaku lebih baik, ternyata….


Apa itu salahmu? Aku tidak tahu. Tapi yang kuyakini adalah sifatmu jelas tumbuh dari sifat orang tuamu, dari kebiasaanmu. Aku tahu kamu cantik, kamu punya sesuatu untuk memikat lawan jenismu. Tapi perlu kamu tahu, cantik di dunia hanya untuk perhiasan dunia kalau kamu tidak bisa menjaganya.


Kamu ingin punya suami mapan, kaya lalu bagaimana denganmu? Sudahkah kamu layak untuk mereka? Dari sekian banyak artikel yang pernah kubaca, pria mapan-kaya itu butuh seseorang yang pintar bukan cantik. Pintar, bagaimana kamu bisa saling berdiskusi dengan mereka. Cantik bagi mereka adalah bonus.


Anggap saja aku ini Kakak perempuanmu. Aku memang bukan orang baik. Tapi setidaknya sebagai peremuan aku berusaha untuk menjaga diriku, menjaga rasa maluku. Lalu, bagaimana aku menghadapimu?