Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.
Showing posts with label Hujan. Show all posts
Showing posts with label Hujan. Show all posts

Hujan Dan Kenangan

Rinai hujan basahi aku
Temani sepi yang mengendap
Kala aku mengingatmu
Dan semua saat manis itu

Segalanya seperti mimpi
Kujalani hidup sendiri
Andai waktu berganti
Aku tetap tak'kan berubah
Hujan - Utopia

Hujan Hari Ini

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Hari ini Jepara hujan. Di kampungku ini hujan pertama. Rasanya adem....

Peernya, saya belum punya payung. Karena sekarang saya nguli, saya butuh pelindung saat berangkat kerja sementara hari hujan.

Semoga, hujan membawa berkah untuk kita semua, amin....





Bonus lagu:

Hujan di malam Minggu
Aku tak datang padamu
Bukan aku tak mau, Sayang
Hujan di malam Minggu
-Jhonny Iskandar

#CiyeeeYangNggakBisaApelll

Saat Hujan

Hujan semakin deras. Dua orang gadis memakai rok biru berlari-lari mencari tempat berteduh.

“Kaleaaaa…!!!” teriak seseorang dari teras seberang. Mereka terpisahkan oleh lapangan basket sekolah. Yang dipanggil enggan, tak peduli.

“Kal! Dipanggil tuh.” kata teman gadis itu.

Kalea memandang laki-laki di seberang. Yang memanggil tersenyum sementara teman di belakangnya hanya duduk bermalasan seolah berkata, “Gue ngga peduli!”

“Gue minta nomor HP Lo! Nanti gue telfon!” teriak pemanggil dengan simbol menelfon di telinganya.

“Kesempatan tuh Kal. Cowok paling polpular di sekolah.” bisik teman Kalea.

Kalea mengangkat tangan kanannya, membuatnya mengepal. Membuka lagi dengan jari kelingking yang di tutup lalu hanya membuka jempol. Membuka lagi dengan menutup jari manis dan kelingking. Jempol, jari manis dan kelingking tertutup lalu membiarkan jempol, telunjuk dan jari tengah terbuka. Telunjuk, jari tengah dan manis terbuka, lalu hanya jempol yang terbuka dan mengulang membuka telunjuk, jari tengah dan manis. Kalea mengepalkan kembali tangan kanannya, lalu membuatnya terbuka meninggalkan jempol yang tertutup dan membuka lagi dengan menutup jari kelingkingnya.

Si pemanggil mengumpat sementara teman Kelea mencubit lengan Kalea.

“Gila kamu! Apa dia ngerti?”
“Bodoh! Cowok popular harus punya otak juga untuk memahaminya.”

***

“Hujan….” desah Aldo.

Kalea menatapnya, mengelus pipinya, mencoba menenangkan hatinya. Yang dia tahu, Aldo sama sekali tidak suka hujan. Hujan masih turun. Rintiknya sedikit membasahi balkon rumah tempat dimana Kalea dan Aldo duduk.

“Kenapa tidak suka hujan? Hujan itu membawa keindahan. Sebentar lagi Do, kita akan melihat pelangi.”

Kalea menyandarkan kepala pada bahu Aldo. Bahu lelaki yang membuatnya jatuh cinta. Aldo bukan tipenya, dia tidak suka hujan, dia juga tidak romantis. Tapi Kalea jatuh cinta. Bukankah cinta tidak butuh alasan?

“Hujan mengingatkanku pada seseorang.”
“Siapa?”
“Cinta pertamaku. Dia datang saat hujan. Tertawa riang ketika orang lain mengumpat atas kelakuannya.”
“Bagaimana bisa kamu mencintai seseorang yang membuatmu jengkel?” tanya Kalea tak percaya.
“Dia lucu. Aku sering mengirimkan kata-kata manis untuknya.”
“Dia membalas?” tanya Kalea.

Ada sedikit hawa panas dalam hatinya. Suaminya masih terbayang cinta pertamanya.

“Dia terlalu naïf dan angkuh. Aku tahu dia senang dengan kata-kataku, tapi dia tak mau mengakui.”

Kalea menggenggam tangan Aldo.

“Apa kau masih mencintainya?”
“Tentu. Aku bahkan bersumpah untuk membuatnya hamil!”

Kalea tertegun. Cairan hangat keluar dari sudut matanya. Bagaimana dengan dirinya? Kalea mengelus perutnya yang buncit. Bagaimana dengan bayinya?

Aldo menatap Kalea yang tiba-tiba tak bersuara.

“Hai! Kenapa sayang? Kamu terharu?”
“Aku mencintaimu.”
“Aku tahu,”
“Harusnya yang kau katakan, aku mencintaimu.” ucap Kalea dalam hati.
“Mau dengar kelanjutannya?” lanjut Aldo.

Kalea menggeleng, tapi Aldo tak peduli.

“Aku masih menyimpan nomornya di HPku sebelum dia ganti nomor. Ketika memberikannya, dia menggunakan gaya yang lucu. Nomornya 085xxxx….”

Otak Kalea berputar. Sedetik kemudian dia menatap Aldo.

“Nomor beserta HPku hilang di bus.” Kalea tertawa.
“Aku tahu.”
“Kau jahat!” kata Kalea memukul manja dada Aldo.
“Aku mencintaimu.”
“Tunggu. Kau laki-laki yang mengumpat itu?”
“Bukan. Aku yang duduk di belakangnya.”


Mereka pun kembali tertawa. Hujan menjadi gerimis dan pelangi mulai menampakkan wujudnya.

477
 #GiveawayAfterRain

Notes:

Saya sedang belajar jarimatika. Lucu juga ngasih nomor pake gerakan jari :uhuk