Bismillaahirrahmaanirrahiim....
***
Aku terengah-engah mengejar Rina adikku. Tinggal melewati dua orang lagi, aku akan berhasil mendapat kepalanya yang akan langsung aku jitak. Bisa-bisanya dia ikut lomba lari dan memakai sepatuku. Oh Tuhan! Sepatu baruku melambai padaku! Dia sudah ijin memang, tapi kenapa sepatu itu?
Credit |
"Rina!" teriakku. Dua orang sudah terlewati dan kini aku tepat di belakang Rina yang berjarak kurang lebih lima meter.
"Rina!" teriakku lagi dan dia menoleh.
"Rino! Kenapa di sini?" katanya masih dengan lari.
"Kenapa katamu? Itu sepatuku, lepasin!"
"Aku bilang pinjam, katamu boleh. Lagian ini sepatu cewek. Pasti buat aku!"
"Aku nggak mau tau! Pokoknya lepasin sekarang!"
"Kamu gila? Kita sedang lomba lari dan kamu suruh aku lepasin? No! Finish di depan mata!"
Rina semakin kencang berlari dan aku terus mengejarnya. Rina mendekati garis finish dan dia melompat saat garis itu mengenai badannya. Dia terengah-engah dan aku menyusul di belakangnya.
"Lepasin sepatunya!" bentakku.
"Ya ampun! Sepatu gini doang!"
Aku mengambil sepatuku lalu menjitak kepala Rina.
"Gara-gara kamu aku nggak jadi ke rumah Sandra, padahal aku udah janji mau ngasih sepatu ini. Kamu seneng ya kalau kakakmu ini gagal dapat pacar?" kataku frustasi.
"Sok tua kamu Rin. Kita beda lima menit doang. Sandra pasti maklum."
"Maklum dari Hongkong? Sepatuku!"
Aku mengelus sepatuku sementara Rina cekikikan di belakangku.
"Rino! Selamat ya!" seorang menepuk bahuku. Pasti Rina.
"Jangan bercanda Rin! Selamat atas apa? Gara-gara kamu Sandra pasti kecewa." kataku sedih.
"Aku kecewa? Kenapa?"
Aku berbalik.
"Sandra! Kamu di sini?"
"Iya. Aku kaget waktu kamu lewatin aku pas lari tadi. Kamu juara dua. Kamu hebat!"
Aku menggaruk kepalaku dan tersenyum. Sandra bilang aku hebat.
"Nah! Bener kan apa yang aku bilang? Sandra pasti maklum!" kata Rina cekikikan merangkul pundakku.
MFF