Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Prompt #100: Rumah Lama

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***


"Kamu pinjam HPku ya! Semua aplikasinya hilang!"

"Bukan aku! Ngapain juga pake HP kamu!"

"Mama! Andre jahat!"

"Dasar tukang ngadu! Kamu itu apa-apa bilang Mama!"

"Andre, Indri! Kalian bisa tenang tidak?" Mama mereka menghampiri kedua anak kembarnya.

"Lihat, Ma! Semua aplikasi di HP aku ilang. Pasti Andre ini yang usil buang semuanya."

"Salah siapa Indri naruh HP sembarangan. Bukan salah Andre, Ma kalau mainin HPnya."

Mama mereka memijit pelipisnya. Dulu keduanya akur. Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini?

"Mbok, Yam! Minta minum!" teriak Andre.

"Ma! Papa kenapa nggak pulang? Sudah seminggu ini!"

Mama mereka menunduk, tiba-tiba teringat rumah mereka yang lama. Rumah kecil mereka di kampung sana ketika belum punya apa-apa.

***

Prompt #100: Rayakan Seratus!

Let it Go

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Masih bersukaria karena libur panjang?? Waaa asiknya!!! Walaupun saya nggak libur panjang, tetap berusaha menikmati yang ada. Memasuki akhir tahun seperti ini, biasanya stasiun TV berlomba-lomba menyajikan film luar yang bagus-bagus. Banyak juga sih film anak negeri yang nggak kalah menarik.
Untuk saya sendiri, film kartun menjadi pilihan. Kenapa? Karena saya merasa hidup ini sudah banyak drama, jadi dengan menikmati kartun cukup menghilangkan rasa pusing dan penat. Saya suka kartun, salah satunya   Film Frozen.
Let it go, let it go
Can't hold it back anymore
Let it go, let it go
Turn away and slam the door
I don't care
what they're going to say
Let the storm rage on.
The cold never bothered me anyway

Terus terang, saya bukan orang yang update tentang film, baik luar maupun dalam negeri. Jadi saat tahu ada Frozen yang soundtracknya easy listening banget, saya terpukau. Bagi yang sudah nonton, pastilah tahu kalau Frozen ini diadaptasi dari cerita Snow White. Bedanya, ‘Nenek Sihir’nya ini cantik.
Elsa, salah seorang putri dari Arendelle memiliki kekuatan yang bisa membekukan sesuatu. Saat kecil ketika bermain dengan Ana, adiknya, tanpa sengaja Elsa membuat Ana beku. Sejak saat itu, Elsa seperti diasingkan, dia ketakutan. Sampai akhirnya mereka berdua tumbuh besar, persaudaraan mereka tak kunjung membaik. Dan kekuatan yang selama ini Elsa sembunyikan akhirnya diketahui oleh banyak orang.
Saya sudah puluhan kali nonton Frozen, tapi tetap saja suka. Film ini cocok banget buat orangtua yang sudah dikaruniai buah hati yang luar biasa dan berbeda dari anak yang lain. Kadang sebagai orangtua kita meyamaratakan semua anak. Kalau anak nilai Matematikanya bagus, berarti dia pintar. Padahal, setiap anak memiliki bakat tersendiri. Bisa jadi nilai Matematikanya tidak bagus tapi nilai Seninya malah bagus.
Contohnya si Elsa. Dia punya kekuatan, dan semakin tahun kekuatan itu tambah besar. Kekuatan ini malah menjadi kelemahannya. Padahal jika dia bisa memanage kekuatan dan mengendalikannya, semua akan baik-baik saja. Ini gara-gara si Trolls yang kurang tepat dalam berkata-kata dengan anak-anak. Namanya anak-anak itu mudah ketakutan. Dan rata-rata hal buruk yang terjadi saat kecil akan membekas dalam ingatannya. Ketika Elsa akhirnya membuat istana es, dia menemukan dunianya. Seperti anak-anak yang hebat itu, dia akan melakukan apa pun yang menarik minatnya. Ini hidupnya, ini dunianya.
Harusnya sih kita belajar dari Elsa. Bebaskan diri kita, keluar dari apa yang disebut sempurna oleh orang-orang. Jadilah diri kita sendiri. Dan untuk orangtua, dukung apa yang menjadi minat anak-anak kita. Dampingi dia, jangan melarang selama apa yang dilakukan itu baik dan bermanfaat.
Untuk endingnya, terus terang saya kecelik. Saya memang penggemar roman, jadi saya pikir Ana akan berlari pada Kristoff dan berpelukan!!! Ternyata!!!! Persaudaraan itu memang luar biasa ya!!! Cintai saudaramu, jangan terpecah karena hal remeh yang tak berguna.

Yuk bebaskan diri kita!!! Let it go!!!

Lupa Bawa Dompet? Nggak Lagi Deh!

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

“Mbak, arah rumahmu ke mana? Boleh pinjam uang?”

Andai waktu itu punya uang lain, saya mau-mau aja minjemin. Tapi, berhubung uang saya pas-pasan ya say sorry deh. Anehnya, dia ini pede banget waktu cerita betapa seringnya dia lupa membawa dompet. Hah! Lebih parah karena nggak bawa uang dan pergi hanya perorangan.

Kita manusia tercipta memang tempatnya salah dan lupa. Tapi bukan berarti kita nerima takdir kan? Harusnya kita berusaha untuk menjadi pribadi yang benar dan pengingat kebaikan. Jujur saya sebenarnya juga pelupa. Parah? Lumayan. Tapi saya punya akal untuk mensiasati agar saya tidak lupa. Contohnya dengan  mencatat. Nggak perlu gedhe-gedhe, yang penting simple dan mudah diingat.

Pergi tanpa membawa dompet?

Saya pernah. Tapi yang tidak sering. Kalau sering ya bahaya! Untuk menghindari adegan “Anak minta uang”, saya biasanya menaruh uang di tas. Nggak banyak, intinya bisa untuk ngebis/angkot. Saya punya tiga dompet untuk membagi keuangan. Terus terang dengan ini saya sangat terbantu untuk mengelola keuangan yang tidak seberapa.

Dompet Uang Gedhe
Duh kaya punya uang banyak aja. Maksudnya sih dompet ini khusus untuk uang simpanan besar. Isinya ATM, KTP, ya barang penting lah. Uang di dompet ini akan keluar disaat mendesak dan penting.

Dompet Uang Kecil
Dompet ini berisi uang buat pengeluaran. Semisal beli sabun, belanja, uang pulsa. Semua saya kumpulin di dompet uang kecil. Kalau mau jajan, saya ngambil uang ini.

Dompet Uang Receh
Jelas ini untuk recehan. Saya pengumpul recehan baik ratusan maupun ribuan. Namanya anak kampung, lima ratus perak itu bisa buat beli terasi. Lumayan banget lah.

UPDATE:

Sebenarnya ini tulisan buat kontes. Berhubung ternyata DL tanggal 25 pukul 00.00 jadi saya hapus linknya. Ngeselin karena saya mikirnya DL ya tanggal 25 ini sampai jam 12 malam nanti. Mbok ya nulis DL itu tanggal 24 pukul 23.55 atau gimana. Kalau nulisnya tanggal 25 Des pukul 00.00 saya yang baca kan siwer. Ya sudahlah. Intinya, Lupa Bawa Dompet? Nggak Lagi Deh!