Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Faktanya Ketika Anak Kampung Pergi ke Kota

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Selamat Harbolnas!!!

Duh saya baru posting gara-gara sok ngejar diskon on line Shop. Aslinya, walaupun ada VeriFone minta gesekin ATM, saya bakal cuek bebek. Alhamdulillahnya dapet voucher yang bisa dibeliin mukena, tas sama sandal. Ya rejeki Anak Kampung. Nggak ada lagi tuh Drama Seperangkat AlatSolat, hehehe.



Oh iya, kembali pada fakta apa yang saya lihat pada foto Ketika Anak Kampung Pergi ke Kota. Waktu itu sehabis makan siang, saya dan Mbak Susi berniat untuk solat. Di gedung hijau tempat acara sebenarnya ada, cuma kita males naik lagi. Kata yang nunjukin arah, daerah belakang gedung ada tempat solat.

Akhirnya kita jalan sambil ngobrol. Sampai parkiran belakang kok ya dinding semua. Tanya dong sama Ibu-ibu yang ada di sana. Ternyata memang nggak ada Mushola. Mungkin kitanya yang salah tanggap tentang di mana letak Mushola. Karena penasaran dengan apa yang ada di belakang tembok, jadilah saya jinjit buat lihat.

Isinya cowok ganteng? Bule?

Nggak sama sekali. Isinya gazebo-gazebo. Ada anak nari, karate, dan lainnya. Waktu balik badan, ternyata Mbak Susi jepret diriku ini. Awalnya ngelarang banget buat nyebarin ini foto. Saya bilang bagaimana kalau pasaran saya turun? Nanti kalau ada cowok yang mau deket tapi mundur gara-gara tingkah aneh saya gimana? Dan akhirnya, saya sendiri yang sengaja majang foto itu, hehehe. Lucu ternyata. Untungnya kalau saya manjat pohon nggak ada yang moto, hehehe.

Oh iya, dua orang yang berhasil mendapatkan pulsa masing-masing 10K adalah Mbak Diah K dan Eksa Studio. Selamat!!!



Semoga tahun depan bisa bagi-bagi pulsa atau hadiah lainnya, amin.... Dan, cinta itu menerima kekurangan. Biar saya aneh, kamu tetep cinta kan???


Sampai jumpa!!! Happy Blogging....

Kembar Empat

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Kamu anak kembar? Mau punya anak kembar? Saya juga, tapi saya tidak kembar, hiks. Suami? Hadeh! Saya belum ketemu dia.

Sumber

Satu-dua tahun lalu, saya pernah menulis tentang Twins. Di Hari yang Berbeda saya juga sedikit cerita tentang kelahiran bayi kembar. Seminggu setelah perawatan, akhirnya mereka pulang meski berat badannya belum dua kilo. Ya mau gimana, Mereka sehat sih.

Dulu saya pernah berjanji mau nulis empat teman sekelas saya yang kembar. Kelas XI IPA1 adalah awal saya punya teman sekelas kembar. Dari kelas X sebenarnya saya tahu mereka kembar, tapi ya nggak terlalu kenal. Akhirnya, kembar empat ini ngumpul.

Lina punya kembaran namanya Mahfud. Mahfud ini masuk Bahasa. Namanya kembar laki perempuan, jelas saya bisa bedakan mereka. Mereka ini pulang pergi boncengan. Buntutnya, mereka ini dikira pasangan.

Ana-Ani, Yanti-Yana. Mereka kembar tapi nggak identik. Sama-sama masuk IPA, tapi beda kelas. Di kelas XI Ana-Yanti jadi teman sekelas. Kelas XII, Yanti bertukar jadi Yana untuk teman sekelas. Sebenarnya saya sih yang diusir dari kelas IPA1 ke IPA2, hiks #Curhat.

Rosiana-Rosita. Mereka kembar identik, mirip banget. Sayang saya belum pernah ketemu Rosita. Mereka beda sekolah. Rosiana si polos, tapi super baik. Gara-gara identik, cowok yang naksir Rosiana malah nembak Rosita. Akhirnya, tetep dianya pacaran sama Rosiana, huahaha. Nggak tahu deh sampai hari ini cowok itu tahu atau tidak kalau dia salah tembak.

Semenjak lulus, saya belum pernah ketemu mereka secara langsung. Eh nggak juga ding. Di RSU Kartini ketika nunggu si Kembar di IGD, saya bertemu Lina. Dia bekerja di sana. Tapi sayanya lupa nanya, dia jadi Bidan apa perawat.

Ana, dia menikah, punya seorang bayi perempuan, tidak kembar. Ani, bekerja, tapi tak tahu di mana. Beberapa waktu lalu akhirnya nyusul nikah. Yana-Yanti kuliah di UIN Semarang. Kayanya sudah lulus sih. Kalau Rosi, dia dulu ambil keperawatan. Sekarang di mana, entah.

Ya begitulah kembar empat di kelas saya dulu. Hah ngomongin sekolah. Jadi kangen sekolah. Tapi saya masih pengen punya anak kembar, hiks.

Ya sudah. Sampai jumpa!!!

Jangan lupa komen di Ketika Anak Kampung Pergi ke Kota. Siapa tahu dapat pulsa.

#HappyBlogging

Drama Seperangkat Alat Solat

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Sumber

“... dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar nyicil!”
“Sah!!!”

Cih! Drama banget!!! Saya itu paling sebel kalau ada FTV adegan nikah mahar atau mas kawinnya seperangkat alat solat.

Ji? Kamu islam bukan?

He? Kenapa bawa keislaman? Saya islam, saya solat dan hanya Allah yang tahu. Namanya mahar itu permintaan mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki. Kalau si perempuan ini minta Honda Jazz, selama si lelaki mampu ya sah-sah saja. Tapi, ada baiknya si perempuan juga sadar diri. Tanya sama calonnya, kemampuanmu untuk meminangku itu seberapa?

Ini bukan perkara matre. Tapi, semisal calon suaminya ini berpenghasilan tidak banyak, kita yang jadi istrinya kan nggak kaget. Kalau kemampuan menafkahi seadanya bikin nggak bisa shoping cantik, ya jangan rempong. Makanya dalam islam sendiri diminta untuk mempermudahkan mahar.

Seperangkat alat solat bukannya mudah banget, Ji?

Ho oh sih. Tapi saya lebih suka duit #MataDuitan daripada peralatan solat. Mukena paling murah deh, seratus ribu di pasar dapet #AnakKampungMainnyaDiPasar. Masih beli bensinnya. Belum lagi jajannya. Lha mending saya dapat duit bersih seratus ribu daripada ribet gitu. Bukannya saya malah lebih mempermudah? Setuju?

Tapi kalau situ punya duit banyak, saya mah tetep minta mahar banyak juga hahaha. Jangan protes! Kan sudah ada hastag #MataDuitan.

Mungkin banyak orang berpikir minta mukena saat akad itu gampang dan islami banget. Kalau saya malah mikirnya berat. Bukan kah ketika permintaan terpenuhi, kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita minta? Begitu juga dengan mahar berupa mukena atau mungkin Al-Qur’an. Bagaimana kalau nanti si mukena sama Al-Qur’an minta pertanggungjawaban karena kita malas solat dan ngaji? Ini berat lho! Akan jadi kasus lain kalau kita menggunakan mahar tersebut dengan baik. Kita dapat pahala, bahkan mukena ini mungkin bisa jadi saksi di akhirat nanti.

Tapi Ji, waktu seserahan sering ada mukena, perhiasan, atau bahkan makanan. Itu gimana?

Ya nggak gimana-gimana. Itu kan pemberian, bukan termasuk mahar. Mahar itu yang disebut dalam ijab qobul. Barangnya nggak harus ada, bahkan dicicil juga bisa. Pernah dengar berita mempelai laki-laki menghafal sebuah surat di Al-Qur’an sebagai mahar? Nah itu contohnya.

Ini sebenarnya ngapain sih drama seperangkat alat solat?

Sebenarnya saya sakit hati. Mbah saya punya mukena banyak, baru lagi. Tapi, beliau ini suka banget pakai mukena jelek, tembelan dan malah nyimpenin si mukena. Emang kalau disimpan bisa beranak pinak? Sebagai cucu yang baik walau nggak bisa beliin, saya mengajukan diri buat pakai salah satu mukenanya yang berjenis atas bawahan. Orang sepuh kalau pakai mukena ala anak muda gitu kan kurang cocok. Lebih enak mukena yang langsung atasan bawahan.

Tahu jawaban si Mbah apa?

Nggak boleh! Buat apa mukena dijelajahi, pakai ini itu. Mukenaku kan banyak. Katanya gitu. Iya mukenaku banyak, tapi itu mukena si Mbak jaman dulu, hiks. Saya kan pengen punya mukena simple yang kalau Anak Kamupung macam saya pergi ke kota bisa dibawa, nggak pakai pinjam di masjid yang kadang bau.

Untungnya, Desember ini ada yang namanya Hari Belanja Online Nasional dengan diskon besar-besaran!!! Banyak promo menarik dengan harga yang lebih miring! Diskon akhir tahun di 1212, Saudara-saudara!!! Kalau gini, saya bisa beli mukena cantik dan tentunya murah. Nggak perlu nunggu lamaran buat dapat mukena baru. Jangan lupa catat tanggalnya. Siapin mental dan dompet! Ingat!!! Sampai 12 Desember ya!!!


Sampai jumpa!!!