Jiah My Id

The Power of Anak Kampung

Powered by Blogger.

Paket oh Paket

Bismillaanirrahmaanirrahiim....
Kamu Blogger? Mau dapat hadiah? Pengen? Malah sering dapat? Atau malah tukang bagi hadiah?
Alhamdulillah semenjak serius ngeblog di tahun 2011, saya bisa dapat hadiah. Satu hadiah satu bulan, ya lumayan. Namanya juga gratisan. Saya mah suka banget!!! Kalau lagi hiatus ngeblog, ya nggak usah ngarep dapat hadiah. Apalagi kalau yang nggak berani coba ikutan kuis. Di postingan Ketika AnakKampung Pergi ke Kota saja yang dapat pulsa adalah komentar terpilih. Nggak bakal ada yang ngasih hadiah secara cuma-cuma.
Ngeblog, mainnya serba online dan ketika dapat hadiah seringnya akan dikirim dengan paket. Pertama kali dapat paket buku filsafat, saya jingkrak-jingkrak kesenengan. Anak kampung dapat kado kan sesuatu banget!!! Setelah sering dapat paketan, sayanya jadi normal, nggak kaget lagi, hihihi.

Sumber: gambargratisdotcom
Ngomongin paketan, ini pasti ada yang nganter. Menurut Mbah saya yang sering nerima paketan, kurir yang nganter itu cowok. Kenapa si Mbah yang nerima? Lha yang sering di rumah kan beliau, jadi seadanya aja lah. Mbah sering cerita kalau yang nganter itu si A, si B, ah yang ganteng, yang tubuhnya kecil, macem-macem deh. Kata Mbah juga ada yang sampai kesengsem rambutan di belakang rumah dan akhirnya minta.
Sebelum sampai di rumah, kadang si Masnya nelfon saya. Minta petunjuk arah atau ciri-ciri daerah dekat rumah. Saya obrolin aja, syukur-syukur ada yang nyantol, penasaran sama saya lalu apel malam minggu #Eh, hehehe. Saya seneng akhirnya mereka menemukan rumah saya, hihi. Ya maksudnya paketan saya kan selamat sampai tujuan.
Dari semua kesenangan itu ada juga hal yang gemesin dari Mas kurir ini. Saya pernah kena semprot! Katanya saya ngerjain dia. Hadeh! Buat apa ngerjain kurir yang nggak dikenal? Dia memang bukan kurir yang biasa nganter sih. Katanya dari luar Jepara. Daripada nyari ribut, sayanya minta maaf aja biar beres. Dih bener-bener deh!
Gara-gara belanja Harbolnas kemarin, saya nyaris kena kasus yang sama. Waktu itu yang ngurus paket, nelfon dan minta saya untuk mengambil paketan tersebut. Katanya nggak tahu rumah saya, takut nyasar. Hello! Masa kurir takut nyasar???!!!
Saya sih mau saja ngambil kalau waktu diantar ke rumah tapi nggak ada yang nerima jadi paket balik ke kantor. Tapi ini, belum juga berjuang nyari alamat kok ya putus asa? Saya nggak mungkin banget lah nulis alamat palsu.
Setiap pekerjaan pasti ada yang namanya risiko. Ketika kita memilih bekerja tapi banyak di jalan, kita harus tahu medannya. Okelah kalau secara nyata kita belum pernah melihat karena kunjungan perdana, tapi kita hidup di jaman yang serba canggih. Ada peta online, GPS, atau google earth. Kalaupun kita tak punya itu semua, kita masih punya mulut untuk bertanya. Bukankah malu bertanya sesat di jalan?
Saya sangat mengapresiasi untuk orang-orang yang berani mengambil risiko. Walaupun hanya kurir, mereka sangat berjasa terhadap keselamatan paketan milik kita. Terima kasih buat Mas kurir yang berhasil sampai ke rumah dan membawa hadiah saya dengan baik. Dan untuk kurir yang pernah memarahi saya, semoga Allah mengingatkan dia. Ketika kita bekerja untuk melayani orang lain, hargailah mereka. Saat menghargai orang lain itu artinya kita mengahargai diri sendiri. Selamat menerima hadiah!!!

Happy Blogging!!!

Jangan Salahkan Tangan

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

“Ojo garang tangan. Mengko nak nandur gak urip!”

Itu adalah petuah Mbah ketika saya mengahangatkan tangan di dekat api. Apa betul gara-gara ini, apa yang saya tanam mati? Kalian pernah juga mengalami ini?

Sekitar dua bulan yang lalu saat saya dolan ke rumah Mbak Susindra, sebelum pulang saya dipamerin Kembang Brojol. Tenarnya Amarilis. Katanya bunga itu dipungut dari jalan. Karena jenisnya bawang-bawangan dan mungkin sangat suka dengan keluarga Mbak Susi, bunga itu pun hidup.

Saya nggak mau kalah pamer dong! Saya bilang dulu waktu SD juga suka bertanam. Banyak bunga, dari yang betulan bunga sampai bunga jalan atau bunga yang diambil dari sawah. Sayangnya, ketika saya akhirnya pergi dari rumah, bunga itu tak ada yang merawat. Endingnya hampir semua dibabat oleh si Mbah. Pengen nangis, tapi nangis aja tuh bunga nggak bisa balik. Bertahun-tahun, hanya bunga Melati yang hidup sampai sekarang.

Setelah pulang dari rumah Mbak Susi, akhirnya saya buat challenge untuk diri saya sendiri. Saya mau membuktikan bahwa tak ada hubungannya garang tangan dengan tanaman yang mati. Banyak orang menyalahkan tangan. Padahal, tangan itu penuh keberkahan dan soal tanaman yang mati, mungkin kita yang salah dalam menanam.

Mulai tanggal 28 November 2015, saya mengadopsi beberapa tanaman. Bunga Amarilis yang saya ambil dari belakang rumah dan beberapa tanaman seperti Bunga Cakar Ayam, Gingseng, Rumput Jepang saya adopsi dari taman saudara sepupu. Saya mengambil Bawang-bawangan dari samping Konter. Beberapa waktu kemudian saya juga minta tanaman Stroberi, tomat, bumbu dapur seperti Cabe, kunyit, kencur dari rumah Bu Dhe.

Hari ini, tepat satu bulan saya mulai bercocok tanam kembali. Seneng banget ternyata mereka bisa hidup dengan baik. Rata-rata semua hidup, tapi ada juga yang mati seperti pohon Belimbing Wuluh yang tiba-tiba mengering.

Kenapa saya bilang adopsi?

Semua yang saya taman merupakan milik orang lain. Saya memintanya. Itu artinya saya mengadopsi dan wajib merawat mereka. Sehari sekali saya siram. Saat musim hujan seperti ini, terus terang saya memang jarang nyiram mereka. Untuk menanam sendiri, biasanya saya ambil waktu pagi atau sore hari. Menyiram juga, pagi atau sore.

Saya tahu, saya ini bukan ahli dibidang tanam-tanaman. Saya juga masih kalah dengan tetangga yang punya tanaman bunga bahkan sayuran sendiri. Tapi, saya akan tetap berusaha menambah tanaman adopsi lainnya. Lumayan kalau punya pohon Cabe banyak, berbuah, bisa bikin sambal terasi yang banyak tanpa mikir betapa mahalnya harga dipasaran.







Allah itu memberi banyak keberkahan lewat tangan. Jangan salahkan tangan atau apa pun saat apa yang kita inginkan tidak tercapai. Bisa jadi apa yang kita lakukan kurang benar sehingga Allah belum meridhoi. Bisa jadi juga kita diminta untuk bersabar dan lebih giat dalam berusaha. Menghijaukan sekeliling kita artinya ikut menghijaukan bumi juga. Selamat bercocok tanam!!!

Prompt #100: Rumah Lama

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

***


"Kamu pinjam HPku ya! Semua aplikasinya hilang!"

"Bukan aku! Ngapain juga pake HP kamu!"

"Mama! Andre jahat!"

"Dasar tukang ngadu! Kamu itu apa-apa bilang Mama!"

"Andre, Indri! Kalian bisa tenang tidak?" Mama mereka menghampiri kedua anak kembarnya.

"Lihat, Ma! Semua aplikasi di HP aku ilang. Pasti Andre ini yang usil buang semuanya."

"Salah siapa Indri naruh HP sembarangan. Bukan salah Andre, Ma kalau mainin HPnya."

Mama mereka memijit pelipisnya. Dulu keduanya akur. Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini?

"Mbok, Yam! Minta minum!" teriak Andre.

"Ma! Papa kenapa nggak pulang? Sudah seminggu ini!"

Mama mereka menunduk, tiba-tiba teringat rumah mereka yang lama. Rumah kecil mereka di kampung sana ketika belum punya apa-apa.

***

Prompt #100: Rayakan Seratus!

Let it Go

Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Masih bersukaria karena libur panjang?? Waaa asiknya!!! Walaupun saya nggak libur panjang, tetap berusaha menikmati yang ada. Memasuki akhir tahun seperti ini, biasanya stasiun TV berlomba-lomba menyajikan film luar yang bagus-bagus. Banyak juga sih film anak negeri yang nggak kalah menarik.
Untuk saya sendiri, film kartun menjadi pilihan. Kenapa? Karena saya merasa hidup ini sudah banyak drama, jadi dengan menikmati kartun cukup menghilangkan rasa pusing dan penat. Saya suka kartun, salah satunya   Film Frozen.
Let it go, let it go
Can't hold it back anymore
Let it go, let it go
Turn away and slam the door
I don't care
what they're going to say
Let the storm rage on.
The cold never bothered me anyway

Terus terang, saya bukan orang yang update tentang film, baik luar maupun dalam negeri. Jadi saat tahu ada Frozen yang soundtracknya easy listening banget, saya terpukau. Bagi yang sudah nonton, pastilah tahu kalau Frozen ini diadaptasi dari cerita Snow White. Bedanya, ‘Nenek Sihir’nya ini cantik.
Elsa, salah seorang putri dari Arendelle memiliki kekuatan yang bisa membekukan sesuatu. Saat kecil ketika bermain dengan Ana, adiknya, tanpa sengaja Elsa membuat Ana beku. Sejak saat itu, Elsa seperti diasingkan, dia ketakutan. Sampai akhirnya mereka berdua tumbuh besar, persaudaraan mereka tak kunjung membaik. Dan kekuatan yang selama ini Elsa sembunyikan akhirnya diketahui oleh banyak orang.
Saya sudah puluhan kali nonton Frozen, tapi tetap saja suka. Film ini cocok banget buat orangtua yang sudah dikaruniai buah hati yang luar biasa dan berbeda dari anak yang lain. Kadang sebagai orangtua kita meyamaratakan semua anak. Kalau anak nilai Matematikanya bagus, berarti dia pintar. Padahal, setiap anak memiliki bakat tersendiri. Bisa jadi nilai Matematikanya tidak bagus tapi nilai Seninya malah bagus.
Contohnya si Elsa. Dia punya kekuatan, dan semakin tahun kekuatan itu tambah besar. Kekuatan ini malah menjadi kelemahannya. Padahal jika dia bisa memanage kekuatan dan mengendalikannya, semua akan baik-baik saja. Ini gara-gara si Trolls yang kurang tepat dalam berkata-kata dengan anak-anak. Namanya anak-anak itu mudah ketakutan. Dan rata-rata hal buruk yang terjadi saat kecil akan membekas dalam ingatannya. Ketika Elsa akhirnya membuat istana es, dia menemukan dunianya. Seperti anak-anak yang hebat itu, dia akan melakukan apa pun yang menarik minatnya. Ini hidupnya, ini dunianya.
Harusnya sih kita belajar dari Elsa. Bebaskan diri kita, keluar dari apa yang disebut sempurna oleh orang-orang. Jadilah diri kita sendiri. Dan untuk orangtua, dukung apa yang menjadi minat anak-anak kita. Dampingi dia, jangan melarang selama apa yang dilakukan itu baik dan bermanfaat.
Untuk endingnya, terus terang saya kecelik. Saya memang penggemar roman, jadi saya pikir Ana akan berlari pada Kristoff dan berpelukan!!! Ternyata!!!! Persaudaraan itu memang luar biasa ya!!! Cintai saudaramu, jangan terpecah karena hal remeh yang tak berguna.

Yuk bebaskan diri kita!!! Let it go!!!

Lupa Bawa Dompet? Nggak Lagi Deh!

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

“Mbak, arah rumahmu ke mana? Boleh pinjam uang?”

Andai waktu itu punya uang lain, saya mau-mau aja minjemin. Tapi, berhubung uang saya pas-pasan ya say sorry deh. Anehnya, dia ini pede banget waktu cerita betapa seringnya dia lupa membawa dompet. Hah! Lebih parah karena nggak bawa uang dan pergi hanya perorangan.

Kita manusia tercipta memang tempatnya salah dan lupa. Tapi bukan berarti kita nerima takdir kan? Harusnya kita berusaha untuk menjadi pribadi yang benar dan pengingat kebaikan. Jujur saya sebenarnya juga pelupa. Parah? Lumayan. Tapi saya punya akal untuk mensiasati agar saya tidak lupa. Contohnya dengan  mencatat. Nggak perlu gedhe-gedhe, yang penting simple dan mudah diingat.

Pergi tanpa membawa dompet?

Saya pernah. Tapi yang tidak sering. Kalau sering ya bahaya! Untuk menghindari adegan “Anak minta uang”, saya biasanya menaruh uang di tas. Nggak banyak, intinya bisa untuk ngebis/angkot. Saya punya tiga dompet untuk membagi keuangan. Terus terang dengan ini saya sangat terbantu untuk mengelola keuangan yang tidak seberapa.

Dompet Uang Gedhe
Duh kaya punya uang banyak aja. Maksudnya sih dompet ini khusus untuk uang simpanan besar. Isinya ATM, KTP, ya barang penting lah. Uang di dompet ini akan keluar disaat mendesak dan penting.

Dompet Uang Kecil
Dompet ini berisi uang buat pengeluaran. Semisal beli sabun, belanja, uang pulsa. Semua saya kumpulin di dompet uang kecil. Kalau mau jajan, saya ngambil uang ini.

Dompet Uang Receh
Jelas ini untuk recehan. Saya pengumpul recehan baik ratusan maupun ribuan. Namanya anak kampung, lima ratus perak itu bisa buat beli terasi. Lumayan banget lah.

UPDATE:

Sebenarnya ini tulisan buat kontes. Berhubung ternyata DL tanggal 25 pukul 00.00 jadi saya hapus linknya. Ngeselin karena saya mikirnya DL ya tanggal 25 ini sampai jam 12 malam nanti. Mbok ya nulis DL itu tanggal 24 pukul 23.55 atau gimana. Kalau nulisnya tanggal 25 Des pukul 00.00 saya yang baca kan siwer. Ya sudahlah. Intinya, Lupa Bawa Dompet? Nggak Lagi Deh!